Beragam aksi protes digelar di Amerika
Serikat usai Donald Trump memenangkan pemilu mengalahkan Hillary
Clinton. (CNN Indonesia/Denny Armandhanu)
Peniti-peniti ini dibagikan di berbagai aksi anti-Trump, salah satunya dalam demonstrasi di Washington Square Park yang digelar oleh para mahasiswa New York University (NYU), Jumat malam (11/11).
Madisson Ruso, 18, membagikan peniti bagi para peserta aksi maupun warga yang lewat. Dia membawa poster bertuliskan "Merasa Amanlah! Peniti Keamanan Gratis."
"Ini adalah gerakan protes atas kebencian yang disebar Trump. Bagi pemakai peniti ini, Anda harus merasa aman karena kami melindungi kalian," kata Russo kepada CNN Indonesia.
Tema yang diangkat dalam aksi kali ini adalah cinta. Itulah sebabnya banyak bertebaran lambang hati dan bunga mawar.
Peniti jadi simbol perlawanan terhadap Donald Trump. (CNN Indonesia/Denny Armandhanu)
|
Di Instagram ribuan orang menggunakan tanda pagar #safetypin dan memajang foto peniti di baju mereka.
Beberapa poster dalam aksi NYU berbunyi dukungan terhadap warga minoritas, seperti "Saya akan melindungi hak-hak kalian. I love you," atau "Kalian aman bersama saya."
"Baik Anda Muslim, Latin, kulit hitam, kulit putih, LGBT, kalian dicintai," ujar seorang mahasiswa yang berorasi.
Sejak Trump memenangkan pemilu 8 November lalu, aksi-aksi digelar setiap hari di berbagai kota. Ada sebuah slogan yang diteriakkan dalam aksi-aksi tersebut, yaitu "Not my President", menunjukkan
Di beberapa tempat aksi berlangsung ricuh dengan kekerasan dan pembakaran. Namun mahasiswa NYU mengetengahkan cinta dalam aksi mereka.
"Perkataan Trump banyak melukai banyak orang, namun kami ingin menegaskan bahwa cinta adalah yang terpenting dan mereka dicintai," kata seorang peserta aksi, Rebecca Missel.
Peniti jadi simbol perlawanan terhadap Donald Trump. (CNN Indonesia/Denny Armandhanu)
Credit CNN Indonesia