Senin, 14 November 2016

Trump Terpilih, Banyak Negara Diduga akan Buat Senjata Nuklir

 
Trump Terpilih, Banyak Negara Diduga akan Buat Senjata Nuklir 
 Di bawah kepemimpinan Donald Trump (kiri), kebijakan luar negeri AS diduga akan berbeda dari masa Presiden Barack Obama (kanan) dan memicu banyak negara membuat senjata nuklir. (Reuters/Kevin Lamarque)
 
New York City, CB -- Kepemimpinan Donald Trump di Amerika Serikat diperkirakan akan memicu banyak negara di dunia membuat senjata nuklir. Menurut pengamat, hal ini terjadi akibat efek domino atas kebijakan pertahanan Trump yang berbeda drastis dari pendahulunya, Barack Obama.

Menurut Jonathan Cristol, pengamat dari lembaga think tank World Policy Institute, Trump dalam retorika kampanyenya mengatakan bahwa negara-negara harus membayar kepada AS jika ingin mendapatkan perlindungan.

Hal ini bertentangan dengan komitmen pertahanan pemerintah AS untuk memperkuat aliansi dengan berbagai negara, seperti Jepang dan Korea Selatan, dua sekutu terkuat Amerika di Asia.

Kepada CNN Indonesia.com saat ditemui di New York, Kamis (10/11), Cristol mengatakan Jepang dan Korsel akan mempertimbangkan berbagai opsi jika benar AS tidak lagi melindungi mereka.

"Opsi pertama adalah membayar ongkos perlindungan kepada Amerika, seperti halnya Estonia yang memberikan 2 persen dari GDP-nya agar dilindungi NATO. Opsi lainnya, Jepang dan Korea Selatan akan mengembangkan senjata nuklir mereka sendiri," kata Cristol.

Jepang dan Korsel mendapat jaminan perlindungan AS yang tercantum dalam perjanjian resmi. Ancaman terbesar terhadap kedua negara ini datang dari tetangga mereka sendiri, yaitu Korea Utara, yang terus melakukan uji coba bom atom dan rudal balistik kendati dihujani sanksi dan embargo internasional.

AS di bawah kepemimpinan Barack Obama berkomitmen melindungi dua sekutu mereka di Asia itu. Namun tidak halnya dengan Donald Trump yang mengatakan bahwa Jepang dan Korsel bebas mengembangkan senjata nuklir dan AS tidak akan lagi melindungi mereka.

Cristol mengatakan, jika Trump mengabaikan aliansi di Asia dan memicu Jepang dan Korsel membuat senjata nuklir, maka akan ada efek domino yang diikuti oleh berbagai negara lainnya.

"Kekhawatirannya adalah jika norma proliferasi dihapuskan maka akan mudah bagi negara lain yang memiliki masalah keamanan dalam negeri untuk juga membuatnya, dan itu sangat berbahaya," ujar Cristol.

Donald Trump memenangkan pemilu presiden AS mengalahkan Hillary Clinton pada 8 November lalu. Usai kemenangan itu, ribuan rakyat Amerika turun ke jalan memprotes kepemimpinan Trump yang menurut mereka rasis dan penuh kebencian.

Pidato taipan real estate ini di berbagai kampanye kerap menyakiti banyak kalangan, termasuk pendatang dari Amerika Latin dan umat Islam. di bawah kepemimpinan Trump, dikhawatirkan publik AS akan semakin terbelah.




Credit  CNN Indonesia