Kamis, 28 Desember 2017

6 Prototipe Pesawat Habibie Mulai Dibuat Tahun Depan


6 Prototipe Pesawat Habibie Mulai Dibuat Tahun Depan




Jakarta - Sebanyak 6 prototipe alias purwarupa pesawat R80 akan dimulai pembuatannya tahun depan. Dari 6 purwarupa yang akan dibuat, 4 di antaranya akan digunakan untuk uji terbang dan 2 sisanya untuk uji kekuatan struktur.

"Prototipe dilakukan dalam fase 2018 sampai 2022. Di situ ada detail desain ada pembuatan purwarupa sebanyak 6 buah, 4 di antaranya diterbangkan dan akan menjalani sertifikasi dan pengujian terbang, 2 di antaranya akan digunakan untuk melakukan uji kekuatan struktur," kata Direktur Utama PT Regio Aviasi Industri Agung Nugroho di Kantor RAI, Mega Kuningan, Jakarta Selatan, Rabu (20/12/2017).

Saat ini, pengembangan purwarupa pesawat R80 memasuki fase kedua, yaitu pembuatan detail dari desain pesawat R80 hingga 2019. Di 2019-2020 dilakukan pembangunan fasilitas pabrik yang rencananya dibangun di Kertajati, Jawa Barat.

Di 2020, uji terbang perdana prototipe dilakukan pada 2020 mendatang hingga 2022. Sehingga diperkirakan di 2025 bisa mendapatkan type certificate dan bisa diproduksi massal.

"Akhir dari fase ini di 2025 kita akan mendapatkan Insya Allah sertifikasi nasional yang diberikan Kementerian Perhubungan," ujar Agung.

Saat ini, RAI Juga melakukan penggalangan dana melalui kitabisa.com. Dengan dilakukannya penggalangan dana diharapkan masyarakat Indonesia bisa berperan langsung dalam mewujudkan pesawat R80.

Sampai saat ini, crowdfunding di kitabisa.com sudah mencapai Rp 7,2 miliar dengan lebih dari 18.575 donatur.

Dilakukan crowdfunding untuk R80 karena total biaya pembuatan prototipe pesawat mencapai lebih dari Rp 200 miliar. Sedangkan keseluruhan biaya pengembangan usaha mencapai US$ 1,6 miliar atau sekitar Rp 20 triliun.

"Perlu US$ 1,6 miliar, jumlah fantastis untuk cari investor yang mau investasi ke program ini sekaligus. Yang kita lakukan mencari beberapa investor karena tipe pengembangan pesawat enggak semuanya aplicable," kata Chief Investment Officer RAI Destra Firza Ghazfan.

Destra menambahkan, ada beberapa jenis investor yang akan terlibat dalam pengembangan purwarupa pesawat R80. Pertama, mereka yang benar-benar berminat menanamkan modalnya ke proyek ini, dan kedua menjalin kerja sama dengan industri pendukung pesawat terbang.

Sampai saat ini, kata Destra, sudah ada 5 investor yang berminat bekerjasama dalam pengembangan prototipe pesawat R80.

"Sampai saat ini sudah ada 5 calon partner. Sudah bicara nego tinggal ujungnya aja, ada juga sudah tanda tangan," kata Destra.



Credit  finance.detik.com

Pesawat R80 Sudah Dipesan Hingga 155 Unit

Pesawat R80 Sudah Dipesan Hingga 155 Unit


Jakarta - Pesawat R80 sudah banyak dipesan hingga 155 unit meskipun belum bisa diproduksi massal. Pesawat besutan Presiden ke-3 Republik Indonesia (RI) B. J. Habibie yang rencananya diproduksi 2025 mendatang sudah mendapatkan komitmen pembelian dari maskapai dalam negeri.

"Sudah dipesan ada 155," kata Chief Investment Officer RAI Destra Firza Ghazfan di Kantor RAI, Mega Kuningan, Jakarta Selatan, Rabu (20/12/2017).

Destra merinci, pesanan terbanyak datang dari NAM Air sebanyak 100 unit, kemudian disusul oleh Kalstar 25 unit, Trigana Air 20 unit, dan Aviastar 10 unit. Keempat maskapai dalam negeri tersebut sudah menandatangani Letter of Intent (LoI) dengan RAI.

"Ini yang sudah LoI," tutur Destra.

Harga jual pesawat dengan kapasitas 80 penumpang sebesar US$ 23 juta. "Harga jual US$ 23 juta," tutur Destra.

Pesawat R80 memiliki kapasitas hingga 80 penumpang. Pesawat ini juga memiliki desain kokpit yang modern dan menjamin kenyamanan penumpang selama mengudara.

Pesawat R80 dibuat dengan tujuan mempermudah konektivitas dari satu tempat ke tempat lain di negara dengan bentuk kepulauan. Pesawat ini juga dilengkapi dengan teknologi fly by wire, yaitu sebuah sistem kendali yang menggunakan sinyal elektronik dalam memberikan perintah.



Credit  finance.detik.com

Masuk Proyek Strategis, Pesawat R80 Lebih Mudah Dapat Investor


Masuk Proyek Strategis, Pesawat R80 Lebih Mudah Dapat Investor


Jakarta - Pemerintah mendukung pengembangan prototipe pesawat R80. Pesawat ini juga dimasukkan ke dalam Proyek Strategis Nasional (PSN).

Direktur Utama Regio Aviasi Industri (RAI) Agung Nugroho mengungkapkan, dukungan pemerintah dengan dimasukkannya R80 ke dalam PSN memberikan kemudahan RAI dalam mencari pendanaan. Meski tak dianggarkan langsung, R80 akan lebih menarik di mata investor yang ingin bergabung.

"Perpres PSN memberikan kemudahan. Kami secara khusus didampingi Bappenas melalui PINA (Pembiayaan Investasi Non Anggaran)," ujar Agung di Kantor RAI, Mega Kuningan, Jakarta Selatan, Rabu (20/12/2017).

Disematkannya status PSN dalam pengembangan prototipe pesawat R80 menjadi semangat khusus bagi RAI merealisasikan R80. Selain itu, pemerintah juga berkomitmen dalam mempermudah perizinan pengembangan prototipe pesawat.

"Kredibilitas kita terbantu ada pemerintah, selain itu kemudahan perizinan dan dukungan R&D (research and development) sudah banyak," terang Agung.


Pesawat R80 mampu mengangkut 80 penumpang. Pesawat ini juga memiliki desain kokpit yang modern dan menjamin kenyamanan penumpang selama mengudara. Pesawat ini memiliki dimensi panjang 32,3 meter dengan lebar sayap 30,5 meter dan tinggi 8,5 meter.

Pesawat R80 dibuat dengan tujuan mempermudah konektivitas dari satu tempat ke tempat lain di negara dengan bentuk kepulauan. Pesawat ini juga dilengkapi dengan teknologi fly by wire, yaitu sebuah sistem kendali yang menggunakan sinyal elektronik dalam memberikan perintah.



Credit  finance.detik.comr

Ini Alasan Habibie Semangat Wujudkan Pesawat R80



Ini Alasan Habibie Semangat Wujudkan Pesawat R80


Jakarta - Presiden ke-3 Republik Indonesia (RI) B. J. Habibie masih berupaya mewujudkan pesawat buatan dalam negeri melalui R80. Pesawat R80 yang digarap oleh PT Regio Aviasi Industri (RAI) terlebih lagi sudah menjadi Proyek Strategis Nasional (PSN).

Upaya Habibie mewujudkan kemandirian industri dirgantara dalam negeri bukan tanpa sebab. Dengan kondisi Indonesia sebagai negara kepulauan, kebutuhan transportasi udara akan selalu dibutuhkan sampai kapanpun.

Angkutan udara menggunakan pesawat terbang lebih cepat dan mudah menjangkau ke pulau-pulau atau ke daerah terpencil di Indonesia.

"Ada 17.000 pulau bahwa sampai kiamat, Indonesia perlu pesawat terbang jarak jauh, menengah, dekat-menengah," kata Chief Investment Officer RAI Destra Firza Ghazfan menyampaikan kembali gagasan Habibie di Kantor RAI, Mega Kuningan, Jakarta Selatan, Rabu (20/12/2017).

Destra menambahkan, Indonesia menjadi pasar penjualan pesawat jarak dekat-menengah terbesar di dunia. Namun, sayangnya potensi yang begitu besar belum bisa dimanfaatkan industri dirgantara dalam negeri.

"Dekat-menengah Indonesia pasar terbesar dunia. 50% dari penjualan pesawat dunia adanya di sini dan akan konyol sekali kalau enggak bisa dapatkan apa-apa dari sini dan kita mampu," kata Destra.

Destra meyakini, Indonesia sangat mampu membuat pesawat buatan dalam negeri sendiri. Ia meyakini kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada mampu mewujudkan pesawat buatan dalam negeri.

Akan tetapi, jika SDM yang sudah ada tidak dimanfaatkan sebaik mungkin, maka dibutuhkan waktu 30 tahun mendatang untuk Indonesia merakit pesawat buatannya sendiri.

"Bikin pesawat bukan uang, tapi SDM. Bikin SDM mampu 30 tahun. Kalau enggak bisa meneruskan, generasi dirgantara mati selesai dan butuh 30 tahun lagi bangun," kata Destra.

Direktur Utama RAI menambahkan, keterlibatan Habibie dalam proyek R80 bisa dibilang sebagai penggerak roda pembuatan R80. Habibie juga terlibat langsung dalam desain R80 bersama anak dalam negeri lainnya.

"Pak Habibie selalu kita tanyai hal strategis. Kita mau bikin 20 atau 80 penumpang atau 100 penumpang. Strategis, ini Pak Habibie selalu dan ini berjalan belasan tahun lalu saya dulu di PTDI teknologi dan kita biasa tiap minggu diskusi teknik," ujar Agung.




Credit  finance.detik.com