Jumat, 18 Mei 2018

Eks Pejabat Mossad: AS, Israel dan Saudi Bisa Bantu Kudeta di Iran


Eks Pejabat Mossad: AS, Israel dan Saudi Bisa Bantu Kudeta di Iran
Para demonstran di Berlin mendukung unjuk rasa besar-besaran di Iran pada Januari 2018 lalu. Foto/REUTERS/Hannibal Hanschke


TEL AVIV - Seorang mantan pejabat Mossad mengatakan, Amerika Serikat (AS), Israel dan Arab Saudi, bisa membantu menggulingkan rezim di Iran melalui kudeta. Jika kudeta gagal, rakyat Iran berpotensi saling berperang satu sama lain.

Haim Tomer, mantan pejabat Mossad yang memimpin Intelijen, Kontra-Terorisme dan Divisi Internasional, secara eksplisit berbicara tentang opsi perubahan rezim di Tehran selama wawancara dengan Jerusalem Post.

Menurut Tomer, Iran adalah "negara Islam Khomeini-ist" yang ingin menghancurkan Israel."Kita dapat mengatasi ancaman itu sendiri; senjata nuklir, rudal Iran konvensional. Kita dapat bertahan menghadapi itu," katanya.

Tomer mengatakan, kebijakan Presiden AS Donald Trump terhadap Iran telah menciptakan "pembukaan besar untuk secara hati-hati mempertimbangkan perubahan rezim sebagai tujuan formal".

Tomer menguraikan seperti apa kemungkinan kudeta di Iran. "Israel dapat secara diam-diam membantu memfasilitasi perubahan rezim dan AS dapat mendukungnya di berbagai bidang, sedangkan sementara Saudi dapat membiayai upaya tersebut," ujarnya.

Ditanya apa sebenarnya yang bisa dicoba dilakukan Israel, Tomer mengatakan; "Tindakan diam-diam dapat menyebabkan perubahan. Ada banyak hal yang dapat dilakukan Mossad ketika mendapat misi. Saya tidak bisa masuk ke rincian ini, tetapi itu akan menjadi rahasia."

Tomer, yang sekarang bekerja sebagai penasihat investasi dan teknologi, blakblakan mengatakan bahwa pemerintah Iran di era Ayatollah Ali Khamenei tidak populer di kalangan masyarakat Iran. Menurutnya, Khamenei sebagai Pemimpin Tertinggi Iran sudah tua dan memiliki masalah kesehatan.

Dia mengatakan Mossad, yang secara luas diyakini telah melakukan beberapa operasi rahasia di tanah Iran di masa lalu, dapat memainkan peran penting dalam persekongkolan melawan Republik Islam tersebut. "Mossad melakukan operasi yang besar dan kompleks, dan telah melakukan banyak," ujarnya mengacu pada laporan tahun 2013 soal dikacaukannya fasilitas nuklir Iran di Natanz oleh malware Stuxnet.

“Mossad telah melakukan banyak hal di Iran sebelumnya. Ini adalah yang paling penting, tetapi ada operasi seperti itu, dan mungkin bahkan lebih penting," imbuh Tomer, yang dilansir Jumat (18/5/2018).

Tomer mengakui untuk menjalankan opsi kudeta di Iran tidak mudah. Sebab, Korps Garda Revolusi Iran dan milisi Basiji sangat kuat.

"Tetapi jika itu tidak berhasil, lebih baik untuk membuat warga Iran berperang di antara mereka sendiri," imbuh dia.

Iran menyadari CIA pernah menjalankan skenario kudeta terhadap Perdana Menteri Mohammad Mosaddegh yang terpilih secara demokratis pada 1953. CIA dan Departemen Luar Negeri AS  saat itu memberikan lampu hijau untuk menggulingkan Mosaddegh dengan nama sandi Operasi Ajax. Operasi kudeta dijalankan CIA setelah Mosaddegh menasionalisasi aset-aset minyak utama.  



Credit  sindonews.com