Kamis, 15 September 2016

Capres AS Hillary Clinton Didiagnosa Pneumonia, Ahli Forensik Bilang Diracun


Capres AS Hillary Clinton Didiagnosa Pneumonia, Ahli Forensik Bilang Diracun
(Breitbart/AP/Andrew Harnik)
Calon presiden AS Hillary Clinton saat meninggalkan lokasi upacara peringatan peristiwa 11 September, New York, AS, Minggu (11/9/2016). (Breitbart/AP/Andrew Harnik)
CB, NEW YORK - Meski baru saja didiagnosa menderita pneumonia, calon presiden AS Hillary Clinton mengaku sudah sehat.

Bahkan, ia mengatakan bahwa dirinya sudah siap untuk kembali beraktivitas dan mengikuti kembali jadwal kampanyenya.
Hal itu disampaikannya pada sebuah sesi wawancara pertamanya usai kedapatan nyaris pingsan di upacara peringatan 9/11, di New York.
"Saya sudah merasa lebih baik dan tentunya terus disarankan untuk istirahat lagi," katanya, Senin (12/9/2016).
Clinton mengaku dirinya sempat tidak fit dalam upacara tersebut karena kurang menuruti permintaan dokternya untuk beristirahat.
Sebab, jadwalnya pada minggu sebelumnya sangat padat dan kurang ada waktu bagi Clinton untuk beristirahat cukup.
"Saya pikir saya bisa terus lanjut beraktivitas jika memompa energi lebih untuk itu, tapi ternyata hal itu kurang berhasil," ucapnya lagi.

Clinton ternyata belum melaporkan secara transparan soal penyakitnya yang telah membuatnya nyaris pingsan itu.
Pasalnya, mantan Menteri Luar Negeri AS itu berpikir pernyakit itu tidak akan jadi masalah besar untuk pencalonan kepresidenan ini.
Ia kemudian berjanji akan merilis semua rekam kesehatannya dan menuntut rivalnya Donald Trump untuk melakukan hal yang sama.
Trump memang sejauh ini belum cukup transparan soal laporan pajaknya dan rekam kesehatannya, yang hingga kini belum banyak dirilis.
Clinton didiagnosa menderita pneumonia oleh dokter usai kedapatan hilang keseimbangan saat mengheningkan cipta untuk korban 9/11.
Kondisi kesehatan capres perwakilan Partai Demokrat itu kemudian menimbulkan pertanyaan dan spekulasi terhadap kelanjutan pencalonannya.
Bahkan, seorang dokter forensik patologi AS ternama Bennet Omalu mengatakan bahwa ada kemungkinan Clinton diracun hingga jatuh sakit.
Omalu mengatakan bisa jadi pelakunya adalah Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin. (USA Today/NY Daily Post).









Credit  TRIBUNNEWS.COM