Rabu, 20 Desember 2017

Disebut Kompetitor oleh AS, China Minta Kerja Sama


Disebut Kompetitor oleh AS, China Minta Kerja Sama
Strategi baru Presiden Donald Trump mengategorikan China sebagai kompetitor yang menantang kekuasaan AS. (REUTERS/Kevin Lamarque)


Jakarta, CB -- China mendorong kerja sama dan menghindari konfrontasi dengan Amerika Serikat setelah AS menyebutnya sebagai kompetitor yang mencoba menantang kekuatan Negeri Paman Sam.

Melalui laman resmi Kedutaan Besar untuk AS, China menyatakan berharap Amerika Serikat bisa membuang mental untung-rugi dan mencari kesepakatan sembari menghargai perbedaan.

"Dengan dasar saling hormat, China mau hidup berdampingan dengan damai bersama negara-negara lain, termasuk Amerika Serikat," bunyi pernyataan tersebut, dikutip Reuters pada Selasa (19/12). "Namun, AS mesti beradaptasi dan menerima perkembangan China."


Setelah pernyataan itu diterbitkan, juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Hua Chunying, mengatakan negaranya selalu jadi kontributor untuk perkembangan global dan pelindung ketertiban internasional.

"Kerja sama adalah satu-satunya pilihan tepat untuk China dan Amerika Serikat," ujarnya. Dia juga mengatakan kedua pihak mesti mengambil langkah konstruktif dalam menghadapi ketidaksepakatan, meski hal tersebut sudah tak lagi jadi kejutan.

Aktivitas ekonomi dan diplomatik China di seluruh dunia secara umum dapat diterima dengan baik dan tidak ada satu pun negara atau laporan yang bisa mengubah fakta tersebut atau membuat fitnah, kata Hua.

Dia mengatakan, sebagai dua ekonomi terbesar di dunia, China dan Amerika Serikat mempunyai tanggung jawab untuk melindungi keamanan dan stabilitas, dan mempromosikan kesejahteraan global.

"Kami mendorong pihak AS untuk berhenti secara sengaja mengganggu niat strategis China."

Juru bicara Kemlu China, Hua Chunying.
Juru bicara Kemlu China, Hua Chunying. (REUTERS/Jason Lee)
Dalam strategi nasional baru yang dibuat berdasarkan misi "America First" ala Presiden Donald Trump, Amerika Serikat menyebut China dan Rusia sebagai kompetitor yang mencoba mengganggu keamanan dan kesejahteraan AS.

Amerika menyebut China dan Rusia sebagai "kekuatan revisionis" meski Trump telah berjanji membangun hubungan kuat dengan Presiden China Xi Jinping sembari mencoba mengatasi masalah akibat program peluru kendali dan nuklir Korea Utara.

Strategi baru AS menunjukkan ketidakmauan untuk menerima kenyataan bahwa China telah bangkit, kata artikel editorial Global Times.

"Tapi karena ukuran dan kekuatan besar yang telah dicapai China, mereka tidak akan bisa menekan China," kata surat kabar terkemuka itu, dikutip Reuters.




Credit  cnnindonesia.com