Senin, 13 Februari 2017

Frank-Walter Steinmeier Terpilih Sebagai Presiden Jerman


 
Frank-Walter Steinmeier Terpilih Sebagai Presiden Jerman  
Frank-Walter Steinmeier. (REUTERS/Britta Pedersen/Pool)
 
Jakarta, CB -- Disebut sebagai sosok yang anti-Donald Trump, politisi moderat kiri yang sempat menjabat sebagai Menteri Luar Negeri Jerman, Frank-Walter Steinmeier, terpilih sebagai Presiden Jerman yang baru dalam pemilihan yang dilaksanakan Minggu (12/2) waktu setempat.

Pria berusia 61 tahun itu disebut sebagai politisi yang populer di Jerman.

Terpilihnya Steinmeier bisa jadi meningkatkan elektabilitas Partai Sosial Demokrat (SPD) yang mengusung Martin Schulz, mantan presiden parlemen Eropa, sebagai kandidat pengganti Kanselir Angela Merkel dalam pemilihan September yang akan datang.

Steimer mendapat 931 suara dari 1.239 suara yang masuk, seperti yang dilansir dari AFP.

Pemungutan suara diadakan di Gedung Reichstag oleh Dewan Federal istimewa yang terdiri atas legislator nasional dan perwakilan dari 16 negara bagian Jerman.

Tak hanya politisi, pemungutan suara itu juga melibatkan seniman, penulis, musisi bahkan pelatih sepak bola tim nasional Joachim Loew.

Dengan rambut putih dan kaca mata bundarnya, Steinmeier menjadi salah satu politisi paling dikenal di Jerman. Terlebih, dia dua kali menjabat sebagai menteri luar negeri di bawah pemerintahan Merkel selama tujuh tahun.

Meski pengacara berpengalaman ini biasanya sangat hati-hati dalam bertutur, dia kini melabeli Presiden AS Donald Trump sebagai "penyebar kebencian."

Setelah konglomerat itu memenangi pemilihan umum, Steinmeier memprediksi hubungan kedua negara akan menjadi lebih sulit dan mengatakan stafnya kesusahan mendeteksi kebijakan luar negeri Trump.

Steinmeier sebelumnya pernah menjabat sebagai penasihat dan kepala staf Kanselir Gerhard Schroeder, pendahulu Merkel, mengoordinasikan badan keamanan dan membantu reformasi buruh dan kesejahteraan.

Pada 2009, Steinmeier mencalonkan diri bersaing dengan Merkel dan kalah telak. Namun, dia justru bergabung dalam kabinet sang Kanselir beberapa tahun setelahnya.




Credit  CNN Indonesia