Kamis, 27 November 2014

Ekskavasi Menguak Jejak Bangunan Kuno ( peradaban Mataram Kuno) di Situs Liyangan

 
 Tim dari Balai Arkeologi Yogyakarta melakukan ekskavasi lanjutan di Situs Liyangan, kaki Gunung Sindoro di Purbosari, Ngadirejo, Temanggung, Jateng, Minggu (23/11/2014). Dalam ekskavasi kali ini ditemukan reruntuhan rumah hunian yang diperkirakan berasal dari abad ke-6.

CB  — Tim arkeolog kembali menemukan jejak peradaban Mataram Kuno berharga di situs Liyangan, Temanggung, Jawa Tengah. Lewat ekskavasi, tim menemukan fitur arkeologi berupa lubang-lubang yang menjadi tempat kayu atau bambu bagian struktur bangunan kuno.

"Tidak sengaja ketemu. Saya kaget juga tadi," ungkap Sugeng Riyanto, arkeolog Balai Arkeologi Yogyakarta, yang memimpin proyek penelitian situs Liyangan.

"Pertama kita temukan dua lubang. Setelah saya amati, kok ternyata sejajar dengan batu di sekitarnya. Saya coba ukur dengan jengkal, ternyata ketemu lagi lubang-lubang yang lain," urainya saat ditemui di sela proses penggalian pada Minggu (23/11/2014).

Pada spit penggalian yang sama dengan tempat ditemukannya fitur lubang, arkeolog juga menemukan tulang, kepingan keramik, arang bekas kayu yang terbakar, dan batu candi.

Yang menarik, walaupun terletak pada satu spit, fitur lubang dan temuan lain tidak berkaitan satu sama lain. Arang, kepingan, keramik, dan tulang bukan merupakan bagian dari bangunan yang berdiri di atas fitur lubang.

Sebab, arang dan lainnya berasal dari lapisan erupsi, lapisan vulkanik, dan material lain yang terbakar akibat erupsi Sindoro yang memendam Liyangan satu milenium lalu.

Sementara itu, lubang berada di bawah lapisan erupsi. Lubang pada lapisan itu terkuak setelah arkeolog mengupas lapisan erupsi setebal 3-10 cm pada spit penggalian yang berukuran 2 x 2 meter.

Dua jejak peradaban yang berasal dari dua lapisan dan dua zaman dalam satu spit menjadi daya tarik tersendiri secara arkeologis.

Sugeng mengungkapkan, "Rencananya, saya dan Balar (Balai Arkeologi) akan tetap biarkan begitu saja. Untuk sementara, ini akan ditutup dengan plastik. Nanti kita ganti dengan kaca, dan dipamerkan, disertai dengan keterangan."

Temuan lubang dan material vulkanik serta penyajiannya bisa memberikan gambaran tentang sejarah peradaban Liyangan.

"Orang nantinya nggak cuma tahu candi, tetapi bisa tahu bagaimana nenek moyangnya hidup dulu," katanya. Untuk bangunan yang berdiri di atas fitur lubang sendiri, Sugeng belum mengetahuinya dengan pasti. Bangunan tersebut bisa jadi merupakan rumah ataupun pagar.


 
KOMPAS.com / FIKRIA HIDAYAT Bangunan candi di teras 3 Situs Liyangan, kaki Gunung Sindoro, Desa Purbosari, Ngadirejo, Temanggung, Jateng, Sabtu (22/11/2014). Ekskavasi lanjutan dari Balai Arkeologi Yogyakarta di situs ini mengungkap temuan baru yaitu permukiman kuno yang diperkirakan berasal dari abad ke-6.

Situs Liyangan ditemukan pada tahun 2008. Sejak saat itu, penggalian terus dilakukan hingga menemukan bangunan seperti candi dan sisa-sisa rumah masa lalu.

Terletak pada ketinggian 1.200 meter di lereng Sindoro, Liyangan merupakan situs berharga dari masa Mataram Kuno. Liyangan yang menurut arkeolog adalah sebuah "desa metropolitan" adalah kompleks permukiman pertama dan terlengkap terkait Mataram Kuno.

 Credit KOMPAS.com