Jumat, 28 November 2014

Taiwan Akan Alihkan Investasi ke Indonesia




Chief Secretary Bureau of Foreign Trade Taiwan Paul Wang dalam diskusi dengan sejumlah pemimpun redaksi dari Indonesia di Taipei, 27 November 2014.
Chief Secretary Bureau of Foreign Trade Taiwan Paul Wang dalam diskusi dengan sejumlah pemimpun redaksi dari Indonesia di Taipei, 27 November 2014. (sumber: Primus Dorimulu/ Beritasatu.com)


Taipei (CB) - Kenaikan upah di RRT mendorong Taiwan untuk mengalihkan investasi ke negara-negara Asean, termasuk Indonesia. Saat ini, RRT masih menjadi tujuan utama investasi, yakni mencapai 54% dari total investasi langsung Taiwan. Sekitar 70% ekspor Taiwan pun ke China Mainland. Ke depan, dominasi RRT akan dikurangi untuk mengurangi risiko dan memaksimalkan keuntungan.
Demikian dikemukakan Chief Secretary Bureau of Foreign Trade Taiwan Paul Wang, Deputy Minister National Development Council Taiwan Kao Shien Quey, dan Director General Department of Cultural and Educational Affairs Joseph SC Hua dalam diskusi dengan sejumlah pemimpun redaksi dari Indonesia di Taipei, Kamis (27/11).
"Taiwan tidak mau menaruh telur dalam satu keranjang. Ke depan, risiko investasi dan perdagangan makin besar, sehingga kami harus melakukan diversifikasi," ungkap Joseph SC Hua.
Berpenduduk 23 juta, Taiwan kini masuk kelompok negara maju dengan produk domestik bruto (PDB) US$ 500 miliar dan PDB per kapita di atas US$ 20.000. Indonesia dengan 250 juta penduduk memiliki PDB US$ 870 miliar dan PDB per kapita US$ 3.500. PDB RRT yang saat ini berpenduduk 1,4 miliar mencapai US$ 8,2 triliun, sedang PDB per kapita Negeri Tirai Bambu di atas US$ 7.000.
Pada Tahun 2013, total ekspor Taiwan sebesar US$ 305 miliar, naik 50% dari tahun 2009. Sedang impor pada periode yang sama sekitar US$ 270 miliar. Sekitar 40% dari total ekspor ditujukan ke RRT. Sisanya, 19% ke kawasan Asean, 10,7% ke AS, 9,1% ke Eropa, dan lain-lain 15,3%. Selama tahun 1991-2013, sekitar 54% dari total investasi langsung Taiwan berada di RRT. Investasi Taiwan di Asean menempati peringkat kedua, yakni 16% dari total investasi.
"Ke depan, kami harus melakukan diversifikasi investasi dan ekspor kami agar tidak terlalu tergantung pada RRT," kata Deputy Minister National Development Council Taiwan Kao Shien Quey. Indonesia yang saat ini menjadi menempati peringkat kedua tujuan investasi di Asean setelah Vietnam akan menjadi perhatian Taiwan. Tapi, diakui, Myanmar juga merupakan salah satu negara Asean yang kian menarik.
RRT menempati peringkat pertama tujuan investasi dan ekspor Taiwan karena tiga hal, kata Chief Secretary Bureau of Foreign Trade Taiwan Paul Wang. Pertama, latar belakang bahasa dan budaya yang sama. Kedua, jarak kedua negara yang dekat. Ketiga, unit usaha di Taiwan didominasi oleh usaha kecil dan menengah (UKM). Sekitar 98% pelaku bisnis di Taiwan adalah UKM.
Namun ke depan, diversifkasi wilayah tujuan investasi sudah menjadi keharusan. Apalagi saat ini, biaya buruh di RRT sudah sangat tinggi. Para pengusaha Taiwan kini sedang serius mencari negara baru sebagai tujuan investasi. Peluang investasi di bidang infrastruktur transportasi dan energi yang sedang ditawarkan Indonesia cukup menarik bagi Taiwan.
Jumlah pelaku bisnis kelas UKM di Taiwan sekitar 1,3 juta dan tenaga kerja yang terserap sekitar 8,6 juta orang atau 78% dari total tenaga kerja. Nilai penjualan UKM tahun 2013 sekitar NT$ 11,3 triliun. Meski besar dalam jumlah pelaku, ekspor UKM sekitar 15% dari total ekspor.
Meski RRT kini mencatat peningkatan pesat di bidang ekonomi dan penguasaan teknologi, kata Joseph SC Hua, kemajuan Taiwan cukup sulit dikejar. Namun dia mengakui, persaingan memperebutkan pasar semakin ketat. Apalagi sekitar 70% produk Taiwan overlapping dengan Korsel.
Indonesia hingga saat ini masih surplus dalam perdagangan dengan Taiwan. Pada 2013, ekspor Indonesia ke Taiwan mencapai US$ 7,2 miliar, sedang impor hanya US$ 5,2 miliar. Indonesia mencatat surplus US$ 2 miliar dalam perdagangan dengan RRT.
Secara akumulatif, investasi Taiwan di Indonesia US$ 15,2 miliar. Selama Januari-Juni 2013, investasi Taiwan di Indonesia sebesar US$ 121 miliar, naik 710% dibanding periode sebelumnya. Sekitar 214.175 orang Indonesia saat ini bekerja di Taiwan.
Hubungan bisnis Indonesia-Taiwan sudah terjalin lebih dari tiga dekade. Setiap tahun, wisatawan dari Taiwan yang mengunjungi Indonesia lebih dari 166.300. Dua maskapai Taiwan -- China Airlines dan EVA Air -- sudah membuka rute Taipei-Indonesia. Dalam sepekan, penerbangan Taiwan-Indonesia sudah mencapai 108 penerbangan.

Credit BeritaSatu