Rusia nilai tuntutan AS untuk Iran tidak bisa diterima
CB,
MOSKOW -- Pemerintah Rusia menolak kampanye anti-Iran yang digaungkan
Amerika Serikat (AS) usai hengkang dari kesepakatan nuklir atau Joint
Comprehensive Plan of Action (JCPOA). Rusia menilai tuntutan AS yang
diajukan ke Iran dalam rangka merevisi kesepakatan nuklir tidak dapat
diterima.
"Sangat mengkhawatirkan bahwa kampanye anti-Iran mengumpulkan
momentum di Washington seperti bola salju. Tampaknya AS akhirnya memilih
kebijakan ultimatum dan ancaman terhadap Iran," kata juru bicara
Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova, dikutip laman
Asharq Al-Awsat pada Kamis (24/5).
"Ini
tidak sesuai dengan semangat JCPOA pada program nuklir Iran dan
melampaui kerangka hubungan antarnegara yang normal," ujar Zakharova
menambahkan.
Kampanye
anti-Iran akan menjadi salah satu topik yang dibahas Presiden Prancis
Emmanuel Macron ketika bertemu Presiden Rusia Vladimir Putin. Macron
diketahui tengah mengunjungi Rusia untuk menghadiri acara St.Petersburg
Economic Forum pada Kamis (24/5).
"(Putin dan
Macron) berencana untuk membahas prospek mempertahankan JCPOA dalam
mengatur program nuklir Iran setelah penarikan sepihak AS dari
perjanjian tersebut," ungkap Penasihat Luar Negeri Putin, Yuri Ushakov.
Selain
membahas kesepakatan nuklir, Macron dan Putin juga akan mendiskusikan
beberapa isu lainnya, antara lain tentang krisis Suriah, krisis Ukraina,
Libya, dan perdamaian di Timur Tengah. Pada 8 Mei lalu, Presiden AS
Donald Trump memutuskan menarik negaranya dari kesepakatan nuklir Iran.
Trump
menganggap kesepakatan tersebut cacat karena memberi ruang bagi Iran
untuk mengembangkan rudal balistiknya. Dengan penarikan tersebut, AS
memutuskan untuk kembali menjatuhkan sanksi ekonomi terhadap Iran.
Tak
hanya itu, AS pun siap memberikan sanksi kepada negara atau perusahaan
yang menjalin kerja sama bisnis dengan Teheran. Pada Senin (21/5),
Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo telah mengajukan 12 tuntutan untuk
memperbarui kesepakatan nuklir Iran.
Tuntutan
tersebut antara lain meminta Iran menyerahkan laporan lengkap tentang
program nuklirnya kepada Badan Energi Atom Internasional (IAEA),
memberikan IAEA akses tanpa syarat ke seluruh situs nuklir Iran,
mengakhiri proliferasi rudal balistik, menghentikan dukungan terhadap
kelompok teroris di Timur Tengah. Termasuk Hizbullah, Hamas, dan Jihad
Islam, serta menarik pasukannya dari seluruh Suriah.
Pompeo
pun melayangkan ancaman akan menjatuhkan sanksi terberat dalam sejarah
bila Iran mengabaikan tuntutan-tuntutan tersebut. "Sengatan sanksi hanya
akan tumbuh lebih menyakitkan jika rezim (Iran) tak mengubah arah dari
jalan yang tidak dapat diterima dan tidak produktif yang telah
dipilihnya untuk dirinya sendiri dan rakyat Iran. Ini akan menjadi
sanksi terkuat dalam sejarah pada saat kita selesai," katanya.
Presiden
Iran Hassan Rouhani menyatakan negaranya tidak akan memenuhi tuntutan
yang diajukan AS untuk merevisi kesepakatan nuklir. Menurutnya era AS
membuat keputusan untuk seluruh dunia telah berakhir.
"Negara-negara
merdeka. Kami akan melanjutkan jalan kami dengan dukungan bangsa kami.
Siapa Anda (AS) mengambil keputusan untuk Iran dan dunia?," kata
Rouhani.