Kekerasan yang meluas dan sistematis terhadap Rohingya terus berlangsung.
CB,
YANGON -- "Pembersihan etnis" oleh Myanmar terhadap kelompok Muslim
Rohingya berlanjut. Seorang pejabat bidang hak asasi manusia
Perserikatan Bangsa Bangsa mengatakan, pembersihan etnis itu masih
terjadi lebih dari enam bulan sejak serangan pemberontak menyulut
pasukan keamanan melancarkan tindakan, yang telah membuat hampir 700
ribu warga mengungsi ke Bangladesh.
Andrew Gilmour, asisten sekretaris jenderal PBB untuk HAM, Selasa
(6/3) mengeluarkan komentar itu setelah ia selama empat hari mengunjungi
distrik Cox'x Bazar di negara tetangga Myanmar, Bangladesh. Dalam
kunjungan tersebut, Gilmour menemui orang-orang yang mengungsikan diri
dari Myanmar baru-baru ini.
"Saya rasa, kita tidak bisa
mengambil kesimpulan dari apa yang telah saya lihat dan saya dengar di
Cox's Bazar," kata Gilmour dalam pernyataan.
Setelah para
pemberontak Rohingya menyerang 30 kantor polisi dan sebuah markas
militer pada 25 Agustus, tentara-tentara dan polisi Myanmar menyisir
desa-desa dalam gerakan, yang disebut pemerintah sebagai operasi sah
untuk mencabut akar "teroris-teroris".
Para warga Rohingya
yang mencari tempat penampungan di Bangladesh telah melaporkan bahwa
pasukan keamanan Myanmar melakukan pemerkosaan, pembunuhan dan
pembakaran. PBB dan Amerika Serikat telah menyimpulkan gerakan oleh
pasukan keamanan Myanmar itu sudah menjadi pembersihan etnis.
Gilmour
berbicara dengan para pengungsi, yang menceritakan
penculikan-penculikan oleh pasukan keamanan dan setidaknya ada satu pria
Rohingya yang tewas dalam penahanan pada Februari, bunyi pernyataan
itu. "Tampaknya kekerasan yang meluas dan sistematis terhadap Rohingya
terus berlangsung," kata Gilmour.
"Sifat kekerasan tersebut
telah berubah dari pertumpahan darah tak terkendali dan pemerkosaan
massal tahun lalu menjadi operasi teror dengan intensitas yang lebih
rendah serta serta kelaparan yang dipaksakan, yang tampaknya diatur
untuk membuat warga-warga Rohingya yang masih ada meninggalkan
rumah-rumah mereka menuju Bangladesh."
Walaupun Myanmar
mengatakan pihaknya siap menerima kembali para pengungsi, di bawah
kesepakatan yang ditandatangani dengan Bangladesh pada November,
tambahnya, "Pemulangan yang aman, bermartabat dan berkelanjutan tentu
saja tidak mungkin terjadi di tengah kondisi saat ini".
Juru
bicara pemerintah Zaw Htay mengatakan, ia belum melihat pernyataan PBB
yang dikeluarkan pada Selasa itu, namun Myanmar mengatakan pihaknya
tidak melakukan pembersihan etnis. "Kami tidak mengusir para pengungsi,"
tambahnya