Selasa, 25 November 2014

Bos Pentagon Mundur karena "Bentrok" dengan Gedung Putih

Bos Pentagon Mundur karena Bentrok dengan Gedung Putih
Bos Pentagon (kanan) mengundurkan diri karena bersitegang dengan Gedung Putih. | (Reuters)
WASHINGTON (CB) - Menteri Pertahanan atau Kepala Pentagon Amerika Serikat (AS) Chuck Hagel, resmi mengundurkan diri semalam. Media AS menyebut, bos Pentagon itu mundur karena “bentrok” dengan Gedung Putih.

Presiden Barack Obama dan wakilnya Joe Biden, menerima pengunduran diri Hagel. Chuck Hagel, 68, membenarkan laporan media yang beredar sebelum ia mengundurkan diri.

Beberapa jam sebelum Hagel mengundurkan diri, New York Times melaporkan bahwa bos Pentagon itu berada di bawah tekanan akibat kerugian besar yang diderita pemerintah yang dikuasai Partai Demokrat.

Dia ditekan karena dianggap tidak mampu mengatasai serangkaian krisis global. Hal itu diungkap seorang pejabat senior Gedung Putih.Sedangkan CNN  melaporkan bahwa Hagel telah “bentrok” dengan Gedung Putih baru-baru ini atas dugaan masalah "mikromanajemen" dalam pemerintahan.

Seorang pejabat senior Petangon kepada AP, mengatakan, Hagel dan Obama telah "memutuskan bahwa sudah waktunya ada kepemimpinan baru di Pentagon" setelah keduanya terlibat diskusi. ”Informasi dari Gedung Putih pekan ini, presiden menyatakan, ini waktu yang tepat bagi Hagel untuk mundur,” tulis media AS itu.

Salah satu masalah yang dianggap tidak mampu diatasi Pentagon di bawah kepemimpinan Hagel adalah, teror kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) dan krisis Ebola.

Hagel menjabat sebagai Kepala Pentagon sejak Februari tahun 2013. ”Selama hampir dua tahun, Chuck telah menjadi menteri pertahanan teladan, menciptakan kondisi yang stabil seperti yang kita rasakan,” kata Obama.

“Ada modernisasi strategi dan anggaran untuk menghadapi ancaman jangka panjang, sementara masih ada tantangan langsung seperti ISIS dan Ebola. Terima kasih kepada Chuck, militer kita memiliki landasan yang kuat yang terlibat dalam misi ini dan melihat ke depan untuk masa depan,” lanjut Obama.


Credit SINDOnews