Jumat, 09 September 2016

Kematian Marinir Muslim AS Picu Kontroversi


 Police line. Ilustrasi
Police line. Ilustrasi
 
CB, CAROLINA SELATAN -- Seorang marinir Muslim yang mengikuti pelatihan di Pulau Parris, Carolina Selatan, tewas. Kematiannya telah menuai banyak tanda tanya. Apakah ia tewas akibat murni bunuh diri atau ada faktor lain yang memicu kematiannya

Sebuah laporan terbaru mengungkapkan, marinir itu ditampar berulang kali di bagian wajahnya sebelum ia lari dan jatuh dari lantai tiga di baraknya. Korban diketahui bernama Raheel Siddiqui.

Menurut Kesatuan Marinir, Siddiqui lompat hingga tewas pada 18 Maret lalu setelah ditampar satu hingga tiga kali oleh instrukturnya. Ia kemudan berdiri dan berlari melalui bagian belakang dan meloncati pagar tangga yang menyebabkan ia jatuh dari lantai tiga barak.

Pada saat sebelum kejadian, Siddiqui telah mengajukan komplain, tenggorokannya sakit dan tak akan berbicara kecuali mendesak. Namun sang instruktur tak terima dan sempat menjatuhkan dan meraih leher korban. Instruktur itu juga menampar Siddiqui. 

Laporan juga menyebut instruktur pelatihan itu sebelumnya telah melakukan tindakan penyelewengan serius. Seperti melakukan perpeloncoan baik verbal maupun fisik terhadap marinir muda Muslim.

Menyusul tindakan penyelewengan dan penyiksaan ini, sebanyak 20 marinir dilaporkan sedang menghadapi dakwaan kriminal.   Namun di luar penyelewengan instruktur itu, menurut laporan marinir, Siddiqui telah mengutarakan keinginan bunuh dirinya lima hari sebelum kejadian. Ia pun masuk dalam pengawasan dan dijadwalkan mengikuti evaluasi kesehatan mental.
Komandan Marinir Jederal Robert Neller mengatakan, berdasarkan temuan hasil investigasi, disimpulkan Siddiqui tewas karena bunuh diri.  

Anggota Kongres dari Partai Demokrat Debbie Dinggel telah bertanya ke marinir atas nama keluarga Siddiqui, apakah kepercayaan Muslim dan garis keturunan Pakistan telah memicu ia dipelonco hingga menyebabkan korban bunuh diri.

Komandan marinir mengatakan, investigasi menemukan adanya penyelewengan dan tindakan kekerasan di Pulau Paris. Tindakan tersebut bertentangan dengan kebijakan dan prosedur perekrutan Kesatuan Marinir.

Sejumlah komandan, penasehat tamtama senior, batalion, resimen, juga sejumlah pelatih baris-berbaris dilarang memberikan pelatihan untuk sementara. "Saat ini, 20 personel Recruit Training Regiment telah diidentifikasi  kemungkinan melakukan pelanggaran dan dibawa ke pengadilan militer atau tindakan administrasi," tulis Kesatuan Marinir seperti dikutip ABC.

Laporan juga menyebut Siddiqui yang merupakan keturunan Pakistan Amerika di-bully dengan disebut teroris beberapa kali.




Credit  REPUBLIKA.CO.ID