CB, London - Temuan beberapa tengkorak, buritan kapal, dan beberapa artefak dari kapal perang dari era Dinasti Tudor di Inggris yang tenggelam pada 1545 bisa ditelaah bentu tiga dimensi secara daring (online). Namun demikian, penyebab tenggelamnya kapal itu masih menjadi misteri.
Banyak orang menduga kapal itu tenggelam dalam pelayaran perdana dari Portsmouth Harbor ke Solent akibat cuaca buruk. Padahal, kapal bernama Mary Rose itu tenggelam ketika mempertahankan Inggris dari invasi Prancis.
Armada Inggris terdiri dari 80 kapal, sedangkan armada Prancis memiliki 200 kapal dengan 30 ribu pasukan.
Armada Prancis buang sauh dekat Isle of Wright. Akibatnya, nasib kubu Raja Henry VIII cukup genting.
Pasukan utama Henry VIII sedang berada di Prancis demi mempertahankan Calais dan Boulogne yang dulu dikuasai Inggris. Jadi, ia memanggil 12 ribu milisi yang terdiri atas pemuda yang masih hijau dan para petani di Portsmouth.
Kekuatan Inggris hanya sekitar sepertiga kekuatan Prancis sehingga satu-satunya cara bertahan adalah mencegah pendaratan pasukan musuh.
Dikutip dari Ancient Origins pada Selasa (13/9/2016), selama ini diduga kapal Mary Rose terhempas angin kencang seperti disebutkan sejumlah saksi, tapi sekarang ada dugaan bahwa para awaknya memang belum mahir dan tidak mau patuh pada perintah.
Belakangan ada dugaan bahwa kebanyakan awak adalah bangsa Spanyol yang tidak mengerti bahasa Inggris, sehingga menimbulkan kebingungan dan kekacauan.
Banyak orang menduga kapal itu tenggelam dalam pelayaran perdana dari Portsmouth Harbor ke Solent akibat cuaca buruk. Padahal, kapal bernama Mary Rose itu tenggelam ketika mempertahankan Inggris dari invasi Prancis.
Armada Prancis buang sauh dekat Isle of Wright. Akibatnya, nasib kubu Raja Henry VIII cukup genting.
Pasukan utama Henry VIII sedang berada di Prancis demi mempertahankan Calais dan Boulogne yang dulu dikuasai Inggris. Jadi, ia memanggil 12 ribu milisi yang terdiri atas pemuda yang masih hijau dan para petani di Portsmouth.
Kekuatan Inggris hanya sekitar sepertiga kekuatan Prancis sehingga satu-satunya cara bertahan adalah mencegah pendaratan pasukan musuh.
Dikutip dari Ancient Origins pada Selasa (13/9/2016), selama ini diduga kapal Mary Rose terhempas angin kencang seperti disebutkan sejumlah saksi, tapi sekarang ada dugaan bahwa para awaknya memang belum mahir dan tidak mau patuh pada perintah.
Belakangan ada dugaan bahwa kebanyakan awak adalah bangsa Spanyol yang tidak mengerti bahasa Inggris, sehingga menimbulkan kebingungan dan kekacauan.
Pertempuran Solent
Penulis Dominic Fontana mencoba melakukan rekonstruksi Pertempuran Solent dengan menelaah catatan geografis dan sejarah.
Selain tulisan, ia menelaah lukisan sepanjang 6 meter di ruang makan Cowdray House, Sussex, yang menampilkan suasana pertempuran dan mungkin dilukis antara 1545 dan 1548. Lukisan asli terbakar pada 1793, tapi ada sejumlah salinan yang dilukis 20 tahun sebelumnya.
Dalam gambar itu terlihat pasukan penyerbu dari Prancis di sebelah kiri dan armada Inggris di kanan, di sekitar Solent.
Raja Henry VIII sedang berkuda menuju Southsea Castle, diikuti oleh Sir Anthony Browne, Kepala Pasukan Berkuda Raja yang menugaskan pembuatan dokumentasi lukisan tersebut.
Di tengah lukisan ada gambar tiang Mary Rose menjulang ke permukaan laut dikelilingi seorang pelaut yang melambaikan tangan di puncak tiang utama. Di sekitarnya ada beberapa jasad pelaut lain dan beberapa sekoci penyelamat.
Dengan dibantu teknologi pemetaan digital, posisi semua kapal, pasukan, dan instalasi dapat diketahui dan dipetakan dalam pertempuran. Lukisan itu cukup teliti untuk menggambarkan geografi Solent.
Beberapa tempat seperti benteng, gereja, dan sungai yang masih ada saat ini memungkinkan penempatan elemen-elemen dari masa lalu.
Bahkan bisa dilakukan rekonstruksi arus ombak pada hari pertempuran, sehingga bisa ditebak tindakan-tindakan dua armada yang sedang bertempur sehingga mempertegas tulisan-tulisan dari saat itu maupun bukti arkeologis sesuai dengan konteks geografis di Solent.
Selain tulisan, ia menelaah lukisan sepanjang 6 meter di ruang makan Cowdray House, Sussex, yang menampilkan suasana pertempuran dan mungkin dilukis antara 1545 dan 1548. Lukisan asli terbakar pada 1793, tapi ada sejumlah salinan yang dilukis 20 tahun sebelumnya.
Dalam gambar itu terlihat pasukan penyerbu dari Prancis di sebelah kiri dan armada Inggris di kanan, di sekitar Solent.
Raja Henry VIII sedang berkuda menuju Southsea Castle, diikuti oleh Sir Anthony Browne, Kepala Pasukan Berkuda Raja yang menugaskan pembuatan dokumentasi lukisan tersebut.
Di tengah lukisan ada gambar tiang Mary Rose menjulang ke permukaan laut dikelilingi seorang pelaut yang melambaikan tangan di puncak tiang utama. Di sekitarnya ada beberapa jasad pelaut lain dan beberapa sekoci penyelamat.
Dengan dibantu teknologi pemetaan digital, posisi semua kapal, pasukan, dan instalasi dapat diketahui dan dipetakan dalam pertempuran. Lukisan itu cukup teliti untuk menggambarkan geografi Solent.
Beberapa tempat seperti benteng, gereja, dan sungai yang masih ada saat ini memungkinkan penempatan elemen-elemen dari masa lalu.
Bahkan bisa dilakukan rekonstruksi arus ombak pada hari pertempuran, sehingga bisa ditebak tindakan-tindakan dua armada yang sedang bertempur sehingga mempertegas tulisan-tulisan dari saat itu maupun bukti arkeologis sesuai dengan konteks geografis di Solent.
Peran Gelombang Laut
Rekonstruksi ombak menunjukkan waktu sekitar pukul 08.00 pagi hingga siang hari, karena arus laut di Solent bergerak ke barat.
Pada hari yang tenang dan cerah itu tidak ada angin, sehingga kapal-kapal Inggris tidak bisa bergerak dan terikat pada jangkar di Spithead.
Ombak mendorong kapal-kapal Inggris sehingga haluannya mengarah ke pihak Prancis. Perincian ini penting karena ini berarti kapal-kapal Inggris tidak bisa menembak langsung. Meriam mereka berada di sisi lambung kapal.
Dengan demikian, selama 4 jam, pasukan Prancis diuntungkan oleh gelombang laut dan sanggup menyerang dengan 5 kapal ke arah pihak Inggris yang tidak bisa membalas tembakan.
Kapal jenis Mediterranea itu dilengkapi dengan 2 atau 4 meriam besar yang menembak langsung ke depan dari jarak jauh.
Di pagi hari, pasukan Prancis diuntungkan. Tidak seperti kapal Inggris, kapal Prancis digerakkan oleh para pendayung yang terdiri dari para tawanan perang dan narapidana sehingga bisa bergerak tanpa tergantung arus angin ataupun ombak.
Hal-hal rinci seperti ini menengarai bahwa kapal Mary Rose babak belur ditembaki di haluannya. Saksi Martin Du Bellay dari Prancis menyebutkan, "Diuntungkan oleh laut yang sedang tenang, tanpa angin ataupun ombak yang kuat, kapal-kapal kami bisa melakukan maneuver sesukanya dan merugikan musuh yang tidak bisa bergerak tanpa angin, sehingga terpapar tembakan artileri kami."
Diduga, pasukan Prancis tidak meleset menyerang musuh mereka karena bisa begitu dekat ke kapal-kapal Inggris. Walaupun begitu, parahnya kerusakan haluan Mary Rose masih belum diketahui karena memerlukan ekskavasi dari dasar laut.
Kalau sekedar buritan rusak sebenarnya tidak masalah walaupun air laut bisa masuk ke lambung kapal. Yang menarik, pompa dalam kapal Mary Rose tidak ditemukan di tempat seharusnya ketika bangkai kapal digali.
Pompa itu rusak sebagian dan tidak berfungsi pada saat kapal tenggelam, mungkin rusak karena dipakai terlalu berat.
Pada hari yang tenang dan cerah itu tidak ada angin, sehingga kapal-kapal Inggris tidak bisa bergerak dan terikat pada jangkar di Spithead.
Ombak mendorong kapal-kapal Inggris sehingga haluannya mengarah ke pihak Prancis. Perincian ini penting karena ini berarti kapal-kapal Inggris tidak bisa menembak langsung. Meriam mereka berada di sisi lambung kapal.
Dengan demikian, selama 4 jam, pasukan Prancis diuntungkan oleh gelombang laut dan sanggup menyerang dengan 5 kapal ke arah pihak Inggris yang tidak bisa membalas tembakan.
Kapal jenis Mediterranea itu dilengkapi dengan 2 atau 4 meriam besar yang menembak langsung ke depan dari jarak jauh.
Di pagi hari, pasukan Prancis diuntungkan. Tidak seperti kapal Inggris, kapal Prancis digerakkan oleh para pendayung yang terdiri dari para tawanan perang dan narapidana sehingga bisa bergerak tanpa tergantung arus angin ataupun ombak.
Hal-hal rinci seperti ini menengarai bahwa kapal Mary Rose babak belur ditembaki di haluannya. Saksi Martin Du Bellay dari Prancis menyebutkan, "Diuntungkan oleh laut yang sedang tenang, tanpa angin ataupun ombak yang kuat, kapal-kapal kami bisa melakukan maneuver sesukanya dan merugikan musuh yang tidak bisa bergerak tanpa angin, sehingga terpapar tembakan artileri kami."
Diduga, pasukan Prancis tidak meleset menyerang musuh mereka karena bisa begitu dekat ke kapal-kapal Inggris. Walaupun begitu, parahnya kerusakan haluan Mary Rose masih belum diketahui karena memerlukan ekskavasi dari dasar laut.
Kalau sekedar buritan rusak sebenarnya tidak masalah walaupun air laut bisa masuk ke lambung kapal. Yang menarik, pompa dalam kapal Mary Rose tidak ditemukan di tempat seharusnya ketika bangkai kapal digali.
Pompa itu rusak sebagian dan tidak berfungsi pada saat kapal tenggelam, mungkin rusak karena dipakai terlalu berat.
Penyerbuan oleh Prancis
Di siang bolong, biasanya angin laut menerpa Solent. Karena itu, Mary
Rose memiliki kesempatan berlayar dan membawa persenjataannya
menghadang kapal-kapal Prancis.
Sekitar pukul 16.00 atau 17.00 sore, Mary Rose menuju ke utara, sesuai dengan arah geraknya ketika tenggelam. Bukti arkeologis menceritakan bahwa beberapa meriam telah ditembakkan, sehingga kapal itu diduga sempat berhadapan dengan musuh.
Kapal itu terus menuju utara, tapi diduga terombang-ambing dan berlayar dengan lamban karena telah terkena tembakan sewaktu terdiam kekurangan angin.
Para awak Mary Rose diduga sudah mengetahui sedang dalam masalah dan merasakan gerak-gerik kapal yang terombang-ambing. Penulis Dominic Fontana menduga para awak kapal bermaksud membawa kapal ke Spitbank, sekitar 600 meter dari tempat tenggelamnya.
Sebenarnya hanya perlu 6 menit lagi supaya kapal itu aman, tapi kapal terombang-ambing terlalu keras dan terlalu lama sehingga lubang-lubang meriam di lambung kapal kemasukan air dan kapal itupun tenggelam hanya dalam beberapa detik saja.
Tenggelamnya Mary Rose menewaskan sekitar 500 awak di dalamnya. Hanya 35 orang yang dilaporkan selamat.
Para awak itu diduga mendapat pandangan tidak adil perihal tenggelamnya kapal mereka. Tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa mereka tidak kompeten atau tidak disiplin. Dan sepertinya tidak mungkin ada hempasan angin di kala cuaca cerah saat itu.
Tapi, sebelum haluan kapal ditemukan, masih banyak teori-teori yang harus dibuktikan.
Sekitar pukul 16.00 atau 17.00 sore, Mary Rose menuju ke utara, sesuai dengan arah geraknya ketika tenggelam. Bukti arkeologis menceritakan bahwa beberapa meriam telah ditembakkan, sehingga kapal itu diduga sempat berhadapan dengan musuh.
Kapal itu terus menuju utara, tapi diduga terombang-ambing dan berlayar dengan lamban karena telah terkena tembakan sewaktu terdiam kekurangan angin.
Para awak Mary Rose diduga sudah mengetahui sedang dalam masalah dan merasakan gerak-gerik kapal yang terombang-ambing. Penulis Dominic Fontana menduga para awak kapal bermaksud membawa kapal ke Spitbank, sekitar 600 meter dari tempat tenggelamnya.
Sebenarnya hanya perlu 6 menit lagi supaya kapal itu aman, tapi kapal terombang-ambing terlalu keras dan terlalu lama sehingga lubang-lubang meriam di lambung kapal kemasukan air dan kapal itupun tenggelam hanya dalam beberapa detik saja.
Tenggelamnya Mary Rose menewaskan sekitar 500 awak di dalamnya. Hanya 35 orang yang dilaporkan selamat.
Para awak itu diduga mendapat pandangan tidak adil perihal tenggelamnya kapal mereka. Tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa mereka tidak kompeten atau tidak disiplin. Dan sepertinya tidak mungkin ada hempasan angin di kala cuaca cerah saat itu.
Tapi, sebelum haluan kapal ditemukan, masih banyak teori-teori yang harus dibuktikan.
Credit Liputan6.com