ANKARA
- Menteri Energi Turki Berat Albayrak mengatakan publik Ankara secara
alami akan melihat Israel sebagai tersangka utama jika Presiden Tayyip
Erdogan jadi target pembunuhan. Komentar itu sebagai respons laporan
media Amerika Serikat (AS) yang menyebut kudeta sedang direncanakan di
Turki dengan menjadikan Erdogan sebagai target utama.
"Sebuah laporan berita diterbitkan di websitu Amerika yang mengatakan Israel akan mengirim pembunuh dan melakukan serangan terhadap presiden. Saya katakan ini, publik sedang membicarakan hal ini. Jika presiden sedikit dirugikan, Israel akan menjadi tersangka secara alami," kata Albayrak, yang dilansir Daily Sabah, Kamis (24/5/2018).
Laporan tentang Erdogan dijadikan target pembunuhan itu awalnya dilaporkan Veterans Today. "Kudeta sedang dalam perencanaan untuk dimulai dengan pembunuhan Erdogan. Israel sedang merencanakannya; kita mendapatkannya dari mana-mana, terutama kontak kita di Angkatan Darat Turki," bunyi laporan yang ditulis oleh Gordon Duff dan diterbitkan pada 15 Mei 2018 lalu.
Laporan kontroversial itu muncul menjelang kunjungan Erdogan ke Bosnia-Herzegovina. Intelijen Turki juga telah menerima pemberitahuan tentang kemungkinan plot terhadap Erdogan, yang direncanakan akan dilakukan selama kunjungannya ke Bosnia.
Erdoğan menanggapi laporan tentang plot itu, yang dilaporkan telah digagalkan. Dia mengatakan bahwa pemberitahuan telah mencapai Organisasi Intelijen Nasional (MİT) dari berbagai belahan dunia dan berbagai organisasi intelijen.
"Setelah ini, MİT melakukan kerja intensif dan mewawancarai lawan bicaranya. Mereka membuat tim kami waspada. Saya memberi tahu wakil dari MİT untuk 'pergi ke depan satu hari sebelumnya'. Dia pergi sehari yang lalu, kami mengambil tindakan pencegahan," kara Erdogan.
Erdoğan mengatakan bahwa dia tidak menerima pemberitahuan seperti itu untuk pertama kalinya baik di dalam maupun di luar negeri.
Artikel Veterans Today juga menambahkan; "AS sekarang percaya bahwa mereka tidak dapat menyerang Iran tanpa membunuh Erdogan, dan bahwa Putin tanpa Erdogan di sisinya, akan mundur untuk mendukung Assad atau menawarkan penjualan senjata lebih lanjut ke Iran."
Hubungan antara Turki dan Israel sangat tidak menyenangkan setelah keputusan AS untuk merelokasi kedutaannya di Israel dari Tel Aviv ke Yerusalem.
Setelah relokasi berlangsung pada 14 Mei, Turki mengusir duta besar Israel di Ankara dan konsul Istanbul.
"Sebuah laporan berita diterbitkan di websitu Amerika yang mengatakan Israel akan mengirim pembunuh dan melakukan serangan terhadap presiden. Saya katakan ini, publik sedang membicarakan hal ini. Jika presiden sedikit dirugikan, Israel akan menjadi tersangka secara alami," kata Albayrak, yang dilansir Daily Sabah, Kamis (24/5/2018).
Laporan tentang Erdogan dijadikan target pembunuhan itu awalnya dilaporkan Veterans Today. "Kudeta sedang dalam perencanaan untuk dimulai dengan pembunuhan Erdogan. Israel sedang merencanakannya; kita mendapatkannya dari mana-mana, terutama kontak kita di Angkatan Darat Turki," bunyi laporan yang ditulis oleh Gordon Duff dan diterbitkan pada 15 Mei 2018 lalu.
Laporan kontroversial itu muncul menjelang kunjungan Erdogan ke Bosnia-Herzegovina. Intelijen Turki juga telah menerima pemberitahuan tentang kemungkinan plot terhadap Erdogan, yang direncanakan akan dilakukan selama kunjungannya ke Bosnia.
Erdoğan menanggapi laporan tentang plot itu, yang dilaporkan telah digagalkan. Dia mengatakan bahwa pemberitahuan telah mencapai Organisasi Intelijen Nasional (MİT) dari berbagai belahan dunia dan berbagai organisasi intelijen.
"Setelah ini, MİT melakukan kerja intensif dan mewawancarai lawan bicaranya. Mereka membuat tim kami waspada. Saya memberi tahu wakil dari MİT untuk 'pergi ke depan satu hari sebelumnya'. Dia pergi sehari yang lalu, kami mengambil tindakan pencegahan," kara Erdogan.
Erdoğan mengatakan bahwa dia tidak menerima pemberitahuan seperti itu untuk pertama kalinya baik di dalam maupun di luar negeri.
Artikel Veterans Today juga menambahkan; "AS sekarang percaya bahwa mereka tidak dapat menyerang Iran tanpa membunuh Erdogan, dan bahwa Putin tanpa Erdogan di sisinya, akan mundur untuk mendukung Assad atau menawarkan penjualan senjata lebih lanjut ke Iran."
Hubungan antara Turki dan Israel sangat tidak menyenangkan setelah keputusan AS untuk merelokasi kedutaannya di Israel dari Tel Aviv ke Yerusalem.
Setelah relokasi berlangsung pada 14 Mei, Turki mengusir duta besar Israel di Ankara dan konsul Istanbul.
Credit sindonews.com