Jumat, 29 Desember 2017

Guatemala Pindahkan Kedutaan, Arab Ancam Boikot Kapulaga


Guatemala Pindahkan Kedutaan,  Arab Ancam Boikot Kapulaga
Dunia Arab mengancam untuk memboikot kapulaga sebagai balasan atas keputusan Guatemala pindahkan kedubes ke Yerusalem. (AFP PHOTO / RODRIGO ARANGUA)



Jakarta, CB -- Dunia Arab dan muslim mengancam akan memboikot kapulaga asal Guatemala. Ancaman boikot itu dilontarkan setelah Guatemala pindahkan kedubes ke Yerusalem, mengikuti langkah Presiden Amerika Serikat Donald Trump.

Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) menyatakan setiap tahunnya, Guatemala mengekspor kapulaga senilai US$300 juta ke negara-negara Arab dan negara muslim lainnya. Kapulaga adalah bumbu utama dalam hidangan dan kopi Arab.

"Kami akan melakukan penilaian menyeluruh terhadap semua aliansi kami, dan akan mengevaluasi hubungan berdasarkan kepentingan bersama, dengan pandangan  pada siapa yang dengan tulus mendukung perdamaian di Palestina dan siapa yang menentang kepentingan nasional," kata Anees Sweidan, kepala hubungan luar negeri PLO, seperti dilaporkan Arab News, Kamis (21/12).


Mantan Wakil Presiden Guatemala, Edward Stein telah memperingatkan dampak boikot itu kepada 45 ribu petani kapulaga di negeri Amerika Latin tersebut.




Menurut PLO, Asosiasi Eksportir Guatemala telah mengirim surat kepada Kementerian Luar Negeri, meminta presiden membatalkan keputusan untuk pindahkan kedubes ke Yerusalem.

PLO telah mendesak Liga Arab untuk memboikot negara-negara yang memindahkan kedutaannya dari Tel Aviv ke Yerusalem. Boikot semacam itu telah berhasil memaksa Guatemala mencabut keputusan serupa pada era 1990-an.

Kamis (21/12) lalu, Majelis Umum Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) mengeluarkan resolusi yang mengecam langkah Trump yang mengakui Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel. Resolusi itu didukung oleh 128 negara, sembilan menolak dan 35 abstain. Guatemala termasuk salah satu negara yang menolak.

Pada Minggu (24/12), Presiden Jimmy Morales mengumumkan niat Guatemala pindahkan kedubes ke Yerusalem. Langkah itu tidak saja menuai kecaman dari banyak negara, termasuk Indonesia, Qatar dan Yordania, tetapi juga mendapat tanggapan negatif di dalam negeri. Morales dianggap menjilat Trump dan Israel untuk mempertahankan kekuasaan.




Credit  cnnindonesia.com