Jumat, 28 November 2014

Punya 600 Ribu Insinyur, Indonesia Berpotensi Dominasi Pasar Bebas Asean


 Punya 600 Ribu Insinyur, Indonesia Berpotensi Dominasi Pasar Bebas Asean
 ILUSTRASI

CB, JAKARTA - Kebutuhan negara Asean akan pelaku industri konstruksi dan tenaga ahli konstruksi atau para insinyur, akan terus meningkat terutama saat diberlakukannya Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) pada 2015 mendatang.
Ketua Steering Committee Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Sri Rachma Chandrawati, mengatakan Indonesia harus siap menghadapi pasar bebas Asean ini tahun depan. Caranya dengan membenahi regulasi serta meningkatkan daya saing pelaku dan tenaga ahli di industri konstruksi.
Dengan memiliki sedikitnya 600 ribu insinyur atau ahli konstruksi, serta 117.042 kontraktor, Indonesia dianggap berpotensi mendominasi industri konstruksi saat diberlakukannya pasar bebas Asean ini. Asalkan, kata Rachma, daya saing dan nilai tambah para pelaku dan tenaga kerja di industri konstruksi ini terus ditingkatkan.
"Performa industri kontruksi Indonesia saat ini memang sangat membanggakan. Industri konstruksi dianggap menjadi faktor penting yang mendorong bertumbuhnya ekonomi nasional," kata Rachma, dalam Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Kadin Indonesia dalam Bidang Konstruksi dan Pertanahan, di Century Park Hotel, Senayan, Jakarta, Kamis (27/10/2014).
Ia menuturkan banyaknya tenaga kerja yang terserap, menjadikan industri ini sebagai salah satu solusi mengurangi pengangguran di Indonesia.
"Namun dalam MEA atau pasar bebas Asean 2015 nanti, daya saing industri konstruksi nasional kita tetap perlu ditingkatkan. Juga kemampuan sumber daya manusianya, agar lebih kompetitif," kata Rachma.
Dalam rakernas yang bertema 'Kesiapan Industri Jasa Konstruksi dan Regulasi Pertanahan Dalam Menyongsong Asean Economic Community 2015' ini, memang lebih banyak menyoroti kesiapan industri konstruksi Indonesia dalam menghadapi pasar bebas Asean, 2015 mendatang.
Sementara itu, Bambang Sujagad, Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Konstruksi dan Pertanahan, mengungkapkan Indonesia memiliki daya saing yang cukup tinggi dalam industri jasa konstruksi di kawasan Asia Tenggara atau Asean.
"Dengan memiliki sedikitnya 600.000 insinyur atau ahli konstruksi, yang kompetensinya sejajar dengan ahli konstruksi negara lain, Indonesia dianggap sangat kompetitif," kata Bambang.
Walaupun begitu, katanya, Indonesia harus mampu memberi nilai tambah agar bisa unggul dalam industri ini. Salah satunya, kata dia, dengan pembentukan regulasi dan kebijakan persaingan pembangunan infrastruktur.
"Juga sertifikasi pelaku industri jasa konstruksi, agar ada kepercayaan dalam peningkatan kemampuan dan keterampilan," katanya.
Dengan begitu, menurut Bambang, Indonesia tidak akan menjadi penonton saja dalam industri inin namun juga pelaku aktif.
Berdasarkan data Kadin Indonesia, jumlah kontraktor di Indonesia sebanyak 117.042. Sementara konsultan kontraktor sebanyak 4.414 konsultan. Dari jumlah itu, tenaga ahli konstruksi hanya berjumlah 10 persen, tenaga terampil 30 persen dan kelompok buruh mendominasi sebesar 60 persen.
Ketua Umum Kadin Indonesia, Suryo Bambang Sulisto, mengatakan kekuatan jasa konstruksi terletak pada sumber daya manusia yang dimiliki dan unggul. "Tidak hanya tenaga kerja atau tenaga ahli, tetapi juga yang mampu menguasai dan mengembangkan teknologi," ujarnya.
Menurutnya walau badan usaha jasa konstruksi di Indonesia jumlahnya banyak, sebagian besar masuk dalam usaha skala menengah dan kecil.
"Jumlah tenaga kerja kita juga dibilang banyak. Tapi tenaga ahlinya terbilang sedikit. Karenanya diharapkan daya saing mereka lebih ditingkatkan lagi," kata Suryo.



Credit TRIBUNNEWS.COM