Presiden Rusia Vladimir Putin mendesak
mengatasi krisis nuklir di Semenanjung Korea tak bisa dengan histeria
militer untuk membalas Korut ataupun dengan sanksi. (AFP PHOTO / SPUTNIK
/ Alexey NIKOLSKY)
Jakarta, CB --
Presiden Rusia Vladimir Putin memperingatkan krisis dunia yang
bisa meningkat akibat program senjata Korea Utara. Pemimpin Negara
Beruang Merah itu menilai program nuklir Korut bisa menimbulkan bencana
global dengan korban luar biasa banyak.
Namun, sambung Putin, dalam kunjungan kenegeraan di China pada Selasa (5/9), itu sebaiknya dihadapi lewat tindakan diplomasi, bukan histeria militer.
Putin menilai pemimpin Korut saat ini, Kim Jong-un telah mengalkulasi keberadaan rezimnya di tengah situasi saat ini. Putin pun menilai, generasi ketiga pemimpin Korut itu pun telah mengambil pelajaran dari kejatuhan Saddam Hussein, dan tak ingin bernasib sama.
``Dia [Saddam] hancur dan anggota keluarganya pun terbunuh. Negara itu hancur, dan Saddam Hussein digantung. Setiap orang tahun itu, dan setiap orang di Korea Utara pun tahu itu,” ujar Putin seperti dikutip dari CNN.
Sebelumnya, pada awal pekan ini, Duta Besar Amerika Serikat di PBB, Nikki Haley dengan tegas menyatakan sikap Kim Jong-un saat ini seolah hendak meminta perang. Haley pun menuntut Dewan Keamanan PBB untuk menjatuhkan sanksi terkuat guna menghentikan program nuklir di Pyongyang.
Menanggapi hal tersebut, meski mengutuk prorgram ambisius nuklir Iran, Putin mendesak sanksi bukan hal yang bagus dan malah berujung tak berguna serta tak efektif.
Pada akhir pekan lalu, ketegangan di kawasan semenanjung meingkat setelah Pyongyang mengumumkan melakukan uji coba keenam nuklir—yang diklaim berisi bom hidrogen. Klaim itu sendir tak bisa diverifikasi dengan tepat, namun data seismologi mengindikasikan itu adalah senjata yang lebih kuat diaktifkan Pyongyang.
Namun, sambung Putin, dalam kunjungan kenegeraan di China pada Selasa (5/9), itu sebaiknya dihadapi lewat tindakan diplomasi, bukan histeria militer.
Putin menilai pemimpin Korut saat ini, Kim Jong-un telah mengalkulasi keberadaan rezimnya di tengah situasi saat ini. Putin pun menilai, generasi ketiga pemimpin Korut itu pun telah mengambil pelajaran dari kejatuhan Saddam Hussein, dan tak ingin bernasib sama.
``Dia [Saddam] hancur dan anggota keluarganya pun terbunuh. Negara itu hancur, dan Saddam Hussein digantung. Setiap orang tahun itu, dan setiap orang di Korea Utara pun tahu itu,” ujar Putin seperti dikutip dari CNN.
Sebelumnya, pada awal pekan ini, Duta Besar Amerika Serikat di PBB, Nikki Haley dengan tegas menyatakan sikap Kim Jong-un saat ini seolah hendak meminta perang. Haley pun menuntut Dewan Keamanan PBB untuk menjatuhkan sanksi terkuat guna menghentikan program nuklir di Pyongyang.
Menanggapi hal tersebut, meski mengutuk prorgram ambisius nuklir Iran, Putin mendesak sanksi bukan hal yang bagus dan malah berujung tak berguna serta tak efektif.
Pada akhir pekan lalu, ketegangan di kawasan semenanjung meingkat setelah Pyongyang mengumumkan melakukan uji coba keenam nuklir—yang diklaim berisi bom hidrogen. Klaim itu sendir tak bisa diverifikasi dengan tepat, namun data seismologi mengindikasikan itu adalah senjata yang lebih kuat diaktifkan Pyongyang.
Credit cnnindonesia.com