Israel memblokade laut Palestina selama 11 tahun.
CB,
 GAZA -- Dua kapal akan berlayar dari pelabuhan di Jalur Gaza untuk 
mematahkan blokade laut yang telah diberlakukan Israel selama 11 tahun. 
Blokade tersebut telah menyulitkan pasien untuk keluar dari Gaza dan 
mencegah pasokan obat-obatan untuk masuk ke wilayah itu.
Kapal-kapal
 tersebut dijadwalkan akan berlayar pada Selasa (29/5) pagi. Kapal akan 
membawa sekitar 30 penumpang, termasuk para demonstran yang terluka 
dalam aksi demonstrasi yang telah terjadi selama berminggu-minggu di 
sepanjang perbatasan Jalur Gaza dengan Israel.
Palestina telah melakukan aksi protes sejak 30 Maret lalu 
untuk menyerukan hak kembali bagi para pengungsi ke rumah-rumah dan 
desa-desa mereka yang telah direbut secara paksa oleh Israel pada 1948. 
Dalam aksi itu, pasukan Israel menewaskan sedikitnya 120 warga Palestina
 di Gaza dan melukai sedikitnya 13 ribu lainnya.
Alaa
 Al-Battah, anggota panitia pengarah pelayaran kapal, mengatakan 
pelayaran kapal-kapal itu adalah bagian dari upaya Palestina untuk 
secara damai melawan dan mematahkan blokade di Gaza. "Ini juga merupakan
 kelanjutan dari demonstrasi untuk menuntut hak kembalinya warga 
Palestina," ujar Al-Battah kepada Aljazirah.
Salah 
Abdul-Ati, salah satu panitia penyelenggara, mengatakan kepada wartawan 
pada Ahad (27/5), perjalanan kapal-kapal itu akan membawa harapan dan 
impian rakyat Palestina untuk bisa mendapatkan kebebasan. Abul-Ati 
menyerukan masyarakat internasional untuk menekan Israel agar mencabut 
blokade terhadap Gaza. Ia juga meminta LSM internasional untuk 
memberikan perlindungan bagi dua kapal yang akan berlayar di Gaza.
Nama-nama
 penumpang kapal telah dirahasiakan dari media untuk memastikan 
keselamatan mereka terhadap potensi adanya agresi Israel. "Semua orang 
di kapal adalah warga sipil," kata Adham Abu Salima, yang juga anggota 
panitia penyelenggara.
Ia menjelaskan, di antara 
mereka yang berada di dalam kapal adalah orang-orang yang terluka oleh 
pasukan Israel selama aksi protes baru-baru ini. Sementara yang lainnya 
menderita kondisi kesehatan jangka panjang, termasuk pasien kanker.
Penyelenggara
 mengatakan mereka takut Israel akan mencoba menghentikan kapal-kapal 
yang akan meninggalkan Gaza itu, seperti yang telah sering dilakukan di 
masa lalu. Israel telah melarang penangkapan ikan di luar jarak 11 
kilometer di lepas pantai dan sering menembaki kapal-kapal Palestina 
yang melebihi batas itu.
Menurut Al-Battah, pasukan 
Israel selama tiga minggu terakhir telah menyerang dua kapal yang juga 
akan berlayar dari Jalur Gaza. "Kami berencana untuk melepas dua kapal, 
tetapi mereka segera ditargetkan dan dihancurkan oleh Israel. Sekarang, 
kami memiliki perahu kecil dengan kapasitas yang sangat terbatas," kata 
dia.
Pelayaran kapal pada Selasa (29/5) akan 
bertepatan dengan peringatan delapan tahun serangan Israel terhadap 
armada Mavi Marmara Turki di perairan internasional. Dalam serangan itu,
 sembilan aktivis Turki tewas. Seorang aktivis lainnya meninggal dunia 
empat tahun kemudian, setelah ia menyerah pada luka yang didapatkannya 
dalam serangan itu.
Insiden tersebut menyebabkan 
krisis politik antara Turki dan Israel. Krisis berakhir setelah Israel 
menawarkan permintaan maaf dan memberi kompensasi kepada keluarga 
korban. "Ada banyak armada yang mencoba membawa bantuan kepada warga 
Gaza, tetapi kali ini, kapal-kapal kami yang akan berangkat dari Gaza ke
 dunia luar," kata Al-Battah.
"Tujuan kami adalah 
untuk menunjukkan penderitaan orang-orang Gaza dan mengirim pesan kepada
 dunia bahwa kami memiliki hak atas tanah, laut, dan pelabuhan kami," 
ujarnya.