CB, Jakarta - Otoritas Ukraina menahan Nadiya Savchenko,
seorang bekas pilot tempur yang sekarang menjadi anggota parlemen
setelah dua tahun mendekam dalam penjara Rusia, lantaran dituduh
merencanakan kudeta.
Perempuan yang dianggap pahlawan oleh rakyat Ukraina karena perlawanannya terhadap Rusia, menurut tuduhan jaksa penuntut umum, merencanakan sebuah serangan di dalam gedung parlemen menggunakan granad dan senjata otomatis yang diperoleh dari kelompok gerakan sparatis pro-Rusia di timur negara.
Savchenko menjadi terkenal pada 2014 setelah ditangkap oleh Rusia yang mendukung kelompok sparatis di wilayah sebelah timur Ukraina. [Valentyn Ogirenko/Reuters]
"Savchenko berkonspirasi dengan relawan perang Volodymyr Ruban,
Kepala Republik Rakyat Donetsk (DNR) Oleksandr Zakharchenk dan sejumlah
orang yang siap melakukan kudeta dengan cara menguasai parlemen," tulis
situs berita Euromaidan Press, Jumat, 23 Maret 2018, setelah mengutip keterangan jaksa.
Republik Rakyat Donetsk adalah kelompok sparatis yang menuntut memisahkan diri dari Ukraina untuk menjadi negara merdeka.
Adapun laporan Al Jazeera menyebutkan, jaksa penuntut umum Yuiry Lutsenko pada Kamis, 22 Maret 2018, mengatakan kepada parlemen tentang tuduhan rencana tersebut setelah anggota parlemen meminta kekebalan politik Savchenko dicabut.
Polisi membawa rekannya yang terluka saat bentrok dengan demonstran yang menentang amandemen konstitusi tentang desentralisa di depan gedung parlemen di Kiev, Ukraina, 31 Agustus 2015. Bentrokan pecah saat sebagian anggota parlemen berikan kekuasaan besar pada sparatis Rusia. REUTERS/Stringer
"Rencana dia adalah membubarkan sistem konstitusi negara pada kwartal pertama pemerintahan pusat di Kiev dengan cara melakukan serangan senjata yang diperoleh dari para pemimpin yang disebut dengan DNR," kata Lutsenk.
Tuduhan jaksa tersebut dibantah keras oleh Savchenko. Menurutnya, kritik pedas yang kerap disampaikan kepada pemerintah Kiev tidak ada kaitannya dengan kudeta.
"Semua itu akal-akalan agen rahasia yang bekerja untuk pemerintah Ukraina guna mendiskreditkan dirinya," kata Savchenko seperti dikutip Al Jazeera, Jumat, 23 Maret 2018. "Ini bukan aksi teroris, ini adalah provokasi politik untuk membuat pemerintah Ukraina tampak konyol," ucapnya dalam sebuah pernyataan.
Perempuan yang dianggap pahlawan oleh rakyat Ukraina karena perlawanannya terhadap Rusia, menurut tuduhan jaksa penuntut umum, merencanakan sebuah serangan di dalam gedung parlemen menggunakan granad dan senjata otomatis yang diperoleh dari kelompok gerakan sparatis pro-Rusia di timur negara.
Savchenko menjadi terkenal pada 2014 setelah ditangkap oleh Rusia yang mendukung kelompok sparatis di wilayah sebelah timur Ukraina. [Valentyn Ogirenko/Reuters]
Republik Rakyat Donetsk adalah kelompok sparatis yang menuntut memisahkan diri dari Ukraina untuk menjadi negara merdeka.
Adapun laporan Al Jazeera menyebutkan, jaksa penuntut umum Yuiry Lutsenko pada Kamis, 22 Maret 2018, mengatakan kepada parlemen tentang tuduhan rencana tersebut setelah anggota parlemen meminta kekebalan politik Savchenko dicabut.
Polisi membawa rekannya yang terluka saat bentrok dengan demonstran yang menentang amandemen konstitusi tentang desentralisa di depan gedung parlemen di Kiev, Ukraina, 31 Agustus 2015. Bentrokan pecah saat sebagian anggota parlemen berikan kekuasaan besar pada sparatis Rusia. REUTERS/Stringer
"Rencana dia adalah membubarkan sistem konstitusi negara pada kwartal pertama pemerintahan pusat di Kiev dengan cara melakukan serangan senjata yang diperoleh dari para pemimpin yang disebut dengan DNR," kata Lutsenk.
Tuduhan jaksa tersebut dibantah keras oleh Savchenko. Menurutnya, kritik pedas yang kerap disampaikan kepada pemerintah Kiev tidak ada kaitannya dengan kudeta.
"Semua itu akal-akalan agen rahasia yang bekerja untuk pemerintah Ukraina guna mendiskreditkan dirinya," kata Savchenko seperti dikutip Al Jazeera, Jumat, 23 Maret 2018. "Ini bukan aksi teroris, ini adalah provokasi politik untuk membuat pemerintah Ukraina tampak konyol," ucapnya dalam sebuah pernyataan.
Credit TEMPO.CO