BEIJING
- Sebuah kapal perang Angkatan Laut Amerika Serikat (AS) melakukan
manuver dalam operasi "kebebasan navigasi" pada hari Jumat di dekat
pulau sengketa di Laut China Selatan. Kapal tipe perusak tersebut hanya
berjarak 12 mil dari pulau yang direklamasi Beijing.
Pemerintah China marah atas upaya terbaru AS yang oleh Beijing dianggap sebagai pemantik ketegangan dengan dalih operasi kebebasan bernavigasi.
Para pejabat AS yang berbicara dengan syarat anonim kepada Reuters mengatakan, kapal USS Mustin melakukan pelayaran di dekat Mischief Reef di Kepulauan Spratly dan melakukan operasi manuver.
Jarak 12 mil laut adalah batas teritorial yang diakui secara internasional.
AS tak terlibat sengketa di Laut China Selatan. Namun, Washington mengkritik pembangunan pulau-pulau sengketa oleh China karena bisa mengancam kebebasan bernavigasi. Terlebih, Beijing membangun fasilitas militer di pulau sengketa tersebut.
Manuver terbaru kapal perang AS ini terjadi di saaat Presiden Donald Trump mengobarkan perang dagang dengan Beijing.
Ketika ditanya tentang operasi kapal perang USS Mustin, militer AS mengatakan bahwa kegiatannya dilakukan di bawah hukum internasional.
"Kami melakukan operasi navigasi rutin dan reguler, seperti yang telah kami lakukan di masa lalu dan akan terus dilakukan di masa depan," kata Letnan Komandan Nicole Schwegman, juru bicara Armada Pasifik AS, yang dilansir Sabtu (24/3/2018).
China Marah
Kementerian Pertahanan China marah atas manuver kapal perang Amerika. Militer Beijing mengaku mengirim dua kapal Angkatan Laut China untuk mengidentifikasi kapal perang tersebut dan memperingatkannya untuk pergi.
Beijing menganggap tindakan kapal Amerika sebagai aksi serius yang merusak kedaulatan dan keamanan China. Perilaku Washington juga dianggap Beijing mengancam perdamaian dan stabilitas regional.
Menurut Kementerian Pertahanan China, tindakan AS menyebabkan pasukan dari kedua negara mendekat dan bisa dengan mudah menyebabkan kesalahan penilaian atau kecelakaan dan menciptakan provokasi politik dan militer yang serius bagi China.
China, lanjut kementerian itu, selalu mengabdikan diri untuk melindungi kebebasan navigasi dan penerbangan di Laut China Selatan."Tetapi menentang gerakan ilegal dan provokatif atas nama kebebasan navigasi," bunyi pernyataan kementerian tersebut.
Pemerintah China marah atas upaya terbaru AS yang oleh Beijing dianggap sebagai pemantik ketegangan dengan dalih operasi kebebasan bernavigasi.
Para pejabat AS yang berbicara dengan syarat anonim kepada Reuters mengatakan, kapal USS Mustin melakukan pelayaran di dekat Mischief Reef di Kepulauan Spratly dan melakukan operasi manuver.
Jarak 12 mil laut adalah batas teritorial yang diakui secara internasional.
AS tak terlibat sengketa di Laut China Selatan. Namun, Washington mengkritik pembangunan pulau-pulau sengketa oleh China karena bisa mengancam kebebasan bernavigasi. Terlebih, Beijing membangun fasilitas militer di pulau sengketa tersebut.
Manuver terbaru kapal perang AS ini terjadi di saaat Presiden Donald Trump mengobarkan perang dagang dengan Beijing.
Ketika ditanya tentang operasi kapal perang USS Mustin, militer AS mengatakan bahwa kegiatannya dilakukan di bawah hukum internasional.
"Kami melakukan operasi navigasi rutin dan reguler, seperti yang telah kami lakukan di masa lalu dan akan terus dilakukan di masa depan," kata Letnan Komandan Nicole Schwegman, juru bicara Armada Pasifik AS, yang dilansir Sabtu (24/3/2018).
China Marah
Kementerian Pertahanan China marah atas manuver kapal perang Amerika. Militer Beijing mengaku mengirim dua kapal Angkatan Laut China untuk mengidentifikasi kapal perang tersebut dan memperingatkannya untuk pergi.
Beijing menganggap tindakan kapal Amerika sebagai aksi serius yang merusak kedaulatan dan keamanan China. Perilaku Washington juga dianggap Beijing mengancam perdamaian dan stabilitas regional.
Menurut Kementerian Pertahanan China, tindakan AS menyebabkan pasukan dari kedua negara mendekat dan bisa dengan mudah menyebabkan kesalahan penilaian atau kecelakaan dan menciptakan provokasi politik dan militer yang serius bagi China.
China, lanjut kementerian itu, selalu mengabdikan diri untuk melindungi kebebasan navigasi dan penerbangan di Laut China Selatan."Tetapi menentang gerakan ilegal dan provokatif atas nama kebebasan navigasi," bunyi pernyataan kementerian tersebut.
"Perilaku provokatif oleh pihak AS hanya akan menyebabkan militer China semakin memperkuat kemampuan pertahanan di semua bidang," lanjut kementerian itu.
Credit sindonews.com