Ilustrasi (Reuters/Alejandro Acosta)
Seperti dikutip dari AFP, Senin (29/2), hal ini disampaikan oleh Meu Peou, warga Muslim Cham, dalam pengadilan dengar kasus genosida dengan terdakwa Nion Chea, 89, atau yang dikenal dengan "Kakak Kedua" dan mantan kepala negara Khieu Samphan, 84.
Nuon Chea dan Khieu Samphan telah divonis penjara seumur hidup dalam pengadilan sebelumnya atas kasus pengusiran warga Phnom Penh ke kamp kerja paksa dan pembunuhan banyak orang. Pengadilan kali ini fokus pada genosida terhadap warga etnis Vietnam dan minoritas Muslim, termasuk dari etnis Cham.
Di penjara, Meu melihat seorang wanita dibunuh dengan cara sadis. Hatinya dikeluarkan dari tubuhnya dan dimasak untuk kemudian dimakan oleh para penjaga.
"Wanita itu diminta membuka pakaiannya dan tubuhnya dibelah. Darah dimana-mana. Hatinya dikeluarkan dan dimasak untuk makanan," kata Meu.
Lebih dari dua juta warga Kamboja dibunuh dalam kepemimpinan Khmer Merah tahun 1975-1979, termasuk di antaranya 100 ribu hingga 500 ribu Muslim Cham dan 20 ribu warga Vietnam yang merupakan etnis minoritas.
Meu Peou mengatakan rezim Khmer Merah membunuh 17 kerabatnya, termasuk ayahnya yang memilih mati kelaparan dari pada memakan daging babi.
"Saya terpaksa makan babi untuk bertahan hidup," kata Meu Peou yang mengaku warga Muslim Kamboja saat itu banyak yang dimusnahkan dari desa mereka.
Praktik kanibalisme oleh tentara Khmer Merah sebelumnya juga diungkapkan oleh banyak saksi mata di pengadilan. Salah satunya mengaku melihat anggota Khmer Merah memakan empedu korban eksekusi setelah sebelumnya dijemur di bawah matahari.
Khmer Merah melucuti kehidupan modern di Kamboja untuk mencapai utopia negara agraris versi Marxist. Kebanyakan pemimpin kelompok ini telah meninggal dunia sebelum diadili, termasuk "Kakak Pertama" Pol Pot yang mangkat pada 1998.
Credit CNN Indonesia