Donald Trump juga akan segera
memutuskan arah kebijakannya bagi imigran ilegal di Amerika Serikat
meski mereka tidak memiliki catatan kriminal. (Reuters/Mike Segar)
Ancaman deportasi memang kerap digaungkan Trump sejak masa kampanyenya, yang dimulai lebih dari setahun lalu. Kala itu, Trump berjanji akan memulangkan 11 juta imigran ilegal yang tinggal di AS tanpa dokumen keimigrasian yang lengkap.
Janji itu kembali ditekankan Trump dalam wawancaranya dengan stasiun televisi CBS pada Minggu (13/11). "Apa yang akan kita lakukan adalah mengeluarkan para pelaku kriminal, orang-orang dengan catatan kriminal, anggota geng, pengedar narkoba, yang jumlahnya mungkin sekitar dua juta, atau bisa lebih dari tiga juta, dari negara kita atau kita penjarakan," ujar taipan real-estate ini, dikutip dari The Guardian.
Selama masa kampanyenya, Trump juga berjanji akan mendeportasi keluarga imigran ilegal "dengan cara yang sangat manusiawi." Meski demikian, janji itu tidak terucap dalam wawancara terbaru dengan CBS tersebut.
Ini merupakan wawancara televisi pertama konglomerat New York itu setelah berhasil mengalahkan rivalnya, Hillary Clinton, dalam pilpres pekan lalu. Dalam kesempatan itu, Trump menyebut bahwa imigran ilegal yang tak mempunyai catatan kriminal di AS merupakan "orang-orang hebat" tanpa merinci lebih lanjut arah kebijakannya terhadap mereka.
"Setelah perbatasan aman dan setelah semuanya akan normal, kita akan memutuskan kebijakan soal orang-orang hebat itu. Mereka orang-orang hebat, tapi nanti kita akan membuat keputusan saol mereka," ujar Trump.
"Saat ini kita belum sampai ke tahap itu, tapi sangat penting untuk mengamankan perbatasan kita," tuturnya.
Pembangunan Tembok Meksiko
Trump menekankan bahwa ia akan memenuhi janji pembangunan tembok di sepanjang perbatasan Meksiko, untuk menghalau imigran ilegal dari negara Amerika Latin itu, yang kerap ia sebut "pemerkosa" dan "kriminal." Trump menilai pembangunan tembok di sepanjang perbatasan adalah upaya yang tepat karena imigran tanpa dokumen kerap berhasil memasuki AS dengan menerobos pagar perbatasan.
Dalam kampanyenya, Trump berkoar bahwa tembok itu akan benar-benar kokoh, dibangun dari beton keras dan baja. Namun, dalam wawancara terbaru, Trump menyebut bahwa program yang diusungnya tak menutup kemungkinan untuk pembangunan pagar.
"Untuk sebagian area, akan ada [pembangunan pagar], tapi untuk sebagian area, dibangun tembok," ujarnya.
"Saya tahu sekali soal hal ini. Ini semua masalah kontruksi bangunan, ujarnya.
Hingga saat ini, sepanjang 2.000 mil (sekitar 3.200 km) di wilayah perbatasan antara AS dan Meksiko sudah dibatasi dengan pagar. Namun, pembangunan pagar pembatas ini terbukti sulit, memakan waktu panjang dan biaya yang mahal.
The Guardian menyebutkan bahwa sejumlah data penelitian menunjukkan, tidak ada keterkaitan khusus antara imigrasi dengan tindakan kriminal. Selain itu, tren imigrasi di AS berjalan stagnan selama beberapa tahun terakhir, bahkan tercatat lebih banyak imigran Meksiko yang meninggalkan AS ketimbang memasuki Negeri Paman Sam itu.
AS juga telah memiliki infrasturktur besar untuk menangkap, menahan dan mendeportasi imigran. Selama delapan tahun terakhir, presiden petahanan Barack Obama sudah mendeportasi lebih dari 2,5 juta orang, jauh melebihi presiden AS lainnya.
Obama juga telah melipatgandakan jumlah petugas dan pengawasan di perbatasan, serta mengontrak perusahaan penjara terbesar di AS untuk menyediakan infrastruktur penahanan imigran.
Pada masa pemerintahannya, Obama sudah mengajukan reformasi imigrasi, namun gagal lolos dari Kongres, yang didominasi pejabat Republik, pada 2013 dan 2014. Obama kemudian meluncukan aksi eksekutif untuk melindungi sejumlah imigran, terutama imigran muda tanpa catatan kriminal, dari deportasi.
Namun, Trump dalam janji kampanyenya, bersumpah akan mencabut kebijakan tersebut.
Credit CNN Indonesia