Shamsi Ali, imam masjid di New York
dari Indonesia, sempat bertemu Donald Trump beberapa tahun lalu untuk
memprotes pandangan anti Islamnya. (CNN Indonesia/Denny Armandhanu)
Saat ditemui CNN Indonesia, Jumat (11/11), Shamsi mengatakan sempat bertemu langsung dengan Trump di New York. Kisah ini terjadi sekitar lima tahun lalu saat Trump mencari kesalahan Obama, termasuk menudingnya bukan kelahiran AS sehingga tidak layak menjadi presiden, hingga mengatakan dia beragama Islam.
Menurut Shamsi, saat itu, Trump ingin maju menjadi presiden melawan Obama namun dia yakin tidak akan menang. Setelah wawancara di televisi itu, Shamsi langsung melepon Russel Simmons, tokoh hip hop yang mendirikan label rekaman Def Jam Recording.
Shamsi meminta Simmons untuk memfasilitasi pertemuan dengan Trump. "Saya awalnya iseng saja, tapi Simmons ini orangnya serius dan dia menelepon Trump. Trump mengatakan ingin sekali bertemu dengan Imam," ujar Shamsi.
Shamsi menemui Trump di Trump Tower di New York. Saat itu, kata Shamsi, Trump menyambut mereka sambil tertawa terbahak-bahak.
"Dia mengatakan 'saya tidak pernah bermimpi bertemu dengan Muslim yang bisa tersenyum,'" kata direktur Nusantara Foundation ini.
Dalam kesempatan itu, Shamsi memprotes pernyataan Trump di televisi. Trump mengatakan bahwa kesimpulan buruknya soal Islam karena melihat di televisi Muslim seluruh dunia penuh kemarahan dan gemar berperang.
Jawaban Shamsi berikutnya menohok Trump:
"Saya katakan kepada dia, 'jika saya menilai Anda dari televisi, maka saya akan menyangka anda itu orang sombong. Tapi ternyata kami diterima dengan baik, dan Anda tersenyum."
"Jika saya menyimpulkan dari televisi tentu sebuah kesalahan fatal, sama seperti anda. Ada 1,6 miliar Muslim di seluruh dunia, alangkah naifnya jika anda menyimpulkan Islam hanya dari televisi," tegas Shamsi.
Sejak saat itu Trump tidak lagi bicara buruk soal Islam sampai kampanye presiden dimulai. Shamsi menilai retorika anti-Islam Trump dilontarkan hanya untuk menggalang dukungan masyarakat AS yang resah dengan berkembangnya Islam dan imigran dari Meksiko di negara itu.
Trump yang merupakan calon presiden dari Partai Republik memenangkan pemilu 8 November lalu mengalahkan Hillary Clinton dari Partai Demokrat. Masyarakat AS khawatir kepemimpinan Trump akan diwarnai dengan kebencian, sentimen rasialisme dan diskriminasi terhadap warga minoritas, persis seperti apa yang dia sampaikan dalam kampanyenya.
Shamsi berharap ujaran kebencian Trump hanya disampaikan untuk mencari dukungan saja, tidak sampai berlanjut dalam kebijakannya di pemerintahan.
"Segala sesuatu ada prosesnya, saya berharap Trump mengalami transformasi. Dia harus sadar janjinya untuk menjadi presiden bagi semua orang, termasuk Muslim. Semoga dia bisa berubah dalam bulan-bulan mendatang," tutur pemuka agama berusia 49 tahun ini.
Credit CNN Indonesia