Rabu, 26 November 2014

Asal-usul Maven, Pesawat Peneliti Atmosfer Mars

Asal-usul Maven, Pesawat Peneliti Atmosfer Mars 
 Pesawat antariksa tanpa awak Maven (NASA)
 
Jakarta, CB --Setelah menempuh perjalanan selama 10 bulan sejauh 711 juta kilometer, pesawat antariksa Maven akhirnya memasuki orbit planet Mars pada Minggu (21/9) waktu Indonesia. Maven merupakan singkatan dari Mars Atmosphere and Volatile Evolution Mission, yang khusus dirancang untuk memelajari atmosfer pada Mars.

Diumumkan secara resmi pada 15 September 2008, Maven dibangun sebagai misi penerbangan tanpa awak dan dikembangkan bersama oleh Lockheed Martin, University of Colorado, University of California, dan lembaga antariksa Amerika Serikat, NASA.

Maven memiliki dimensi yaitu panjang 11,43 meter, membawa massa kering 903 kilogram, massa basah 2,550 kilogram, dan mampu memproduksi 1.135 watt (di orbit Mars) dari panel surya fotovoltaik.

Panel surya pada Maven terlihat seperti sayap pada pesawat, juga ada magnetometer dan sensor pendeteksi ion. Di bagian tengah terdapat dua antena panjang yang dipakai untuk mengirim data ke bumi dengan kecepatan 550 kilobit per detik.

Setelah lima tahun konstruksi dan pengujian, Maven diajukan ke Kennedy Space Center, Florida, pada 2 Agustus 2013 untuk misi dan peluncuran persiapan akhir. Pada 18 November 2013, Maven lepas landas dari Cape Canaveral, Florida.
Pusat pengendali penerbanan Maven dikelola oleh Lockheed Martin Space Systems di Littleton, Colorado, Mereka mengawasi sistem komputasi Macen hingga manuver pesawat dalam memasuki orbit Mars.

Ketika Maven memasuki orbit Mars, enam mesin utama Maven memperlambat laju pesawat dalam waktu 34 menit. Ia kemudian selama enam pekan memasukki fase pemeriksaan keadaan sekitar.

Setelah itu, Maven akan mulai mengumpulkan data rinci di Mars, termasuk memelajari situasi atmosfer, perubahan iklim, serta kondisi cuaca di sana.

Maven diluncurkan ke bagian atas atmosfer untuk menentukan sejauh mana jumlah gas yang terbuang ke luar atmosfer Mars, termasuk cara gas tersebut berinteraksi dengan matahari, dan kemungkinannya mendorong perubahan iklim di sana.

Peneliti utama misi Maven, Bruce Jakosky mengatakan, selama ini banyak bukti yang menunjukkan bahwa atmosfer Mars berada dalam kondisi suhu yang dingin, lingkungan kering dan jumlah air yang tidak stabil.

Pesawat ini juga akan mengirimkan informasi pada peneliti mengenai permukaan planet dan melihat aliran air dari atas.

Para ilmuwan percaya atmosfer Mars memiliki petunjuk tentang bagaimana planet ini berubah dari kondisi yang hangat dan basah berubah menjadi dingin dan kering. Bahkan para peneliti menilai bahwa kondisi Mars yang sebelumnya hangat dan basah memiliki kemungkinan adanya kehidupan mikroba di sana.

Sejak 40 tahun lalu, NASA telah sejumlah bukti yang menyatakan Mars pernah memiliki kapasitas air yang besar dan mengalir di planet merah itu.

Pada 14 November 1971, Mariner 9 menjadi pesawat antariksa pertama yang mengorbit di planet lain. Selama 349 hari, pesawat itu berhasil mengumpulkan 85 persen foto permukaan Mars dan mengungkap saluran berkelok-kelok yang menyerupai sungai kering. Foto foto itu juga menunjukan bahwa udara di planet Mars memiliki suhu yang dingin dan banyak memiliki gurun kering.

Berdasarkan hasil penjelajahan Mariner 9, peneliti memiliki dua prediksi besar mengenai kondisi air di Mars, yaitu air meresap ke dalam tanah di permukaan planet, atau air terdorong oleh tekanan hingga ke ruang angkasa.

Untuk meneliti kemungkinan kedua, yaitu air yang terlempar hingga ke ruang angkasa, maka NASA meluncurkan Maven untuk menyelidikinya.

Data yang dikumpulkan dari Maven juga akan digabungkan dengan kendaraan antariksa Curiosity yang telah mendarat di Mars sejak 2012 lalu untuk dibandingkan datanya.

Credit CNN Indonesia