CB, Jakarta - NSO, perusahaan Israel yang
menjual perangkat pengintai rahasia, menawarkan kepada sejumlah
pejabat intelijen Arab Saudi sistem peretas telepon seluler. Ini terjadi
beberapa bulan sebelum putra mahkota Mohammed bin Salman melakukan
pembersihan terhadap oposisi.
Seperti dikutip dari Sputnik, 25 November 2018, NSO menawarkan teknologi Pegasus 3 kepada sejumlah pejabat top Saudi. Perangkat telepon seluler pengintai hanya membutuhkan nomor telepon orang yang akan diintai untuk dijerat oleh perangkat tersebut.
Pejabat Saudi yang ditawari perangkat pengintai buatan Israel itu termasuk mantan Kepala Intelijen Arab Saudi Pangeran Turki al-Faisal dan Nasser al-Qahtani yang menyebut dirinya deputi kepala intelijen yang saat ini menjabat.
Seorang pengusaha Eropa mengungkapkan kasus Pegasus 3 berawal ketika
dirinya dihubungi seseorang berinisial W, seorang Israel yang
menjalankan bisnis teknologi pertahanan-cyber. W memintanya untuk
menggunakan koneksinya di negara-negara Teluk Persia untuk membantu
bisnisnya di wilayah itu.
Selanjutnya terjadi sejumlah pertemuan. Di satu pertemuan beberapa pejabat Saudi mempresentasikan daftar perangkat lunak yang dicari untuk meretas telepon para pembangkang di Arab Saudi dan di tempat lain.
Pada musim panas tahun 2017, W melakukan negosiasi untuk menjual sistem Pegassus 3 kepada Arab Saudi senilai US$ 55 juta atau setara dengan Rp 779,7 miliar.
Belakangan komunikasi antara pengusaha Eropa dan W terganggu setelah pengusaha Eropa ini meminta komisi 5 persen atau setara dengan US$ 2,75 juta.
Akibatnya, pengusaha Eropa tersebut membuat pengaduan resmi pada April 2018 dan sejak itu polisi Israel melakukan penyelidikan dan begitu juga dengan aparat pajak.
Namun NSO menganggap informasi tentang penawaran perangkat pengintai ke Arab Saudi sebagai rumor atau gosip. W juga membantah dengan menyatakan pengaduan pengusaha Eropa itu tidak berdasar.
Namun laporan tentang masalah penjualan perangkat pengintai NSO ke Arab Saudi telah diungkap oleh Forbes dengan melaporkban bahwa Riyadh menggunakan Pegasus 3 untuk memata-matai oposisi yang tinggal di luar negeri seperti pelawak Ghanem Almasarir yang tinggal di London, Inggris dan aktivis HAM Yahya Assiri dan Omar Abdulaziz yang tinggal di Kanada.
Ketiga orang ini melakukan kontak dengan Jamal Khashoggi, jurnalis Arab Saudi yang dibunuh di konsulat Arab Saudi di Istanbul, Turki pada Oktober lalu.
Edward Snowden, pengungkap informasi rahasia warga Amerika Serikat, baru-baru ini menuding NSO Israel menjual perangkat pengintai ke Riyadh, untuk membantu menjajaki keberadaan Jamal Khashoggi. Namun NSO membantah pernyataan Snowden.
Seperti dikutip dari Sputnik, 25 November 2018, NSO menawarkan teknologi Pegasus 3 kepada sejumlah pejabat top Saudi. Perangkat telepon seluler pengintai hanya membutuhkan nomor telepon orang yang akan diintai untuk dijerat oleh perangkat tersebut.
Pejabat Saudi yang ditawari perangkat pengintai buatan Israel itu termasuk mantan Kepala Intelijen Arab Saudi Pangeran Turki al-Faisal dan Nasser al-Qahtani yang menyebut dirinya deputi kepala intelijen yang saat ini menjabat.
Selanjutnya terjadi sejumlah pertemuan. Di satu pertemuan beberapa pejabat Saudi mempresentasikan daftar perangkat lunak yang dicari untuk meretas telepon para pembangkang di Arab Saudi dan di tempat lain.
Pada musim panas tahun 2017, W melakukan negosiasi untuk menjual sistem Pegassus 3 kepada Arab Saudi senilai US$ 55 juta atau setara dengan Rp 779,7 miliar.
Belakangan komunikasi antara pengusaha Eropa dan W terganggu setelah pengusaha Eropa ini meminta komisi 5 persen atau setara dengan US$ 2,75 juta.
Akibatnya, pengusaha Eropa tersebut membuat pengaduan resmi pada April 2018 dan sejak itu polisi Israel melakukan penyelidikan dan begitu juga dengan aparat pajak.
Namun NSO menganggap informasi tentang penawaran perangkat pengintai ke Arab Saudi sebagai rumor atau gosip. W juga membantah dengan menyatakan pengaduan pengusaha Eropa itu tidak berdasar.
Namun laporan tentang masalah penjualan perangkat pengintai NSO ke Arab Saudi telah diungkap oleh Forbes dengan melaporkban bahwa Riyadh menggunakan Pegasus 3 untuk memata-matai oposisi yang tinggal di luar negeri seperti pelawak Ghanem Almasarir yang tinggal di London, Inggris dan aktivis HAM Yahya Assiri dan Omar Abdulaziz yang tinggal di Kanada.
Ketiga orang ini melakukan kontak dengan Jamal Khashoggi, jurnalis Arab Saudi yang dibunuh di konsulat Arab Saudi di Istanbul, Turki pada Oktober lalu.
Edward Snowden, pengungkap informasi rahasia warga Amerika Serikat, baru-baru ini menuding NSO Israel menjual perangkat pengintai ke Riyadh, untuk membantu menjajaki keberadaan Jamal Khashoggi. Namun NSO membantah pernyataan Snowden.
Credit tempo.co