Jumat, 28 November 2014

Pertamina-NOC ASEAN Bersinergi




CB - ASEAN perlu konektivitas dan integrasi pasar energi agar kawasan tersebut dapat mencapai ketahanan energi, aksesibilitas, daya beli, dan keberlanjutan pasokan energi. Kerja sama yang belum terwujud ialah pembentukan cadangan minyak regional dalam kerangka perjanjian keamanan minyak (ASEAN Petroleum Security Agreement/APSA). PT Pertamina (persero) bersama 10 perusahaan migas nasional (national oil company/ NOC) negara-negara Asia Tenggara sepakat untuk memperkuat konektivitas energi di kawasan.

Hal itu menjadi tema besar pembicaraan NOC ASEAN yang tergabung dalam Ascope (ASEAN Council on Petroleum) dalam pertemuan ke-40 yang digelar 25 November 2014 hingga kemarin di Kuta, Bali."Sektor energi akan memiliki peranan penting bagi terciptanya proses integrasi kawasan melalui agenda besar Masyarakat Ekonomi ASEAN," ujar Plt Direktur Utama Pertamina Muhamad Husen. Untuk memperkuat sektor energi di kawasan, kata dia, diperlukan konektivitas dan integrasi pasar energi sehingga ASEAN dapat mencapai ketahanan energi, aksesibilitas, daya beli, dan keberlanjutan pasokan.

"Sejalan dengan ini, NOC ASEAN, termasuk Pertamina, berkomitmen mewujudkan ketahanan energi di kawasan ASEAN sehingga memudahkan setiap negara untuk mendapatkan akses sumber energi guna memperkuat ketahanan energi nasional," terang Husen. Sejatinya, kerja sama energi telah mencakup berbagai lini, mulai rencana stok minyak regional, jaringan pipa gas bersama, transmisi listrik, hingga pengeboran migas. 'Yang sudah berjalan itu pengeboran bersama, seperti proyek tripartit di blok migas Randugunting, Blora (Jawa Tengah). Di sana Pertamina menggandeng Petronas Malaysia dan Tan Dung Vietnam berbagi saham, 40% Pertamina dan masing-masing 30% untuk kedua NOC tetangga itu," kata dia. Sebaliknya, Pertamina mendapat saham 30% di blok 10/11.1 milik Vietnam dan blok SK 305 di Malaysia.

Pertemuan itu juga membahas penyusunan peta Trans ASEAN Gas Pipeline (TAGP) yang telah memiliki jaringan transportasi gas sekitar 3.377 km dan dilengkapi dengan informasi baru berupa terminal gas alam cair (LNG) di beberapa negara ASEAN. "Untuk TAGP sudah lebih maju daripada di dalam negeri karena sesungguhnya jalur pipa dari Jakarta sudah terhubung dengan Singapura-Kuala Lumpur-Bangkok dan nantinya ke Filipina.Nantinya bisa perdagangan gas lewat pipa. Targetnya sesegera mungkin terwujud," urainya.

Salah satu kerja sama yang hingga kini belum terwujud ialah pembentukan cadangan minyak regional dalam kerangka perjanjian keamanan minyak (ASEAN Petroleum Security Agreement/APSA).Namun, hingga kini perjanjian itu belum berjalan lantaran perbedaan pendapat soal konsep keamanan energi nasional setiap anggota.Segera kelola Mahakam Di kesempatan yang sama, Husen menegaskan kembali kesiapan Pertamina untuk mengelola wilayah kerja Mahakam 100% setelah habis masa berlaku kontrak Total E&P pada 31 Desember 2017. "Sejauh ini Total cukup kooperatif. Pertamina siap terima Total sebagai mitra secara business to business bila mereka berminat dan diizinkan pemerintah karena pengalaman Total mengelola Mahakam selama 50 tahun akan membantu operasional Pertamina saat menjadi operator Blok Mahakam."

Credit MediaIndonesi.Com