Senin, 04 September 2017

Dituding Berkhianat, Ketua Partai Oposisi Kamboja Ditahan


Dituding Berkhianat, Ketua Partai Oposisi Kamboja Ditahan 
Pimpinan oposisi Kamboja, Kem Sokha ditangkap polisi di kediamannya pada Minggu (3/9) pagi. Perdana Menteri Hun Sen menuduhnya berkhianat dengan AS. (Foto: ANTARA FOTO/AACC2015/Wahyu Putro A)

Jakarta, CB -- Pimpinan partai oposisi Kamboja, Kem Sokha ditangkap polisi di kediamannya pada Minggu (3/9) pagi. Perdana Menteri Hun Sen menuduhnya berkhianat dengan dukungan Amerika Serikat.

Penangkapan ini menambah daftar tindakan antikritik, dan potensi ancaman terhadap kekuasan Hun Sen dalam pemilihan kepemimpinan Kamboja yang akan berlangsung tahun depan. Kem Sokha merupakan penantang utama bagi Hun Sen.

"Ada aksi pengkhianatan dengan konspirasi bersama negara asing, berkhianat terhadap negaranya sendiri. Oleh karenanya ia ditangkap," ungkap Hun Sen pada sekelompok pekerja menurut situs pro pemerintah Fresh News, seperti dilansir dari Reuters, pada Minggu (3/9).

Hun Sen mengatakan negara yang dituding sebagai pihak ketiga itu yakni Amerika Serikat.

Hun Sen, berusia 65 tahun telah memimpin negara di Asia Tenggara itu lebih dari tiga dekade. Mantan kader Khmer Merah itu menjalin kedekatan dengan China dan turut menunjukkan sikap berseberangan dengan AS secara terang-terangan.

Sementara, Kem Sokha, berusia 64 tahun, merupakan ketua partai oposisi Cambodia National Rescue Party atau CNRP. Ia ditunjuk sebagai ketua menggantikan pendahulunya pada Februari lalu.

Sejumlah media Kamboja menunjukkan Sokha menjadi penantang utama buat Hun Sen dalam memimpin negara tersebut.

Pemerintah merilis video pada laman Facebook resminya di mana Kem Sokha berpidato pada pendukungnya tentang strategi memenangkan perebutan kekuasaan di mana ia mendapat dukungan dari 'orang Amerika'.

Dalam video tersebut, yang diduga disyuting di Australia, Kem Sokha mengatakan Amerika menyewa akademisi untuk menjadi penasihat strategi dalam mengubah arah kepemimpinan negara Kamboja.

"Dan jika saya mengikuti taktik dan strategi, saya mungkin dapat memenangkannya, saya tak tahu lagi apa yang harus saya lakukan," ujarnya.

Partai oposisi belum merespons beredarnya konten video tersebut. Baru-baru ini, dilaporkan penahanan Kem Sokha melanggar aturan atau undang-undang. Partai oposisi mendesak pelepasan dan komunitas internasional untuk mengintervensi. Mereka menginginkan pendekatan antikekerasan.

Jika Kem Sokha terbukti bersalah terhadap tudingan yang ditujukan padanya, pemerintah berkesempatan melarang partai karena pimpinannya terbukti bersalah.

Putri Kem Sokha, Monovithya Kem, yang juga anggota resmi partai mengatakan lewat akun Twitter, bahwa ayahnya dibawa dengan keadaan tangan diborgol dan dikawal oleh sekitar 100 hingga 200 polisi, yang datang tanpa ada surat penangkapan resmi.

Ia mengatakan keberadaan ayahnya kini tidak diketahui.

Kem Sokha tidak memberikan komentar akan hal ini, dan belum diketahui juga dengan pasti apakah ia punya perwakilan resmi hingga saat ini.

Sementara, terkait tudingan terhadap AS, baik Kementerian Luar Negeri AS dan Pihak Gedung Putih belum memberi respons.

Penangkapan Kem Sokha menambah daftar tindak pembungkaman atau antikritik pemerintah Hun Sen. Sebelumnya pada bulan lalu pemerintah mengancam menutup koran independen The Cambodia Daily.




Credit  cnnindonesia.com