Selasa, 27 November 2018

USAID akan Hentikan Operasional di Palestina


USaid
USaid
Foto: us
Trump menghentikan operasional USAID untuk menekan Palestina.



CB, WASHINGTON -- Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID) telah mengumumkan akan menghentikan operasinya di Tepi Barat dan Jalur Gaza pada 2019. Hal itu dilakukan saat Presiden AS Donald Trump berusaha menekan Palestina agar bersedia merundingkan perdamaian dengan Israel.

Surat kabar Israel, Haaretz, pada Ahad (25/11), melaporkan, USAID telah mengumumkan kepada lebih dari separuh stafnya di wilayah Palestina bahwa mereka diberhentikan. Sebab, USAID akan menghentikan operasinya di sana tahun depan.

"Departemen Luar Negeri AS mempresentasikan USAID dengan daftar 60 persen dari staf agensi yang akan diberhentikan," kata Haaretz dalam laporannya.

USAID adalah lembaga kemanusiaan vital bagi masyarakat Palestina yang tinggal di wilayah yang diduduki. Sejak 1994, USAID telah berkontribusi dalam memberikan layanan kesehatan, pendidikan, termasuk pembangunan infrastruktur bagi Gaza dan Tepi Barat.

USAID telah menyediakan dana sebesar 5,5 miliar dolar AS untuk wilayah Palestina. Dana tersebut digunakan untuk membangun dan mengoperasikan sekolah, rumah sakit, serta penyelenggaraan pelatihan keterampilan atau keahilan bagi guru, pekerja medis, serta dokter.

Selain itu, USAID turut berkontribusi dalam pembangunan pabrik desalinasi air di Gaza. Wilayah yang telah diblokade Israel selama lebih dari 11 tahun itu diketahui mengalami berbagai krisis, salah satunya adalah minimnya ketersediaan air bersih.

Trump, secara bertahap, telah menarik semua bantuan dana AS untuk Palestina. AS bahkan telah memutuskan menghentikan bantuannya bagi Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA).

Keputusan tersebut seketika menyebabkan UNRWA mengalami krisis pendanaan. Sebab bagaimana pun, AS merupakan penyandang dana terbesar bagi lembaga itu, yakni dengan rata-rata kontribusi 300 juta dolar AS per tahun.

Serangkaian langkah itu dilakukan agar Palestina bersedia melanjutkan perundingan perdamaian dengan Israel yang dimediasi AS. Sejak AS mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel, Palestina memutuskan mundur dari perundingan damai. Palestina menilai AS tak lagi menjadi mediator netral karena terbukti membela kepentingan politik Israel.




Credit  republika.co.id