Kamis, 04 Desember 2014

Komputer yang Berpikir Ancam Kehidupan Manusia


Komputer yang Berpikir Ancam Kehidupan Manusia 
 Stephen Hawking mengaku takut atas konsekuensi sebuah penciptaan yang bisa menandingi atau melampaui manusia. (GettyImages/Cancan Chu)
 
 
 
Jakarta, CB -- Fisikawan ternama Stephen Hawking mengaku khawatir dengan peranti lunak kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) yang membuat sebuah komputer dapat berpikir. Jika mereka berkembang di luar kendali manusia, maka itu bisa berarti akhir dari umat manusia.

Hawking mengaku takut atas konsekuensi sebuah penciptaan yang bisa menandingi atau melampaui manusia.

"Ia akan lepas landas dengan sendirinya, dan melakukan desain ulang pada titik yang semakin meningkat," katanya seperti dikutip dari BBC News, Selasa (2/12).

Saat ini, menurut Hawking, peranti lunak kecerdasan buatan memang telah banyak membantu manusia. Salah satunya adalah aplikasi papan ketik (keyboard) virtual SwiftKey yang diintegrasikan dalam sistem komputer Hawking yang dibuat oleh Intel.

Teknologi SwiftKey berperan memberi prediksi kata selanjutnya yang akan digunakan Hawking ketika ia mulai merangkai kata dengan bantuan sensor yang mendeteksi gerakan otot pipinya.

Dari mana SwiftKey belajar membuat prediksi kata untuk Hawking? Ternyata, peranti lunak yang dikembangkan oleh perusahaan Inggris itu belajar dari karya ilmiah Hawking (yang telah dipublikasi dan belum dipublikasi) guna memahami gaya bahasa Hawking.

Sejumlah prediksi tentang peranti lunak kecerdasan buatan telah digambarkan dalam beberapa fiksi ilmiah, termasuk film Transcendence karya sutradara Wally Pfister yang dirilis pada April 2014.

Film ini mengisahkan kecerdasan buatan yang memiliki kesadaran diri dan mampu mengembangkan diri atas apa yang mereka pelajari di luar kendali manusia.

Ketika telah mencapai tahap tersebut, manusia menyadari bahwa peranti lunak macam ini membahayakan eksistensi mereka. Manusia pun berjuang untuk memusnahkannya.

Hawking sendiri menilai bahwa peranti lunak kecerdasan buatan berpotensi mengembangkan dirinya sendiri dengan cepat. Sementara manusia dibatasi oleh evolusi biologis.

"Manusia yang dibatasi oleh evolusi biologis yang lambat, tidak bisa bersaing, dan akan tergantikan," ungkapnya.

Kecerdasan buatan dari Google

DeepMind merupakan salah satu perusahaan yang mengembangkan secara serius teknologi kecerdasan buatan. Raksasa teknologi Google telah mengakuisisi perusahaan asal London tersebut sebesar US$ 400 juta pada Januari 2014, menurut laporan Re/code.

Di situs web DeepMind, perusahaan mengatakan misinya untuk menggabungkan "teknik terbaik dari pembelajaran dan sistem mesin neurosains untuk membangun algoritma pembelajaran untuk keperluan umum yang kuat."

Baru-baru ini, Google mengaku sedang mengembangkan peranti lunak dengan tingkat kecerdasan buatan yang tinggi. Ia dapat mendeskripsikan sebuah gambar dengan akurat.

Bahkan nantinya peranti lunak ini ditargetkan bisa "melihat" gambar dan memberi tanggapan dengan cara yang kurang lebih sama dengan pola pikir manusia.

Meskipun saat ini masih dalam tahap pengujian, rencananya dalam jangka panjang Google akan membuat peranti lunak ini untuk membantu tunanetra dalam mendeskripsikan visual dengan akurat.


Credit CNN Indonesia