Kedua pemimpin itu akan bekerja erat dan tak tergoyahkan demi keberhasilan penyelenggaraan temu puncak Korut-AS ..."
Seoul (CB) - Presiden Korea Selatan (Korsel) Moon Jae-in
dan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump pada Minggu berbicara
untuk memastikan pertemuan puncak Korea Utara (Korut) dengan AS dapat
tetap berlangsung pasca-ancaman Korut menarik diri dari pembicaraan
tingkat tinggi yang dijadwalkan berlangsung di Singapura, Juni 2018.
Moon dan Trump berbicara melalui telepon sekira 20 menit dan bertukar pandangan tentang tanggapan Korut baru-baru ini, demikian keterangan Kantor Kepresidenan Korsel.
"Kedua pemimpin itu akan bekerja erat dan tak tergoyahkan demi keberhasilan penyelenggaraan temu puncak Korut-AS, yang ditetapkan pada 12 Juni, termasuk temu puncak Korea Selatan-AS mendatang," kata seorang pejabat Kantor Kepresidenan Korsel, layaknya dikutip Reuters.
Moon dan Trump dijadwalkan bertemu pada Selasa (22/5) di Washington DC, sebelum pemimpin Korsel Kim Jong-un bertemu dengan Trump yang direncanakan pada 12 Juni 2018 di Singapura.
Meskipun pertemuan bersejarah antar-Korea pada akhir April meningkatkan harapan rekonsiliasi, namun Korut menunjukkan perubahan dramatis dalam beberapa hari terakhir.
Kepala perunding Korut Ri Son-gwon, Kamis (17/5), mengatakan bahwa mereka tidak akan mengadakan pembicaraan dengan Korsel kecuali tuntutan mereka dipenuhi, merujuk pada latihan tempur udara Korsel-AS bernama "Max Thunder".
Latihan di Semenangjung Korea tersebut dilaksanakan sehari setelah Korut mengancam akan keluar dari pertemuan puncak dengan AS.
Demi meredam situasi, juru bicara Palang Merah Internasional Korut pada hari Sabtu (19/5) menuntut Pemerintah Korsel harus mengirim pekerja restoran perempuan Korut kembali ke rumah mereka "tanpa penundaan" untuk menunjukkan kemauan untuk meningkatkan hubungan antar-Korea, tulis kantor berita pusat Korea Utara (KCNA).
Selusin pekerja restoran Korut datang ke Korsel pada 2016 dari China, dan Korut telah mendesak untuk mengirim mereka kembali dengan mengklaim mereka diculik Korsel, meskipun Korsel telah mengatakan 12 pekerja memutuskan untuk membelot dan ingin bebas atas kemauan mereka sendiri.
Lee Dong-bok, seorang peneliti di "New Asia Research Institution" mengatakan sebagian alasan untuk tuntutan repatriasi Korut adalah untuk membagi opini publik Korsel terhadap 12 pekerja.
"Itu juga untuk menekan pemerintahan Moon untuk menyetujui permintaannya, sehingga Korsel dapat menjaga momentum untuk pertemuan KTT Korut-AS," kata Lee menambahkan.
Moon dan Trump berbicara melalui telepon sekira 20 menit dan bertukar pandangan tentang tanggapan Korut baru-baru ini, demikian keterangan Kantor Kepresidenan Korsel.
"Kedua pemimpin itu akan bekerja erat dan tak tergoyahkan demi keberhasilan penyelenggaraan temu puncak Korut-AS, yang ditetapkan pada 12 Juni, termasuk temu puncak Korea Selatan-AS mendatang," kata seorang pejabat Kantor Kepresidenan Korsel, layaknya dikutip Reuters.
Moon dan Trump dijadwalkan bertemu pada Selasa (22/5) di Washington DC, sebelum pemimpin Korsel Kim Jong-un bertemu dengan Trump yang direncanakan pada 12 Juni 2018 di Singapura.
Meskipun pertemuan bersejarah antar-Korea pada akhir April meningkatkan harapan rekonsiliasi, namun Korut menunjukkan perubahan dramatis dalam beberapa hari terakhir.
Kepala perunding Korut Ri Son-gwon, Kamis (17/5), mengatakan bahwa mereka tidak akan mengadakan pembicaraan dengan Korsel kecuali tuntutan mereka dipenuhi, merujuk pada latihan tempur udara Korsel-AS bernama "Max Thunder".
Latihan di Semenangjung Korea tersebut dilaksanakan sehari setelah Korut mengancam akan keluar dari pertemuan puncak dengan AS.
Demi meredam situasi, juru bicara Palang Merah Internasional Korut pada hari Sabtu (19/5) menuntut Pemerintah Korsel harus mengirim pekerja restoran perempuan Korut kembali ke rumah mereka "tanpa penundaan" untuk menunjukkan kemauan untuk meningkatkan hubungan antar-Korea, tulis kantor berita pusat Korea Utara (KCNA).
Selusin pekerja restoran Korut datang ke Korsel pada 2016 dari China, dan Korut telah mendesak untuk mengirim mereka kembali dengan mengklaim mereka diculik Korsel, meskipun Korsel telah mengatakan 12 pekerja memutuskan untuk membelot dan ingin bebas atas kemauan mereka sendiri.
Lee Dong-bok, seorang peneliti di "New Asia Research Institution" mengatakan sebagian alasan untuk tuntutan repatriasi Korut adalah untuk membagi opini publik Korsel terhadap 12 pekerja.
"Itu juga untuk menekan pemerintahan Moon untuk menyetujui permintaannya, sehingga Korsel dapat menjaga momentum untuk pertemuan KTT Korut-AS," kata Lee menambahkan.
Credit antaranews.com