Senin, 26 November 2018

Aktivis Terkenal Oposisi Suriah Raed Fares Ditembak Mati


Aktivis Terkenal Oposisi Suriah Raed Fares Ditembak Mati
Raed Fares (kanan, T-shirt hijau) aktivis terkenal oposisi Suriah telah ditembak mati kelompok bersenjata tak dikenal. Foto/REUTERS

DAMASKUS - Kelompok bersenjata tak dikenal di Provinsi Idlib menembak mati Raed Fares, jurnalis yang juga aktivis terkenal pro-oposisi Suriah. Fares terkenal dalam aksi demo melawan rezim Presiden Bashar al-Assad tahun 2011 yang kemudian berubah menjadi perang saudara.

Wilayah Idlib saat ini dikuasai kubu oposisi anti-Assad. Belum jelas kelompok mana yang membunuh aktivis itu. Namun, Fares pernah dilaporkan lolos dari pembunuhan oleh kelompok ISIS.

Fares ditembak mati pada hari Jumat bersama rekannya, Hamoud Juneid, di kota Kafranbel. Demikian laporan stasiun Radio Fresh FM yang dikelola Fares dan rekan-rekannya.

"Fares dan Juniid ditembak mati oleh penyerang tak dikenal yang mengendarai sebuah van di Kafranbel," bunyi siaran Radio Fresh FM yang juga diunggah di halaman Facebook-nya. Stasiun radio ini menyuguhkan berita independen baik tentang Presiden Bashar al-Assad maupun kelompok oposisi.

Salman, seorang guru matematika berusia 33 tahun, yang menyaksikan serangan itu, mengatakan kepada situs Middle East Eye bahwa penyerang berada dalam van. "Melepaskan tembakan dari senapan mesin, sebelum melaju kencang," katanya, yang dilansir Al Jazeera, Sabtu (24/11/2018).

Juneid tewas seketika selama serangan. Sedangkan Fares tewas di Rumah Sakit Orient karena luka-lukanya.

Fares, yang selamat dari serangan kelompok ISIS tahun 2014, kerap membagikan foto-foto dan video klip yang menunjukkan korban perang sipil yang terjadi di Kafranbel. Dia selama ini juga aktif memberikan gambaran kehidupan di kubu oposisi.

Dalam posting terakhirnya di Twitter pada 21 September, Fares menulis tentang demonstrasi menentang "Rusia, Assad dan segala macam terorisme".

Dia juga mem-posting foto dirinya dengan dua putranya dalam pawai ribuan orang yang turun ke jalan di Idlib untuk memprotes rencana serangan besar-besaran oleh pasukan pemerintah Suriah dan sekutunya. Rencana serangan itu batal setelah Rusia dan Turki berunding untuk menciptakan zona demiliterisasi di Idlib. 





Credit  sindonews.com