Rabu, 06 September 2017

Di Bangladesh, Menlu Retno Bahas Pengungsi Rohingya


Di Bangladesh, Menlu Retno Bahas Pengungsi Rohingya 
Dalam kesempatan pertemuan dengan Menlu Bangladesh, Menlu Retno menyatakan Indonesia mencari tahu hal yang bisa dilakukan untuk bantu pengungsi Rohingya. (CNN Indonesia/Safir Makki)



Jakarta, CB -- Setelah melakukan kunjungan diplomasi di Myanmar, Menteri Luar Negeri Republik Indonesia, Retno Marsudi, terbang ke Bangladesh pada Selasa (5/9). Ketika tiba di Dhaka—ibu kota Bangladesh—Retno pun segera melakukan pertemuan diplomasi dengan Menteri Luar Negeri Bangladesh, Abul Hassan Mahood Ali.

Dikutip dari akun Twitter resmi Kemenlu RI, dalam pertemuan itu Retno dan Ali membahas rencana bantuan kemanusiaan RI untuk pengungsi Rohingya yang terusir dari Rakhine, Myanmar dan kini berada di perbatasan Bangladesh.

Pertemuan dengan Retno dengan Mahood itu sendiri berlangsung di tengah masa libur panjang Bangladesh terkait perayaan Hari Raya Iduladha 1438 H/2017 M.

“Kami akan terus mendiskusikan jenis dukungan apa yang bisa dilakukan Indonesia untuk meringankan beban pemerintah Bangladesh,” kata Retno dalam jumpa pers usai bertemu Ali dan juga Perdana Menteri Bangladesh Sheikh Hasina, Selasa (5/9) seperti dikutip dari Reuters.

Pada hari ini, Rabu (6/9), Duta Besar RI di Bangladesh disebutkan akan menggelar pertemuan dengan Ali guna menindaklanjuti kunjungan Retno. Retno sendiri menegaskan bentuk bantuan lebih pada uluran kemanusiaan dibandingkan keuangan.

Selain bertemu dengan Mahood, Retno pun terlihat menyempatkan diri pula bertemu dengan perwakilan badan urusan pengungsi PBB (UNHCR) dan Organisasi Migrasi Internasional PBB (IOM).

Pertemuan itu disebutkan untuk membahas situasi kemanusiaan di perbatasan Bangladesh. Seperti dilansir Reuters, setidaknya hampir 125 ribu etnis muslim Rohingya yang mengungsi dari Rakhine di Myanmer ke perbatasan Bangladesh hanya dalam tempo waktu 10 hari sejak 25 Agustus lalu.

Di Myanmar sendiri diperkirakan ada sekitar 1,1 juta populasi etnis muslim Rohingya.


Di tempat terpisah, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mendesak pemerintah Myanmar untuk mengakhiri kekerasan di Rakhine.

“Itu telah menciptakan situasi yang membuat wilayah menjadi tak stabil,” kata Guterres.

Guterres pun mengabarkan dirinya telah menulis surat kepada Dewan Keamanan PBB terkait situasi yang terjadi di Rakhine. Saat ditanya kekhawatiran terkait pembersihan etnis atau genosida sedang terjadi di Rakhine, Guterres menjawb. “Kita sedang menghadapi risiko itu. Saya harap tidak sampai ke sana.”

Konflik di Rakhine sendiri diperkirakan telah menewaskan 400 orang dan sebagian besar dari etnis Rohingnya.




Credit  cnnindonesia.com