SEJARAH membuktikan
dunia Islam telah melahirkan banyak ilmuwan hebat di berbagai bidang.
Sayangnya para cerdik pandai itu tidak mempatenkan ilmunya. Hal inilah
yang menyebabkan banyak orang-orang pintar Islam tidak dikenal dunia
laiknya para ilmuwan Eropa dan Barat. Berikut 14 ilmuwan Islam yang
terlupakan oleh dunia.
1. Abu Bakar Muhammad bin Zakaria ar-Razi
Abu Bakar Muhammad bin Zakaria ar-Razi atau yang biasa dipanggil Razi lahir di Teheran, Iran (864-930). Semasa hidupnya beliau meneliti tentang penyakit seperti demam, penyakit cacar, alergi, dan asma. Selain itu Razi merupakan orang pertama yang menulis tentang alergi dan imunologi.
Di dunia barat para ilmuwan lebih mengenalnya dengan nama Rhazes yang merupakan seorang pakar sains yang berasal dari Negara Iran yang hidup sekitar tahun 864 – 930. Sejak usia muda Razi telah mempelajari ilmu filsafat, kimia, matematika, dan kesusastraan.
Dalam bidang kedokteran pula beliau berguru pada Hunayn bin Ishaq di Baghdad. Setelah dewasa Razy dipercaya memimpin sebuah rumah sakit di Rayy dan Muqtadari di Baghdad. Sebagai seorang dokter utama di rumah sakit tersebut kinerja Razi telah dibuktkan dengan catatannya mengenai penyakit cacar.
Ar-Razi diketahui sebagai seorang ilmuwan yang menemukan penyakit alergi asma dan imunologi. Pada salah satu tulisannya beliau menjelaskan bahwa penyakit rhinitis bisa terjangkit akibat mencium bunga mawar pada musim panas. Pada bidang farmasi ar-Razi berkontribusi membuat peralatan medis seperti tabung, spatula dan mortar selain itu beliau juga telah mengembangkan obat-obatan yang berasal dari merkuri.
1. Abu Bakar Muhammad bin Zakaria ar-Razi
Abu Bakar Muhammad bin Zakaria ar-Razi atau yang biasa dipanggil Razi lahir di Teheran, Iran (864-930). Semasa hidupnya beliau meneliti tentang penyakit seperti demam, penyakit cacar, alergi, dan asma. Selain itu Razi merupakan orang pertama yang menulis tentang alergi dan imunologi.
Di dunia barat para ilmuwan lebih mengenalnya dengan nama Rhazes yang merupakan seorang pakar sains yang berasal dari Negara Iran yang hidup sekitar tahun 864 – 930. Sejak usia muda Razi telah mempelajari ilmu filsafat, kimia, matematika, dan kesusastraan.
Dalam bidang kedokteran pula beliau berguru pada Hunayn bin Ishaq di Baghdad. Setelah dewasa Razy dipercaya memimpin sebuah rumah sakit di Rayy dan Muqtadari di Baghdad. Sebagai seorang dokter utama di rumah sakit tersebut kinerja Razi telah dibuktkan dengan catatannya mengenai penyakit cacar.
Ar-Razi diketahui sebagai seorang ilmuwan yang menemukan penyakit alergi asma dan imunologi. Pada salah satu tulisannya beliau menjelaskan bahwa penyakit rhinitis bisa terjangkit akibat mencium bunga mawar pada musim panas. Pada bidang farmasi ar-Razi berkontribusi membuat peralatan medis seperti tabung, spatula dan mortar selain itu beliau juga telah mengembangkan obat-obatan yang berasal dari merkuri.
2. Abu Ali Muhammad al-Hassan ibnu al-Haitham atau Ibnu Haitham/Alhazen
Lebih dikenal dengan nama Alhazen seorang ilmuwan yang meneliti tentang sifat cahaya dan juga ahli dalam bidang sains, falak, matematika, geometri, pengobatan, dan filsafat. Alhazen lahir di Basrah pada tahun sekitar 965 kemudian tinggal di Kairo hingga akhir usianya pada tahun 1039.
Ibnu Haitham sangat mencintai ilmu pengetahuan bahkan sebelum diangkat menjadi pegawai pemerintahan di tempat kelahirannya. Setelah beberapa lama bekerja dipemerintahan beliau kemudian hijrah ke Ahwaz dan Mesir, dalam perjalanan ini Haitham menghasilkan beberapa karya tulis yang luar biasa tentang matematika dan falak. Tujuannya agar mendapat uang cadangan dalam menempuh perjalanan ke Universitas Al-Azhar.
Haytham telah menjadi seorang yang mahir dalam bidang sains, falak, matematika, geometri pengobatan, dan falsafah. Tulisannya mengenai cara kerja mata manusia, telah menjadi salah satu Referensi yang penting dalam bidang kajian sains di Barat.
Teorinya mengenai pengobatan mata masih digunakan hingga saat ini diberbagai Universitas di seluruh dunia. Para ilmuwan Eropa banyak menggunakan penemuannya sebagai pendalaman atas ilmu yang mempelajari sifat cayaha. Beberapa ilmuwan Eropa seperti Boger, Bacon dan Kepler terinspirasi dari Alhazen dalam menciptakan mikroskop serta teleskop.
3. Jabir Ibnu Hayyan
Jabir Ibnu Hayyan lebih dikenal oleh ilmuwan Eropa dengan nama Gebert. Dia lahir di Kuffah, Irak antara 721-815 Masehi. Gebert merupakan penemu ilmu kimia. Ilmu kimia yang dipelajarinya bermula dari kajiannya terhadap Alquran dan berguru pada Barmaki Vizier, ilmuwan yang lahir pada masa pemerintahan Harun Ar-Rasyid di Baghdad.
Penelitiannya dalam bidang ilmu kimia berhasil dikembangkan secara sistematis melalui eksperimen tentang kuantitas zat yang berhubungan dengan reaksi kimia yang terjadi. Dengan berhasilnya eksperimen tersebut Gebert dianggap mengawali rintisan tentang penemuan hukum perbandingan tetap terhadap reaksi kimia.
Penemuannya tidak berhenti sampai di situ. Gebert kemudian menyempurnakan reaksi kimia lainnya seperti penguapan, sublimasi, distilasi, dan kristalisasi. Tidak heran jika banyak ilmuwan Eropa yang mempelajari ilmu tersebut sebagai rujukan terhadap sains khususnya kimia.
4. Abu Yusuf Yacub Ibnu Ishak Al-Khindi/ Al Kindus
Al Khindi adalah seorang ilmuwan islam yang mengarang sekitar 270 buku tentang ensiklopedi. Beliau juga ahli matematika, fisika, kedokteran, musik, geografis, filsafat arab dan yunani kuno. Selain itu Al-khindi juga seorang filsuf muslim yang taat dan berdisiplin.
Ilmuwan yang lahir pada tahun 801 ini dikenal sebagai filsuf pertama yang beragama islam yang mahir berbahasa Yunani selain bahasa ibunda yaitu bahasa Arab. Dalam dunia barat Al-khindi diberi nama Al-Kindus yang akhirnya banyak membuat orang tidak tahu bahwa beliau adalah muslim.
Kelebihan al-Khindi adalah menghadirkan filsafat Yunani kepada kaum muslimin setelah berhasil mengislamkan pemikiran asing tersebut ke dalam islam. Dengan pemikiran cemerlangnya, Al-Khindi kemudian dikenal sebagai ilmuwan yang serba bisa meliputi ilmu pengobatan, farmakologi, astrologi, matematika, optik, zoology, meteorologi, dan gempa bumi.
5. Abul Hakam Umar bin Abdirrahman bin Ahmad bin Ali Al-Kirmani
Tokoh ilmuwan islam lainnya adalah Abdul Hakam Umar bin Abdirrahman bin Ahmad bin Ali Al-Kirmani atau yang biasa dipanggil Al-Kirmani. Banyak karyanya dalam bidang geometri dan logika.
Ilmuwan ini adalah murid dari Maslamah Al-Mairiti, berasal dari Kordoba Al-Andalus pada abad ke-12. Seorang ilmuwan tidaklah dikenal jika tidak meninggalkan jejak berupa tulisan yang pada satu masa nanti akan menjadi referensi untuk ilmu yang berkembang pada masa yang akan datang.
Hal ini juga terjadi pada Al-Karmani yang sangat memahami geometri serta jawaban atas pertanyaan tersulit mengenai ilmu tersebut. Pada masa menuntut ilmu, Al-Karmani pernah pindah ke Al-Jazira yang terletak di Turki untuk lebih mendalami ilmu geometri dan kedokteran. Setelah itu ia kembali ke kota kelahirannya Al-Andalus. Disana beliau menjalani praktek kedokteran meliputi praktik pedah pasiesn seperti amputasi dan kauterisasi.
6. Abul Qasim Khalaf ibn al-Abbas az-Zahrawi / El-Zahwari / Az Zahra / Abulcasis (Zahra, Kordoba, Spanyol / 936-1013)
Pada abad pertengahan islam pernah memiliki seorang dokter yang pakar dalam bidang kedokteran gigi dan kelahiran anak. Ilmuwan tersebut adalah Abul Qasim Khalaf ibn Al-Abbas as-Zahrawi yang lahir di Madinatuz Zahra atau yang dikenal Barat sebagai Abulcasis pada tahun 936 dan wafat tahun 1013 masehi.
Semasa hidupnya Abul Qasim meneliti ilmu kedokteran khususnya gigi dan kelahiran anak, selain itu beliau juga menciptakan penemuan mengenai obat-obatan. Dia juga pernah membuat alat bedah sendiri dengan teknik pengoprasian yang tergolong maju pada saat itu.
Dengan keahliannya ini Abul Qasim diangkat menjadi dokter kerajaan pada masa Khalifah Al-Hakam II dari kekhalifahan Umayyah. Al-Tasrif berisi berbagai topik mengenai kedokteran, termasuk di antaranya tentang gigi dan kelahiran anak.
Ketika menjadi dokter kerajaan inilah Abul Qasim menulis buku tentang pengobatan dan pembedahan gigi yang kemudian diterjemahkan kedalam bahasa latin oleh Gerardo dari Cremona. Selama lima abad lamanya para ilmuwan dari bangsa-bangsa di Eropa menjadikan buku tersebut sebagai sumber utama pengetahuan dalam bidang kedokteran, bedah, dan pengobatan.
7. Muhammad ibn Muhammad ibn Mahmud Abu Mansur al-Samarqandi al-Maturidi al-Hanafi / (Maturidi, Samarqand)
Beliau lebih dikenal denga panggilan Al-Maturidi yang merupakan seorang ulama yang ahli dalam bidang ilmu kalam. Al-Maturidi lahir disebuah pemukiman di kota Samarkand yang sekarang masuk dalam wilayah Uzbekistan dan penganut aliran aqidah maturidiyyah yang sebagian besar adalah pengikut mazhab Hanafi.
Dalam perjalanan hidupnya Al-Maturidi banyak menulis tentang sanggahannya terhadap aliran Muktazilah yaitu aliran yang memisahkan diri dari ajaran islam yang dianggap tidak sepaham. Aliran ini muncul di Irak pada abad ke 2 hijriah dari seorang murid yang bernama wasil bin Atha’ yang memisahkan diri dari gurunya Hasan al-Bashri karena berbeda pendapat.
Sang murid berpendapat bahwa seorang mukmin yang berdosa besar masih berstatus mukmin dan bukan kafir atau fasik. Dalam bukunya Al-Maturidi menyanggah pendapat ini dengan memaparkannya dalam kitab Bayan Awham al-Mu’tazila yang berarti Kitab Pemaparan Kesalahan Mu’tazilah.
Dalam kitabnya yang lain yaitu Radd al-Imama, Al-Maturidi juga menyanggah tentang konsepsi keimanan Syiah yang menolak kepemimpinan dari tiga khalifah pertama. Sekte syiah ini hanya mempercayai Ali bin Abi Thalib sebagai khalifah. syiah termasuk sekte terbesar kedua dalam agama islam setelah sunni.
8. Abu Raihan Al-Biruni (Khawarazmi, Turkmenistan, Persia, 15 September 973 – 13 Desember 1048)
Al-Biruni merupakan seorang matematikawan asal Turkmenistan yang lahir pada masa kekaisaran Persia dan belajar ilmu matematika serta bintang dari Abu Nashr Mansur. Beliau adalah teman Ibnu Sina seorang sejarawan, filsuf, dan pakar etik.
Maka tidak heran jika Al-Biruni akhirnya menjadi seorang ilmuwan dalam bidang matematika, astronomi, fisika, ensiklopedia, filsafat, sejarah, obat-obatan dan farmasi.
Dalam masa hidupnya Al-Biruni pernah mengembara ke India dengan temanya yaitu Mahmud dari Ghazni. Dalam perjalanannya itu al-Biruni banyak menulis buku dan menguasai beberapa bahasa seperti Yunani, suriah, Berber dan Sanskerta.
Beberapa karya Al-Biruni yaitu beliau meneliti garis lintang bagi Kath, Khwarazm dengan menggunakan altitude maksimal matahari. Menulis hasil kajian proyeksi peta termasuk metodologi untuk proyeksi belahan bumi pada bidang datar.
Di usia 27 beliau menulis sebuah buku tentang astrolabe yaitu sebuah sistem decimal, kajian bintang dan dua buku sejarah. Dalam masa hidupnya Al-Biruni telah menulis lebih dari 120 buah buku tentang berbagai ilmu termasuk aritmatika, analisis kombinatorial, kaidah bilangan angka 3, bilangan irasional, geometri, teorema Archimedes dan sudut segitiga.
9. Muhammad Ibnu Musa Al-Khawarizmi
Adalah seorang ilmuwan yang lahir sekitar tahun 780 di Khiva, Uzbekistan dan wafat di Baghdad tahun 850 dan mengabdi sebagai dosen di sekolah kehormatan di Baghdad. Dalam masa hidupnya beliau telah mengeluarkan buku tentang al-Jabar yang membahas solusi sistematik dari linear dan notasi kuadrat. Atas karyanya tersebut ia disebut sebagai bapak aljabar.
Orang-orang di Eropa telah menyalin buku tersebut dan menjadi panduan dalam ilmu hitung atau aritmatika. Mereka menyebut Al-jabar sebagai Algorisma untuk menghormati Al-Khawarismi atas temuannya tersebut disamping karena beliau adalah muslim pertama yang mengenalkan ilmu matematika pada dunia.
Tidak sampai disitu Al-Khawarizmi kemudian juga memperkenalkan sistem penomoran posisi decimal di dunia barat pada abad ke 12 dan merevisi kembali ilmu geografi Ptolomeus sebaik mengerjakan tulisan tentang astronomi dan astrologi.
10. Abu Ali Al-Husein Ibnu Sina / Ibnu Sina / Syeh Al-Rais / Avicenna (986-1037)
Ibnu Sina atau yang lebih dikenal dengan nama Avivenna ini adalah seorang ilmuwan muslim sekaligus filsuf besar yang lahir pada tahun 986 sampai 1037. Beliau lahir pada masa keemasan peradapan islam
Pada masa hidupnya ia banyak menghabiskan waktu dengan meneliti ilmu kesehatan, matematika, astronomi, filsafat, psikologi dan penulis kaidah ilmu kedokteran modern yang sampai saat ini masih dipakai sebagai referensi ilmu kedokteran di Eropa. Beliau juga pernah menulis buku tentang fungsi organ tubuh, meneliti penyakit TBC, diabetes dan penyakit yang dapat timbul dari pikiran yang tertekan.
Keistimewaan lain yang dimiliki oleh Ibnu Sina adalah beliau tidak hanya ahli dalam bidang ilmu pengetahuan dunia tapi juga ilmu akhirat. Hal ini terbukti pada usia 10 tahun sudah hafal Alquran, kemudian pada usia 18 tahun sudah mampu menguasai semua ilmu yang ada pada waktu itu. Bidang keahliannya adalah ilmu kedokteran, fisika, geologi, dan mineralogi. Juga di bidang pengobatan, filosofi, matematika, dan astronomi.
11. Al-Farabi
Abu Nasir Al-Farabi. Orang barat menyebutnya dengan ALFARABIUS. Ia hidup tahun antara tahun 870-900 Masehi dan merupakan tokoh Islam yang pertama dalam bidang Logika. Al Farabi juga mengembangkan dan mempelajari ilmu Fisika, Matematika, Etika, Filosofi, Politik, dan sebagainya. Bidang lain: Sociology, Logic, Philosophy, Political Science, Music.
12. Ibnu Khaldun
seorang sejarahwan, pendidik ulung, pendiri filsafat sejarah dan sosiologi. Ibnu Khaldun, lahir 27 Mei 1332/732H, wafat 19 Maret 1406/808H) adalah seorang sejarawan muslim dari Tunisia dan sering disebut sebagai bapak pendiri ilmu historiografi, sosiologi dan ekonomi. Karyanya yang terkenal adalah Muqaddimah (Pendahuluan).
13. Al Battani (929)
Ahli astronom terbesar Islam, mengetahui jarak bumi dengan matahari, alat ukur gata gravitasi, alat ukur garis lintang dan busur bumi pada globe dengan ketelitian sampai 3 desimal, menerangkan bahwa bumi berputar pada porosnya, mengukur keliling bumi. ( jauh sebelum Galileo), table astronomi, orbit planet-planet.
14. Al Khazini (1121)
Ahli konstruksi, pengarang buku tentang teknik pengukuran (geodesi) dan kontruksi keseimbangan, kaidah mekanis, hidrostatika, fisika, teori zat padat, sifat-sifat pengungkit/tuas, teori gaya gravitasi (900 tahun lebih awal dari Newton).
Credit Sindonews