Jumat, 16 November 2018

Fokus ke China dan Rusia, AS Tarik Pasukannya dari Afrika


Fokus ke China dan Rusia, AS Tarik Pasukannya dari Afrika
Fokus menghadapi China dan Rusia, AS akan menarik pasukannya dari Afrika. Foto/Istimewa

WASHINGTON - Militer Amerika Serikat (AS) akan menarik pasukannya yang fokus pada operasi kontraterorisme di Afrika selama beberapa tahun ke depan. Hal itu dilakukan untuk mendukung peningkatan fokus Pentagon dalam melawan ancaman dari China dan Rusia.

Awal tahun ini, militer AS memprioritaskan menghadapi China dan Rusia dalam pusat strategi pertahanan nasional yang baru. Ini adalah tanda terbaru dari pergeseran prioritas setelah lebih dari satu setengah dekade berfokus pada perang melawan militan Islam.

"Pengurangan personil militer diproyeksikan kurang dari 10 persen dari total 7.200 pasukan militer dan akan berlangsung selama beberapa tahun mendatang," kata Komandan Candice Tresch, seorang juru bicara Pentagon, dilansir dari Reuters, Jumat (16/11/2018).

Tresch mengatakan pemangkasan itu akan meninggalkan aktivitas "organisasi ekstrimis kekerasan" yang sebagian besar tidak tersentuh di beberapa negara, termasuk Somalia, Djibouti dan Libya.

Di bagian lain di kawasan itu, termasuk Afrika Barat, penekanannya akan beralih dari bantuan taktis ke bimbingan, bantuan, hubungan, dan berbagi intelijen.

Seorang pejabat AS, berbicara dengan syarat anonimitas, mengatakan pengurangan pasukan kemungkinan akan berlangsung selama tiga tahun dan dapat mencakup negara-negara seperti Kenya, Kamerun, dan Mali.

Peran militer AS di benua Afrika telah meningkatkan perhatian setelah penyergapan tahun lalu di Niger, yang dilakukan oleh afiliasi Negara Islam setempat, yang menewaskan empat tentara AS.

Langkah Pentagon dilakukan ketika China dan Rusia berusaha meningkatkan pengaruhnya di Afrika.

Selama Perang Dingin, Uni Soviet menempa hubungan militer dan diplomatik yang erat dengan banyak negara Afrika. Rusia sekarang mencoba untuk menghidupkan kembali beberapa hubungan yang gagal setelah keruntuhan Uni Soviet.

Sejak negara-negara Barat memberi sanksi kepada Rusia karena mencaplok Crimea pada 2014, Moskow telah menandatangani 19 perjanjian kerja sama militer di sub-Sahara Afrika, termasuk dengan Ethiopia, Nigeria, dan Zimbabwe, menurut kementerian luar negeri dan pertahanan serta media negara.

Sementara kehadiran ekonomi China telah lama ada di Afrika tetapi menjauh dari keterlibatan militer. Namun, tahun lalu, China melangkah lebih jauh, membuka pangkalan militer pertamanya di luar China di Djibouti.

Sebuah laporan yang dimandatkan kongres oleh mantan pejabat AS yang dirilis awal pekan ini mengatakan bahwa militer tidak memiliki sumber daya yang cukup untuk membiayai kebutuhan militer dan tujuan yang ditetapkan oleh Menteri Pertahanan AS Jim Mattis awal tahun ini. 




Credit  sindonews.com