Senin, 24 November 2014

Proyek Misteri di Laut China Selatan Bikin AS dan China Tegang

Proyek Misteri di Laut China Selatan Bikin AS dan China Tegang
Foto citra satelit tentang proyek misterius China di wilayah Laut China Selatan. | (IHS Jane)
BEIJING (CB) - Pemerintah China pada Senin (24/11/2014) mengakui adanya proyek misterius di kepulauan yang jadi sengketa di Laut China Selatan. Proyek itu kini memicu ketegangan antara China dan Amerika Serikat (AS).

Jenderal Tentara Pembebasan Rakyat China, Luo Yuan, membenarkan bahwa Beijing membangun proyek besar di kepulauan Spratly, di Laut China Selatan. Dia minta AS tidak ikut campur terkait masalah ini.

Luo mengkonfirmasi proyek misterius Beijing itu kepada media pemerintah China, Global Times. ”AS jelas bias mengingat Filipina, Malaysia, Vietnam telah menyiapkan fasilitas militer,” kata Luo.


”China akan menahan tekanan internasional dan melanjutkan pembangunan itu, karena itu benar-benar sah dan dibenarkan,” tegasnya.

Pada akhir pekan lalu, HIS Jane mengungkap proyek misterius China di Laut China Selatan yang disengketakan oleh China dan negara-negara lain, terutama ASEAN. Beijing selama ini mengklaim hampir semua yang ada di Laut Cina Selatan sebagai milik mereka. Sedangkan Brunei, Malaysia, Filipina, Taiwan dan Vietnam juga mengklaim yang sama.
  
Menurut laporan IHS Jane, China membuat pulau buatan atau reklamasi dengan panjang sekitar 3 ribu meter dan lebar sekitar 200 hingga 300 meter. Pulau buatan itu bisa dijadikan landasan udara, bahkan memungkinkan untuk dijadikan pangkalann militer.

Proyek itu memicu ketegangan AS dan China, setelah juru bicara militer AS, Letnan Kolonel Jeffrey Pool, minta China menghentikan proyek itu. ”Kami mendesak China untuk menghentikan proyek reklamasi lahan, dan terlibat dalam upaya diplomasi, untuk mendorong semua pihak agar menahan diri dalam kegiatan-kegiatan seperti itu,” kata Pool.

China menamakan Kepulauan Spratly dengan nama Yongshu. Global Times menulis, China tidak akan terpengaruh oleh desakan AS. ”Pembangunan oleh China di Yongshu tidak akan terpengaruh oleh kata-kata AS,” tulis media pemerintah China tersebut.



Credit SINDOnews