AMMAN
- Suriah dan Prancis saling melontarkan kecaman. Presiden Suriah Bashar
al Assad menuduh Prancis mendukung pertumpahan darah di negaranya
sehingga tidak layak membicarakan tentang kesepakatan damai.
Pernyataan Assad itu sebagai jawaban atas pernyataan pemerintah Prancis bahwa Assad tidak dalam poisisi memberi pelajaran setelah membunuh rakyatnya. Prancis pada Jumat (15/12) menyatakan pemerintah Suriah tidak melakukan apapun untuk mencapai kesepakatan damai setelah hampir tujuh tahun perang dan Suriah melakukan kejahatan massal di wilayah Ghouta Timur saat 400.000 orang dikepung pasukan pemerintah Suriah.
Assad pun membalas pernyataan Prancis tersebut pada Senin (18/12/2017). “Prancis mempelopori dukungan pada terorisme dan tangan mereka berlumur darah rakyat Suriah dari hari pertama dan kami tidak melihat mereka mengubah sikap mereka secara fundamental,” tegas Assad setelah bertemu delegasi Rusia, dikutip kantor berita Reuters, kemarin.
“Mereka yang mendukung terorisme tidak memiliki hak berbicara tentang perdamaian,” papar Assad.
Meski mendukung oposisi Suriah, Prancis mencari pendekatan lebih pragmatis pada konflik Suriah sejak kehadiran Presiden Prancis Emmanuel Macron menyatakan kepergian Assad bukan syarat awal untuk perundingan.
Macron menjelaskan, dia akan mendorong perundingan damai yang melibatkan semua pihak dalam konflik Suriah selama enam tahun, termasuk Assad, pada awal tahun depan. Macron tidak menjelaskan bagaimana proposal Prancis akan terkait dengan negosiasi yang telah dimediasi oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Dia juga menegaskan, pemimpin Suriah akan menghadapi pengadilan untuk kejahatannya.
Saat berbicara di Washington setelah bertemu para pejabat senior Amerika Serikat (AS), Menteri Luar Negeri (Menlu) Prancis Jean-Yves Le Drian menjelaskan, Prancis tidak mengambil pelajaran dari seorang pria yang membebaskan ribuan militan dari penjara untuk memperparah perang sipil dan tergantung pada Rusia dan Iran untuk tetap berkuasa.
“Saat Anda menghabiskan hari-hari Anda membantai rakyat Anda, Anda seharusnya secara umum sedikit banyak mengalami kelainan,” papar Le Drian.
Intervensi Rusia dan Iran dalam perang di Suriah telah menguntungkan posisi Assad. Kelompok militan dan pemberontak mengalami banyak kekalahan sehingga Assad dapat tetap berkuasa di Suriah. Assad pun mendeklarasikan kemenangannya dalam konflik sipil tersebut.
Meski demikian, perundingan damai antara kelompok pemberontak dan rezim Assad masih terganjal banyak hal. Masing-masing pihak bersikeras dengan sikapnya masing-masing. Sejumlah perundingan pun berakhir tanpa kesepakatan apapun antara kedua pihak yang bertikai.
Pernyataan Assad itu sebagai jawaban atas pernyataan pemerintah Prancis bahwa Assad tidak dalam poisisi memberi pelajaran setelah membunuh rakyatnya. Prancis pada Jumat (15/12) menyatakan pemerintah Suriah tidak melakukan apapun untuk mencapai kesepakatan damai setelah hampir tujuh tahun perang dan Suriah melakukan kejahatan massal di wilayah Ghouta Timur saat 400.000 orang dikepung pasukan pemerintah Suriah.
Assad pun membalas pernyataan Prancis tersebut pada Senin (18/12/2017). “Prancis mempelopori dukungan pada terorisme dan tangan mereka berlumur darah rakyat Suriah dari hari pertama dan kami tidak melihat mereka mengubah sikap mereka secara fundamental,” tegas Assad setelah bertemu delegasi Rusia, dikutip kantor berita Reuters, kemarin.
“Mereka yang mendukung terorisme tidak memiliki hak berbicara tentang perdamaian,” papar Assad.
Meski mendukung oposisi Suriah, Prancis mencari pendekatan lebih pragmatis pada konflik Suriah sejak kehadiran Presiden Prancis Emmanuel Macron menyatakan kepergian Assad bukan syarat awal untuk perundingan.
Macron menjelaskan, dia akan mendorong perundingan damai yang melibatkan semua pihak dalam konflik Suriah selama enam tahun, termasuk Assad, pada awal tahun depan. Macron tidak menjelaskan bagaimana proposal Prancis akan terkait dengan negosiasi yang telah dimediasi oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Dia juga menegaskan, pemimpin Suriah akan menghadapi pengadilan untuk kejahatannya.
Saat berbicara di Washington setelah bertemu para pejabat senior Amerika Serikat (AS), Menteri Luar Negeri (Menlu) Prancis Jean-Yves Le Drian menjelaskan, Prancis tidak mengambil pelajaran dari seorang pria yang membebaskan ribuan militan dari penjara untuk memperparah perang sipil dan tergantung pada Rusia dan Iran untuk tetap berkuasa.
“Saat Anda menghabiskan hari-hari Anda membantai rakyat Anda, Anda seharusnya secara umum sedikit banyak mengalami kelainan,” papar Le Drian.
Intervensi Rusia dan Iran dalam perang di Suriah telah menguntungkan posisi Assad. Kelompok militan dan pemberontak mengalami banyak kekalahan sehingga Assad dapat tetap berkuasa di Suriah. Assad pun mendeklarasikan kemenangannya dalam konflik sipil tersebut.
Meski demikian, perundingan damai antara kelompok pemberontak dan rezim Assad masih terganjal banyak hal. Masing-masing pihak bersikeras dengan sikapnya masing-masing. Sejumlah perundingan pun berakhir tanpa kesepakatan apapun antara kedua pihak yang bertikai.
Credit sindonews.com
Presiden Suriah tuduh Prancis dukung "terorisme"
Damaskus (CB) - Presiden Suriah Bashar al-Assad, Senin
(18/12), menuduh Prancis mendukung "terorisme" dan mengatakan mereka
tidak "berhak bicara soal perdamaian" di negara yang dilanda perang itu.
Pernyataannya disampaikan beberapa hari setelah Paris menuduh rezim Damaskus menghalangi putaran terbaru dari perundingan damai Suriah yang gagal di Jenewa pekan lalu.
"Prancis menjadi penggagas dukungan untuk terorisme di Suriah sejak konflik pertama kali meletus," kata Assad merujuk kepada dukungan Paris terhadap pemberontak yang telah memerangi rezimnya sejak 2011.
"Prancis tidak memiliki kapasitas untuk mengevaluasi konferensi perdamaian," kata Assad kepada wartawan di Damaskus, sebagaimana diwartakan AFP.
"Siapa pun yang mendukung terorisme tidak berhak berbicara tentang perdamaian atau mencampuri urusan Suriah," katanya.
Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Yves Le Drian menekankan peran Prancis sejak awal dibentuknya koalisi internasional untuk memerangi ISIS.
"Bashar al-Assad tampaknya tidak berhak untuk menegaskan sikap politik selama dia masih bergantung pada Iran dan Rusia," kata Le Drian kepada wartawan saat berkunjung ke Washington.
Rezim Damaskus tidak perlu menggurui Paris, imbuhnya.
Pernyataannya disampaikan beberapa hari setelah Paris menuduh rezim Damaskus menghalangi putaran terbaru dari perundingan damai Suriah yang gagal di Jenewa pekan lalu.
"Prancis menjadi penggagas dukungan untuk terorisme di Suriah sejak konflik pertama kali meletus," kata Assad merujuk kepada dukungan Paris terhadap pemberontak yang telah memerangi rezimnya sejak 2011.
"Prancis tidak memiliki kapasitas untuk mengevaluasi konferensi perdamaian," kata Assad kepada wartawan di Damaskus, sebagaimana diwartakan AFP.
"Siapa pun yang mendukung terorisme tidak berhak berbicara tentang perdamaian atau mencampuri urusan Suriah," katanya.
Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Yves Le Drian menekankan peran Prancis sejak awal dibentuknya koalisi internasional untuk memerangi ISIS.
"Bashar al-Assad tampaknya tidak berhak untuk menegaskan sikap politik selama dia masih bergantung pada Iran dan Rusia," kata Le Drian kepada wartawan saat berkunjung ke Washington.
Rezim Damaskus tidak perlu menggurui Paris, imbuhnya.
Credit antaranews.com