LONDON
- Kepala kebijakan nuklir Pentagon memperingatkan bahwa rudal
hipersonik dari Rusia dan China merupakan ancaman menyeramkan di depan
mata Amerika Serikat (AS). Senjata itu dianggap bisa memengaruhi
Washington menjadi lebih buruk.
Direktur Kebijakan Nuklir Kantor Kementerian Pertahanan AS, Brad Clark, mengatakan bahwa meningkatnya kecanggihan rudal yang dimiliki oleh negara-negara bersenjata nuklir yang bermusuhan merupakan penyebab kekhawatiran di Washington.
Menurut Clarck, Pentagon khawatir tentang rudal jelajah komputer dan rudal hipersonik yang dapat mencapai kecepatan Mach 5 atau 3.500 mph.
Kekhawatiran Clark disampaikan saat dia membahas pendekatan administrasi Trump untuk pertahanan rudal di dalam dan di luar negeri dalam RUSI Missile Defence Conference di London, Rabu (30/5/2018).
Departemen Pertahanan AS diperkirakan akan merilis Ballistic Missile Defence Review (BMDR) akhir tahun ini. Dokumen itu diharapkan akan menguraikan rencana Trump untuk postur pertahanan rudal di daratan AS dan di seluruh dunia.
"BMRD masih kosong, dan akan dikeluarkan ketika dikeluarkan," kata Clark kepada audiensi akademisi dan pembuat kebijakan, yang dilansir Daily Star.
Menurut Clark, sejak 2010—tahun perilisan BMDR selama masa pemerintahan Barack Obama sebagai Presiden AS—ancaman rudal yang dihadapi AS telah memburuk. "Seiring waktu, hal-hal yang kami khawatirkan pada tahun 2010 memburuk," ujarnya.
"Kami tidak dapat mencapai dialog yang berarti dengan Rusia atau China," kata Clark.
"Kedua kapasitas dalam hal jumlah rudal dan kemampuan rudal, tidak hanya sekarang tetapi melihat ke masa depan, yang memengaruhi Amerika Serikat menjadi memburuk," imbuh Clark.
"Pemerintahan Obama memang beradaptasi dengan perubahan tersebut dengan mempromosikan peningkatan kemampuan regional. Jadi dari situlah administrasi Trump masuk."
Clark menyatakan AS telah difokuskan pada pertahanan rudal regional dengan perhatian khusus terhadap negara-negara "jahat", yaitu Iran dan Korea Utara, yang rudal balistik antarbenua (ICMB) dianggap mampu mencapai daratan AS.
Meskipun ada jaminan dari Washington, penyebaran sistem rudal AS ke negara-negara sekutu, termasuk Korea Selatan, Jepang dan Polandia, dilihat sebagai upaya untuk mengganggu keseimbangan strategis oleh Presiden Rusia Vladimir Putin.
Direktur Kebijakan Nuklir Kantor Kementerian Pertahanan AS, Brad Clark, mengatakan bahwa meningkatnya kecanggihan rudal yang dimiliki oleh negara-negara bersenjata nuklir yang bermusuhan merupakan penyebab kekhawatiran di Washington.
Menurut Clarck, Pentagon khawatir tentang rudal jelajah komputer dan rudal hipersonik yang dapat mencapai kecepatan Mach 5 atau 3.500 mph.
Kekhawatiran Clark disampaikan saat dia membahas pendekatan administrasi Trump untuk pertahanan rudal di dalam dan di luar negeri dalam RUSI Missile Defence Conference di London, Rabu (30/5/2018).
Departemen Pertahanan AS diperkirakan akan merilis Ballistic Missile Defence Review (BMDR) akhir tahun ini. Dokumen itu diharapkan akan menguraikan rencana Trump untuk postur pertahanan rudal di daratan AS dan di seluruh dunia.
"BMRD masih kosong, dan akan dikeluarkan ketika dikeluarkan," kata Clark kepada audiensi akademisi dan pembuat kebijakan, yang dilansir Daily Star.
Menurut Clark, sejak 2010—tahun perilisan BMDR selama masa pemerintahan Barack Obama sebagai Presiden AS—ancaman rudal yang dihadapi AS telah memburuk. "Seiring waktu, hal-hal yang kami khawatirkan pada tahun 2010 memburuk," ujarnya.
"Kami tidak dapat mencapai dialog yang berarti dengan Rusia atau China," kata Clark.
"Kedua kapasitas dalam hal jumlah rudal dan kemampuan rudal, tidak hanya sekarang tetapi melihat ke masa depan, yang memengaruhi Amerika Serikat menjadi memburuk," imbuh Clark.
"Pemerintahan Obama memang beradaptasi dengan perubahan tersebut dengan mempromosikan peningkatan kemampuan regional. Jadi dari situlah administrasi Trump masuk."
Clark menyatakan AS telah difokuskan pada pertahanan rudal regional dengan perhatian khusus terhadap negara-negara "jahat", yaitu Iran dan Korea Utara, yang rudal balistik antarbenua (ICMB) dianggap mampu mencapai daratan AS.
Meskipun ada jaminan dari Washington, penyebaran sistem rudal AS ke negara-negara sekutu, termasuk Korea Selatan, Jepang dan Polandia, dilihat sebagai upaya untuk mengganggu keseimbangan strategis oleh Presiden Rusia Vladimir Putin.
Credit sindonews.com