Jumat, 09 September 2016

Ketegangan dengan Obama Jadi Pelajaran Duterte

 Presiden Filipina Rodrigo Duterte saat berbicara dalam konferensi pers di Davao, Filipina selatan, 21 Agustus 2016.
Presiden Filipina Rodrigo Duterte saat berbicara dalam konferensi pers di Davao, Filipina selatan, 21 Agustus 2016.
 
CB,  VIENTIANE -- Presiden Amerika Serikat Barack Obama dan Presiden Filipina Rodrigo Duterte akhirnya berjabat tangan. Ini pertama kalinya mereka berjabat tangan setelah Duterte menyebut Obama sebagai anak wanita jalang.

Duta Besar Filipina untuk Amerika Marciano Paynor mengatakan, adanya ketegangan antara Duterte dengan Obama kemarin merupakan pelajaran berharga bagi Duterte. Ini merupakan pelajaran dan pengalaman baru.

"Duterte harus belajar menyesuaikan diri. Ia dalam masa transisi dari seorang wali kota menjadi seorang kepala negara," katanya, kamis, (8/9).

Duterte, ujar Paynor, memang harus memiliki pengalaman seperti ini dengan Obama. "Dia harus mengalaminya, kalau belum pernah mengalami nanti tak akan tahu bagaimana cara melakukannya."

Sebelumnya, Obama sempat marah dengan penghinaan yang dilontarkan Duterte kepadanya. Bahkan ia membatalkan pertemuan di antara keduanya. Namun dengan pertemuan yang sebentar ini ketegangan sudah mulai berkurang


Credit  REPUBLIKA.CO.ID



Duterte Menyesal Hina Obama

Aktivis Filipina meneriakkan tuntutan mengakhiri pembunuhan terkait perang narkoba yang digalakkan Presidan Rodrigo Duterte di luar markas polisi Camp Crame di Kota Quezon, Manila, Filipina, 24 Agustus 2016.
Aktivis Filipina meneriakkan tuntutan mengakhiri pembunuhan terkait perang narkoba yang digalakkan Presidan Rodrigo Duterte di luar markas polisi Camp Crame di Kota Quezon, Manila, Filipina, 24 Agustus 2016.
 
CB, VIENTIANE -- Presiden Filipina Rodrigo Duterte menyesal telah menghina Presiden Amerika Serikat Barack Obama. Pernyataan Duterte membuat Gedung Putih membatalkan jadwal pertemuan empat mata antara kedua presiden di sela-sela pertemuan puncak negara-negara Asia Tenggara dan Timur di Laos.

Sebelumnya pada Senin, Duterte berjanji akan memanggil Obama dengan sebutan "anak perempuan jalang" jika orang tertinggi di Gedung Putih tersebut berani mengajari Filipina soal hak asasi manusia terkait kebijakan perang terhadap obat-obatan terlarang.

Sejak menjadi presiden pada 1 Juli lalu, Duterte langsung menjalankan kebijakan perang terhadap narkotika dan obat-obatan terlarang yang membuat sekitar 2.400 orang tewas. Hanya 900 di antara mereka yang mati oleh aparat penegak hukum.

"Presiden Duterte menjelaskan bahwa komentar pedasnya ditujukan untuk merespon laporan dari media mengenai Presiden Obama yang akan 'mengajari' Filipina terkait pembunuhan ekstra judisial," kata pemerintah Filipina dalam pernyataan tertulis.

"Dia menyesali perkataan yang telah memunculkan kontroversi besar tersebut. Dia menyatakan penghormatan yang mendalam terhadap Presiden Obama dan kerja sama antara kedua negara," kata pemerintah.

Gedung Putih telah menegaskan Obama tidak akan membahas persoalan hak asasi manusia saat bertemu dengan Duterte. Hingga kini belum jelas apakah pertemuan antara kedua akan dijadwalkan ulang.

Ketegangan diprediksi akan terjadi dalam pertemuan KTT ASEAN dan Asia Timur di Laos. Sepuluh pemimpin negara anggota ASEAN akan bertemu dengan kepala negara-negara besar lain seperti Cina, Jepang, Korea Selatan, Australia, India, Rusia, dan Amerika Serikat.





Credit  REPUBLIKA.CO.ID