Jumat, 29 Desember 2017

Ahed Tamimi, Remaja Palestina Penampar Tentara Israel


Ahed Tamimi, Remaja Palestina Penampar Tentara Israel
Ahed Tamimi, 16 tahun, remaja Palestina penampar tentara Israel akan diadili di pengadilan militer. Masa penahanan dia dan ibunya, Nariman Tamimi diperpanjang hingga Senin (1/1). (AFP PHOTO / ABBAS MOMANI)



Jakarta, CB -- Ahed Tamimi hanyalah seorang remaja Palestina.  Berusia 16 tahun, berambut keriting pirang. Remaja perempuan itu belakangan menjadi perbincangan lantaran video dia menampar tentara Israel beredar viral pada 15 Desember lalu.

Dia akhirnya ditangkap dari rumahnya di Desa Nabi Saleh, Tepi Barat, Rabu (19/12) subuh. Dia bakal didakwa dengan tuduhan penyerangan di pengadilan militer Israel, kata Jaksa, Kamis (28/12).

Warga Palestina menganggap Ahed sebagai pahlawan. Di media sosial, mereka menggambarkan dia sebagai remaja bernilai seribu pria. Keberanian Ahed melawan kejahatan terhadap anak-anak dipuji-puji.


Adapun bagi sejumlah kalangan Israel, tindakan Ahed dianggap provokatif. Aksi Ahed dipandang sengaja untuk menuai kecaman bagi Israel, sedangkan si tentara dipuji telah bertindak menahan diri dengan kesabaran luar biasa. Meski begitu, penahanan Ahed tetap dianggap berlebihan.


Terlahir di keluarga aktivis Palestina, keberanian Ahed bukan hal baru. Foto Ahed mengacungkan kepalan ke tentara Israel juga beredar viral, dan membawa remaja Palestina itu diterima oleh Recep Tayyip Erdogan pada 2012, yang saat itu menjabat sebagai Perdana Menteri Turki.

Foto Ahed mengenakan kaus Tweety Pie, menggigit tangan tentara Israel yang berusaha menangkap saudara laki-lakinya pada 2015 juga beredar viral.

Insiden 15 Desember juga menyebabkan ibu dan sepupunya dibui. Pada Kamis (28/12), pengadilan militer memperpanjang masa penahanan Ahed dan ibunya, Nariman hingga Senin pekan depan. Adapun sepupunya, Nour Naji yang juga ditangkap, akan dilepaskan pada Minggu, (31/12), jika tak ada bukti baru yang diajukan.

Ketiganya tampak di video yang beredar viral pada 15 Desember. Rekaman video menunjukkan aksi itu terjadi dekat rumah keluarga Tamimi di Desa Nabi Saleh, Tepi Barat.

Dalam tayangan terlihat Ahed dan sepupunya mendekati dua tentara Israel dan menyuruh mereka pergi sebelum mendorong, menendang dan menamparnya.

Kedua tentara yang bersenjata lengkap, tampak tidak merespons aksi tersebut. Mereka lalu mundur setelah ibu Ahed, Nariman ikut terlibat.


Ayah Ahed, Bassem menilai perhatian pada putrinya terjadi lantaran dia berambut pirang dan berpakaian ala Barat. "Jika dia berkerudung dan berkulit hitam, apakah dia akan mendapat perhatian yang sama?" kata Bassem seperti dilansir AFP, Kamis (28/12).

"Mesin propaganda Zionis selalu menggambarkan warga Palestina berkulit hitam dan jelek, yang menyerang korban berambut pirang," kata Bassem.

Menanggapi kecaman terhadap keluarganya, disebut menggunakan Ahed sebagai bintang untuk aksi provokasi, Bassem menolak untuk menanggapi. "Kami tidak perlu merespons atau mempertahankan diri," kata dia sambil menyatakan tudingan itu hanyalah upaya mengalihkan perhatian.

Penangkapan Ahed karena menampar tentara Israel menuai banyak perhatian dari kedua pihak.

Presiden Palestina Mahmoud Abbas menelepon Bassem dan memuji perlawanan keluarga Tamimi terhadap pendudukan Israel.

Aksi Ahed menuai dukungan terhadap Palestina, dan tuduhan kepada pemerintah Israel yang menahan seorang remaja yang membela hak-hak sesama warga Palestina. "Para wanita dan gadis Tamimi tidak takut pada tentara. Mereka tidak takut dipenjara," kata aktivis Palestina Issa Amron lewat akun Twitter-nya. "Mereka mengabdi pada perjuangan hingga kita semua merdeka."



Michael Oren, mantan Duta Besar Israel untuk Amerika Serikat, dan saat ini menjabat sebagai deputi menteri diplomasi menuduh keluarga Tamimi menggunakan anak-anak sebagai pion. Lewat akun Twitter-nya, Oren menuduh keluarga itu "mendandani anak-anak dengan pakaian Amerika, dan membayar mereka untuk memprovokasi tentara (Israel) di depan kamera."

"Menggunakan anak-anak secara sinis dan kejam ini adalah pelecehan. Organisasi hak asasi manusia harus menyelidikinya!" cuit Oren seperti dilaporkan AFP.

Insiden penamparan tentara Israel oleh remaja Palestina itu terjadi beberapa hari setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengakui Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel.

Keputusan Trump itu memicu aksi demonstrasi dan kekerasan. Sedikitnya 12 warga Palestina tewas. Sebagian besar saat bentrok dengan tentara Israel.

Keluarga Tamimi mengatakan seorang kerabat ditembak kepalanya dengan peluru karet saat protes, bersamaan dengan video penamparan tentara Israel oleh remaja Palestina itu dibuat.

Adapun kalangan Israel memiliki pandangan berbeda-beda soal video penamparan itu. Ada yang memuji kesabaran tentara untuk menahan diri. Ada pula yang menyatakan hal itu menunjukkan kelemahan dan mendesak agar tentara Israel bertindak lebih tegas.

Bassem Tamimi menyebut putrinya adalah seorang yang pemalu, tapi memiliki kedewasaan untuk menolak penjajahan secara bertanggung jawab.

Menurut sang ayah, Ahed pernah bercita-cita menjadi pemain sepak bola profesional. Namun memutuskan untuk belajar ilmu hukum guna membela keluarga serta desa melawan penjajahan Israel yang telah berlangsung lebih dari 50 tahun.

Bassem mengkhawatirkan putrinya akan ditahan terkait penamparan tentara Israel. Khususnya karena kasus tersebut telah menjadi opini publik di Israel.




Credit  cnnindonesia.com