WASHINGTON
- Presiden Donald John Trump meminta Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed
bin Salman untuk berbagi kekayaan negaranya dengan membeli banyak
senjata buatan Amerika Serikat (AS). Putra Raja Salman bin Abdulaziz itu
mengunjungi Trump di Gedung Putih pada hari Selasa waktu Washington,
DC.
Seruan Trump pada Riyadh agar terus membeli senjata Washington itu disampaikan ketika para senator AS menyuarakan pembatasan penjualan senjata untuk mengurangi korban sipil dalam perang di Yaman yang dilakukan Arab Saudi dan sekutu Arab-nya.
Kunjungan Pangeran Mohammed juga diwarnai demonstrasi di sejumlah kota di AS yang menentang invasi di Yaman yang dianggap berkontribusi terhadap krisis kemanusiaan.
Dalam pidato pembukaan sebelum pertemuan dengan Pangeran Mohammed, Trump mendambakan penjualan senjata AS kepada Arab Saudi melampaui nilai USD12,5 miliar dan terus meningkat pada masa-masa yang akan datang.
”Arab Saudi adalah negara yang sangat kaya, dan mereka akan memberi Amerika Serikat sebagian dari kekayaan itu, semoga dalam bentuk pekerjaan, dalam bentuk pembelian peralatan militer terbaik di mana pun di dunia,” kata Trump.
”Tidak ada yang mendekati (AS), seperti yang saya katakan sebelumnya, ketika menyangkut rudal dan pesawat serta semua peralatan militer,” kata Trump. ”Tidak ada yang bahkan mendekati kami dalam hal teknologi dan kualitas peralatan, dan Arab Saudi mengpresiasi itu,” katanya lagi, seperti dikutip CNBC, Rabu (21/3/2018).
Beberapa senator AS seperti Mike Lee, Bernie Sanders, dan Chris Murphy telah memperkenalkan rancangan undang-undang (RUU) pada bulan Februari lalu yang menyerukan penarikan militer AS dari konflik Yaman, di mana Pentagon menyedikan bantuan intelijen dan pengisian bahan bakar untuk pesawat tempur Saudi dan koalisinya.
Suara penentangan perang Yaman itu disuarkan lagi para senator tersebut pada hari Selasa. Sementra itu, demonstrasi anti-perang pecah Washington dan New York City. Demo serupa juga direncanakan akan digelar di Boston bertepatan dengan kunjungan Putra Mahkota Saudi tersebut.
Putra Raja Salman ini dianggap mempelopori invasi Yaman tidak lama setelah dinobatkan sebagai Menteri Pertahanan pada 2015. Konflik itu telah berlangsung selama tiga tahun dan memicu krisis kemanusiaan di negara termiskin di dunia Arab.
Sebelum kunjungannya, Pangeran Mohammed mengatakan kepada CBS bahwa Arab Saudi akan segera mencari senjata nuklir jika Iran mengembangkannya.
Seruan Trump pada Riyadh agar terus membeli senjata Washington itu disampaikan ketika para senator AS menyuarakan pembatasan penjualan senjata untuk mengurangi korban sipil dalam perang di Yaman yang dilakukan Arab Saudi dan sekutu Arab-nya.
Kunjungan Pangeran Mohammed juga diwarnai demonstrasi di sejumlah kota di AS yang menentang invasi di Yaman yang dianggap berkontribusi terhadap krisis kemanusiaan.
Dalam pidato pembukaan sebelum pertemuan dengan Pangeran Mohammed, Trump mendambakan penjualan senjata AS kepada Arab Saudi melampaui nilai USD12,5 miliar dan terus meningkat pada masa-masa yang akan datang.
”Arab Saudi adalah negara yang sangat kaya, dan mereka akan memberi Amerika Serikat sebagian dari kekayaan itu, semoga dalam bentuk pekerjaan, dalam bentuk pembelian peralatan militer terbaik di mana pun di dunia,” kata Trump.
”Tidak ada yang mendekati (AS), seperti yang saya katakan sebelumnya, ketika menyangkut rudal dan pesawat serta semua peralatan militer,” kata Trump. ”Tidak ada yang bahkan mendekati kami dalam hal teknologi dan kualitas peralatan, dan Arab Saudi mengpresiasi itu,” katanya lagi, seperti dikutip CNBC, Rabu (21/3/2018).
Beberapa senator AS seperti Mike Lee, Bernie Sanders, dan Chris Murphy telah memperkenalkan rancangan undang-undang (RUU) pada bulan Februari lalu yang menyerukan penarikan militer AS dari konflik Yaman, di mana Pentagon menyedikan bantuan intelijen dan pengisian bahan bakar untuk pesawat tempur Saudi dan koalisinya.
Suara penentangan perang Yaman itu disuarkan lagi para senator tersebut pada hari Selasa. Sementra itu, demonstrasi anti-perang pecah Washington dan New York City. Demo serupa juga direncanakan akan digelar di Boston bertepatan dengan kunjungan Putra Mahkota Saudi tersebut.
Putra Raja Salman ini dianggap mempelopori invasi Yaman tidak lama setelah dinobatkan sebagai Menteri Pertahanan pada 2015. Konflik itu telah berlangsung selama tiga tahun dan memicu krisis kemanusiaan di negara termiskin di dunia Arab.
Sebelum kunjungannya, Pangeran Mohammed mengatakan kepada CBS bahwa Arab Saudi akan segera mencari senjata nuklir jika Iran mengembangkannya.
Credit sindonews.com