Kamis, 27 November 2014

Industri Penerbangan Supersonik Dibangun Lagi

Ilustrasi rekaan pesawat penumpang supersonik Lockheed N+2.
Ilustrasi rekaan pesawat penumpang supersonik Lockheed N+2. (sumber: CNN Money)


CB - Kaum superkaya mungkin akan menjadi kaum supersonik tak lama lagi.
Puluhan tahun setelah pesawat Concorde melakukan penerbangan lintas Atlantik untuk terakhir kalinya, sejumlah perusahaan mulai menggarap kembali pesawat penumpang supersonik next generation yang bisa terbang dua kali lebih cepat dari pesawat-pesawat komersil yang ada sekarang.
Pesawat-pesawat yang mampu terbang melebihi kecepatan suara ini mungkin akan muncul pertama kali di pasar jet pribadi dan korporat, bukan maskapai penerbangan umum.
Sedikitnya dua perusahaan sedang menggarap proyek ini sekarang. Aerion, yang bermarkas di Reno, Nevada, sedang mengembangkan pesawat jet 12 penumpang yang mampu menembus kecepatan 1,6 Mach atau lebih dari 1.900 kilometer per jam! Dengan demikian, waktu tempuh New York - London bisa dipangkas dari tujuh jam menjadi empat jam lebih sedikit.
"Ada bisnis dan permintaan untuk pesawat ini. Orang-orang ingin bepergian lebih cepat," kata Jeff Miller, kepala marketing dan komunikasi Aerion.
Perusahaan itu telah menerima uang muka dari puluhan pelanggan dan baru-baru ini meneken perjanjian untuk mendapat bantuan teknis dari Airbus – perusahaan yang membangun Concorde. Mereka menargetkan pengiriman pesawat pertama pada 2022.
Spike Aerospace yang berbasis di Boston juga menggarap proyek serupa yang akan mengangkut para pengusaha dengan kecepatan 1,6 Mach. Dalam situsnya, perusahaan mengklaim bahwa terbang dengan pesawatnya "akan membuat pesawat jet lain seperti pesawat baling-baling."
Pesawat-pesawat generasi terbaru ini akan menutupi kekurangan Concorde di era 1960an berkat perbaikan dalam aerodinamika, mesin dan bahan komposit yang menghemat bahan bakar dan uang. Kecepatan pesawat itu akan sedikit lebih lambat dibandingkan Concorde untuk menekan ongkos.
Sampai sejauh ini, rute yang dapat ditempuh adalah yang sebagian besar melintasi laut.
Hambatan utama pesawat supercepat adalah ledakan sonik atau sonic boom – yaitu suara memekakkan telinga yang muncul ketika pesawat mencapai kecepatan supersonik. Ledakan ini sekeras petir, dan terus mengikuti pesawat selama dia terbang melebihi kecepatan suara. Karena alasan tersebut penerbangan supersonik sejak lama dilarang di sebagian besar wilayah udara Amerika Serikat dan di banyak negara lain.
Produsen pesawat ternama Lockheed Martin dan Boeing tengah menjalin kerjasama dengan Badan Antariksa Nasional AS (NASA) untuk mengurangi kebisingan sonic boom. NASA optimistis telah membuat kemajuan di bidang ini, dan setelah 2022 nanti tingkat kebisingannya di atas daratan mungkin bisa diterima. Dengan demikian, akan lebih banyak rute yang bisa ditempuh pesawat supersonik.
Lockheed sudah punya rancangan pesawat jenis ini, dengan nama N+2, yang juga memiliki kecepatan 1,6 Mach namun ditujukan untuk maskapai komersil, bukan jet pribadi atau korporat. Waktu tempuh New York - Los Angeles bisa dipangkas dari lima ke 2,5 jam.
Tetap saja pesawat seperti ini membidik orang kaya, dengan layanan (dan tentu harga) kelas satu di rute-rute terbatas yang dipilih.
Andrew Goldberg, CEO perusahaan investasi Metropolis Group yang fokus pada industri dirgantara, mengatakan dalam 20-25 tahun ke depan sektor ini akan lebih meningkat lagi, di mana pesawat bisa menembus 2 Mach atau lebih, setara dua kali kecepatan suara. Waktu tempuh New York -Beijing hanya 3,5 jam dengan ongkos seperti pesawat biasa.
Teknologi untuk terbang sekencang itu jelas sudah ada. Lockheed belum lama ini malah sudah menjajal pesawat tanpa awak HTV-2 yang bisa menembus 20 Mach atau 20.800 km per jam! Dengan kecepatan pesawat eksperimen ini, waktu tempuh New York dan Los Angeles hanya 12 menit.
Rekor kecepatan yang pernah ditempuh manusia dipegang oleh para astronot Apollo 10, yang menembus kecepatan 24.791 mil (39.675 km) per jam dalam perjalanan pulang ke bumi dari bulan. Nah, kalau yang ini baru terbang dengan kecepatan 1.900 km per jam rasanya seperti naik pesawat baling-baling.

Credit BeritaSatu.Com