CB - Singapura. Industri kelapa sawit di Indonesia adalah salah satu industri yang tak henti mendapatkan kampanye hitam dari negara tujuan ekspor khususnya Uni Eropa. Salah satunya di Prancis yang mengenakan bea masuk impor 300% untuk kelapa sawit asal Indonesia. | |||||
Managing Director Asian Agri Grup, sebagai salah satu
perusahaan minyak kelapa sawit terbesar di Indonesia, Kelvin Tio
mengatakan, ada beberapa kendala yang dihadapi industri penyumbang 1,6%
PDB ini dalam kinerja ekspornya. "Kelapa sawit ada kendala dari luar, seperti isu deforestasi, merusak ekosistem gambut, tak baik untuk kesehatan. Ini black campaign terus dilontarkan," kata Kelvin di acara Media Gathering Royal Eagle Group di Orchard Parade Hotel, Singapura, dikutip Jumat (5/12). Dia mengatakan, tak henti-hentinya negara-negara di Eropa menolak masuknya produk sawit asal Indonesia. Bahkan, kedutaan besar Indonesia di Uni Eropa menyebut, industri sawit di Indonesia ini, layaknya dalam permainan sepakbola adalah tim yang terus dikurung pertahanannya oleh serangan tim lawan. "Salah satu poin yang disampaikan dubes Indonesia di EU (European Union). Tantangan ini setiap hari terus datang, terutama di Eropa. Sampai beliau mengatakan bahwa, kalau di bola ini terus diserang," tuturnya. Dia menduga, ini bukan hanya mengenai proteksi perdagangan yang diterapkan oleh negara-negara di Eropa itu, melainkan juga ada pengusaha nakal yang sengaja menghambat produk Indonesia untuk diekspor ke luar negeri. Sayangnya, dia tak mau menyebut lebih jauh terkait pengusaha nakal itu. "Kita memang mengetahui ada oknum, perusahaan yang nakal. Tapi banyak juga kita tahu ini dilakukan untuk proteksionisme. Seakan-akan kelapa sawit itu sangat jelek," tuturnya. Dia mencontohkan, salah satu kebijakan proteksi yang dilakukan negara Eropa terhadap sawit Indonesia adalah pengenaan bea masuk impor ke negara Prancis. Menurutnya, ini merupakan suatu tantangan yang tak mudah dilalui. "Di Perancis 300% biaya impor dikenakan unuk kelapa sawit Indonesia," tuturnya. Meski dihadapkan pada berbagai persoalan tersebut, Kelvin mengatakan, Asian Agri Group tak gentar. Perusahaan milik salah satu orang terkaya di Indonesia Sukanto Tanoto ini sudah banyak mengantongi sertifikat industri sawit, seperti Roundtable Sustainable Palm Oil (RSPO), juga penandatanganan komitmen peduli lingkungan yang dilakukan di New York, Amerika Serikat beberapa waktu lalu. "Akhir 2015 nanti kebun inti dan seluruh kebun plasma sudah tersertifikasi RSPo. Kalau ISCC akhir tahun ini selesai. Lalau ISPO awal 2015 selesai. Kita akan kembangkan terus. September kemarin di New York, yang mana adalah penandatanganan tak ada deforestasi," tutupnya. |
Credit MedanBisnis