TEL AVIV
- Militer Israel membombardir sejumlah pangkalan di Suriah selatan yang
diklaim sebagai basis militan pro-Iran, semalam waktu setempat atau
Jumat (30/11/2018) dini hari WIB. Tel Aviv membantah laporan yang
menyebut pesawat tempurnya ditembak jatuh sistem pertahanan Damaskus
selama serangan berlangsung.
Selain pangkalan milisi pro-Iran, serangan semalam juga dilaporkan menghantam gudang senjata milik rezim Teheran di Suriah selatan. Ledakan juga dilaporkan terjadi di dalam dan di sekitar Ibu Kota Suriah, Damaskus, tepatnya di dekat bandara internasional negara itu.
"Pasukan Israel membombardir selama satu jam posisi di pinggiran selatan dan barat daya Damaskus serta di selatan Suriah di perbatasan provinsi Quneitra," kata Direktur Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia, Rami Abdel Rahman, seperti dikutip dari Times of Israel.
Pasukan Pertahanan Israel (IDF) menolak mengomentari serangan udaranya. Namun, mereka membantah laporan kantor berita SANA yang menyebut sebuah pesawat tempur Tel Aviv dan empat rudal lainnya ditembak jatuh sistem pertahanan udara Damaskus.
"Laporan-laporan soal pesawat Israel atau platform udara Israel lainnya yang dihantam adalah salah," kata IDF dalam sebuah pernyataan.
IDF juga sedang menyelidiki laporan pendaratan proyektil di wilayah Dataran Tinggi Golan yang diduduki Israel. Proyektil itu diduga sisa dari rudal yang ditembakkan militer Suriah.
“Sistem pertahanan udara mengidentifikasi peluncuran tunggal (misil) menuju lapangan terbuka di Dataran Tinggi Golan. Pada titik ini tidak jelas apakah memang ada dampak di wilayah kita (atau tidak). Tentara mencarinya di daerah itu," kata IDF.
Menurut pemantauan Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia, serangan Israel pada Kamis malam serbuan pertama sejak Suriah secara tidak sengaja menembak jatuh pesawat mata-mata Rusia, Il-20, yang menewaskan 15 tentara Moskow pada 17 September 2018.
Selain pangkalan milisi pro-Iran, serangan semalam juga dilaporkan menghantam gudang senjata milik rezim Teheran di Suriah selatan. Ledakan juga dilaporkan terjadi di dalam dan di sekitar Ibu Kota Suriah, Damaskus, tepatnya di dekat bandara internasional negara itu.
"Pasukan Israel membombardir selama satu jam posisi di pinggiran selatan dan barat daya Damaskus serta di selatan Suriah di perbatasan provinsi Quneitra," kata Direktur Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia, Rami Abdel Rahman, seperti dikutip dari Times of Israel.
Pasukan Pertahanan Israel (IDF) menolak mengomentari serangan udaranya. Namun, mereka membantah laporan kantor berita SANA yang menyebut sebuah pesawat tempur Tel Aviv dan empat rudal lainnya ditembak jatuh sistem pertahanan udara Damaskus.
"Laporan-laporan soal pesawat Israel atau platform udara Israel lainnya yang dihantam adalah salah," kata IDF dalam sebuah pernyataan.
IDF juga sedang menyelidiki laporan pendaratan proyektil di wilayah Dataran Tinggi Golan yang diduduki Israel. Proyektil itu diduga sisa dari rudal yang ditembakkan militer Suriah.
“Sistem pertahanan udara mengidentifikasi peluncuran tunggal (misil) menuju lapangan terbuka di Dataran Tinggi Golan. Pada titik ini tidak jelas apakah memang ada dampak di wilayah kita (atau tidak). Tentara mencarinya di daerah itu," kata IDF.
Menurut pemantauan Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia, serangan Israel pada Kamis malam serbuan pertama sejak Suriah secara tidak sengaja menembak jatuh pesawat mata-mata Rusia, Il-20, yang menewaskan 15 tentara Moskow pada 17 September 2018.
Pesawat
Il-20 itu ditembak oleh sistem rudal S-200 Suriah yang sedang merespons
serangan empat jet tempur F-16 Israel di Latakia. Moskow menyalahkan
Tel Aviv atas insiden dan merespons dengan memasok sistem pertahanan
udara S-300 kepada pasukan Damaskus.
Sistem pertahanan rudal S-300 dikirim ke Suriah bulan lalu, tetapi diyakini belum digunakan oleh pasukan Suriah, karena tim pertahanan udaranya masih perlu dilatih Moskow untuk mengoperasikannya.
Sistem pertahanan rudal S-300 dikirim ke Suriah bulan lalu, tetapi diyakini belum digunakan oleh pasukan Suriah, karena tim pertahanan udaranya masih perlu dilatih Moskow untuk mengoperasikannya.
Credit sindonews.com