Din berharap agar Myanmar memberikan pengakuan terhadap etnis Rohingya. 
CB,
 JAKARTA -- Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah, Din Syamsuddin menilai, 
perkembangan di Myanmar, terutama di Provinsi Rakhine memicu 
keprihatinan pada lingkup Asia Tenggara, bahkan dunia. Ia berharap, 
permasalahan ini bisa diselesaikan secara tepat.
Menurut
 Din, tiada lain jalan lain kecuali mengembangkan koeksistensi damai dan
 pengakuan kewarganegaraan bersama bagi seluruh rakyat. 
"Saya meminta untuk adanya pengakuan dan pemberian hak 
kewarganegaraan bagi etnik Rohingya yang kebetulan beragama Islam," 
tutur Ketua Dewan Pertimbangan MUI ini dalam rilis yang diterima 
Republika.co.id, Senin (28/5).
Hal
 ini disampaikan Din saat bertemu dengan State Councillor Myanmar, Aung 
San Suu Kyi di Ibu Kota Myanmar Pyi Pyi Twa, pada Jumat (25/5). 
Pertemuan yang juga dihadiri sejumlah tokoh agama dunia ini berlangsung 
di kantor Su Kyi. Mereka terlibat dialog terbuka dan akrab.
Suu
 Kyi memberi tanggapan dengan menyatakan, Myanmar sudah mengamalkan 
demokrasi dan sangat menghargai hak-hak asasi manusia dan nilai 
demokrasi. Masalah di Provinsi Rakhine dan wilayah-wilayah lain di 
Myanmar akan dapat diselesaikan dengan semangat perdamaian dan 
rekonsiliasi.
Sejumlah tokoh agama dunia yang turut 
hadir antara lain Supreme Patriach Sri Langka, Supreme Patriach Kamboja,
 President of Risho Kosakai dari Jepang Rev. Niwano (ketiganya adalah 
tokoh umat Buddha dunia), Bishop Gunnar Stalsett (tokoh Kristiani 
Eropa), Madame Vinu Aram tokoh umat Hindu dari India, dan Rev. Koichi 
Sugino.
Bersama para tokoh lintas agama Myanmar, mereka 
menemui Aung San Suu Kyi untuk menyampaikan surat para tokoh Agama Dunia
 untuk Bangsa Myanmar. Surat yang dihasilkan dari Konsultasi Tingkat 
Tinggi selama dua hari sebelumnya di Yangon ini mengandung pesan dan 
ajakan kepada pemerintah dan rakyat Myanmar untuk menyelesaikan konflik 
bernuansa agama dan etnis di Myanmar dengan semangat kemanusiaan, 
perdamaian, dan rekonsiliasi.
Aung San Suu Kyi menerima 
dengan senang hati atas kunjungan dan surat tersebut. Di antaranya 
terkait usulan delegasi untuk adanya Konferensi Internasional tentang 
Myanmar pada Oktober 2018. "Konferensi diharapkan menjadi tonggal 
penyelesaian masalah Myanmar secara berkeadilan," ucap Din.