TEL AVIV
- Israel dan Amerika Serikat (AS) dilaporkan telah mengirim delegasi
militer rahasia ke Ukraina untuk berlatih melawan sistem pertahanan
rudal S-300 buatan Rusia. Latihan itu dibutuhkan setelah Moskow memasok
senjata pertahanan tersebut kepada rezim Suriah.
Pengiriman delegasi militer oleh kedua negara itu dilaporkan Hadashot TV, sebuah stasiun televisi berita Israel. Namun, kedua pemerintah menolak berkomentar terkait laporan pengiriman delegasi militer ke Ukraina.
Pengiriman delegasi militer oleh kedua negara itu dilaporkan Hadashot TV, sebuah stasiun televisi berita Israel. Namun, kedua pemerintah menolak berkomentar terkait laporan pengiriman delegasi militer ke Ukraina.
Menurut
laporan tersebut, pesawat jet tempur F-15 berlatih di Ukraina melawan
S-300 sebagai bagian dari latihan internasional yang melibatkan pilot
Israel. Belum jals apakah pilot Israel ikut menerbangkan F-15 atau hanya
mengamati dari darat.
Sebagai negara pecahan Soviet, Ukraina memiliki senjata pertahanan S-300. Negara itu hingga kini masih berseteru dengan Rusia setelah Moskow menganeksasi Crimea yang memisahkan diri dari Ukraina pada tahun 2014.
Bagi militer Tel Aviv, latihan melawan S-300 buatan Rusia bukan sekali ini dijalani. Sejak 2007, militer negara mayoritas Yahudi itu dilaporkan mulai berlatih dalam latihan militer di Yunani.
Yunani, meski statusnya merupakan anggota NATO, telah membeli sistem pertahanan Rusia tersebut.
Tel Aviv sebelumnya mengklaim senjata pertahanan S-300 Moskow yang dikerahkan di Suriah dapat dilawan dengan pesawat jet tempur siluman F-35. Angkatan Udara Israel (IAF) telah mengoperasikan kembali jet-jet tempur F-35 setelah sebelumnya dikadangkan menyusul termuan kerusakan tabung bahan bakar pada F-35 AS.
Kerusakan tabung bakar itulah yang membuat jet tempur F-35 AS jatuh di South Carolina pada September lalu. Pilot pesawat berhasil terlontar keluar dan bisa diselamatkan.
Pengerahan sistem pertahanan S-300 oleh Moskow kepada rezim Suriah ini sebagai respons setelah pesawat mata-mata Moskow, Il-20, secara tak sengaja ditembak jatuh sistem rudal S-200 Suriah saat merespons serangan jet tempur F-16 di Latakia.
Sebanyak 15 tentara Rusia tewas dalam insiden 17 September 2018 lalu. Moskow menyalahkan militer Tel Aviv dalam insiden itu. Menurut militer Moskow, F-16 Israel telah menjadikan pesawat Il-20 sebagai perisai F-16.
Sebagai negara pecahan Soviet, Ukraina memiliki senjata pertahanan S-300. Negara itu hingga kini masih berseteru dengan Rusia setelah Moskow menganeksasi Crimea yang memisahkan diri dari Ukraina pada tahun 2014.
Bagi militer Tel Aviv, latihan melawan S-300 buatan Rusia bukan sekali ini dijalani. Sejak 2007, militer negara mayoritas Yahudi itu dilaporkan mulai berlatih dalam latihan militer di Yunani.
Yunani, meski statusnya merupakan anggota NATO, telah membeli sistem pertahanan Rusia tersebut.
Tel Aviv sebelumnya mengklaim senjata pertahanan S-300 Moskow yang dikerahkan di Suriah dapat dilawan dengan pesawat jet tempur siluman F-35. Angkatan Udara Israel (IAF) telah mengoperasikan kembali jet-jet tempur F-35 setelah sebelumnya dikadangkan menyusul termuan kerusakan tabung bahan bakar pada F-35 AS.
Kerusakan tabung bakar itulah yang membuat jet tempur F-35 AS jatuh di South Carolina pada September lalu. Pilot pesawat berhasil terlontar keluar dan bisa diselamatkan.
Pengerahan sistem pertahanan S-300 oleh Moskow kepada rezim Suriah ini sebagai respons setelah pesawat mata-mata Moskow, Il-20, secara tak sengaja ditembak jatuh sistem rudal S-200 Suriah saat merespons serangan jet tempur F-16 di Latakia.
Sebanyak 15 tentara Rusia tewas dalam insiden 17 September 2018 lalu. Moskow menyalahkan militer Tel Aviv dalam insiden itu. Menurut militer Moskow, F-16 Israel telah menjadikan pesawat Il-20 sebagai perisai F-16.
Israel
membantah temuan Rusia dan mengatakan bahwa jet-jet tempurnya sudah
kembali di wilayah udara Israel ketika pesawat Il-20 Moskow jatuh.
Pada pertemuan dengan Knesset (parlemen) pada hari Senin lalu, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu memuji hubungan dengan Rusia.
Pihaknya mengklaim kontak langsung dan sering dengan Presiden Rusia Vladimir Putin untuk menghadapi tantangan yang rumit dan sangat sulit di kawasan Timur Tengah. "Ini sangat penting untuk keamanan Israel," katanya, yang dilansir Times of Israel, Selasa (16/10/2018) malam.
Pada pertemuan dengan Knesset (parlemen) pada hari Senin lalu, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu memuji hubungan dengan Rusia.
Pihaknya mengklaim kontak langsung dan sering dengan Presiden Rusia Vladimir Putin untuk menghadapi tantangan yang rumit dan sangat sulit di kawasan Timur Tengah. "Ini sangat penting untuk keamanan Israel," katanya, yang dilansir Times of Israel, Selasa (16/10/2018) malam.
Credit sindonews.com