Ilustrasi militer Taiwan. Taiwan mengaku percaya diri menghadapi Cina. (Reuters/Pichi Chuang)
Juru bicara kepresidenan Taiwan Alex Huang mengatakan kementerian pertahanan sudah memantau patroli itu dan merespons dengan cepat dan pantas.
Taiwan "bisa memastikan tidak ada kekhawatiran sama sekali soal keamanan nasional, dan orang-orang bisa tenang," kata Huang sebagaimana dikutip Reuters, Kamis (14/12).
Kedua sisi dari Selat Taiwan bertanggung jawab atas keamanan dan stabilitas kawasan, ujarnya.
"Peningkatan postur militer semacam yang bisa berdampak dan mengganggu perdamaian dan stabilitas kawasan serta hubungan lintas selat seperti itu tidak memberikan rasa bertanggung jawab, dan masyarakat internasional tidak menyukai hal itu," kata Huang.
Selain menganggap Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya, China juga tidak pernah menepikan kemungkinan menggunakan cara paksa untuk mengendalikan pulau tersebut.
Ketegangangan meningkat beberapa hari terakhir setelah seorang diplomat senior China mengancam negaranya akan menginvasi Taiwan jika ada kapal perang AS yang berlabuh di sana.
Pada Senin, jet tempur China melakukan "patroli mengelilingi pulau" di sekitar Taiwan. Media pemerintah menunjukkan gambar-gambar pesawat pengebom yang membawa peluru kendali penjelajah di bawah bentangan sayapnya.
Keesokan harinya, Presiden Amerika Serikat Donald Trump menandatangani Akta Otorisasi Pertahanan Nasional untuk tahun anggaran 2018, mengizinkan kapal perang AS dan Taiwan saling mengunjungi pelabuhan satu sama lain.
Kunjungan semacam itu sudah lama tak dilakukan sejak Amerika memutus hubungan diplomatik resmi dengan Taiwan pada 1979 silam dan membangun hubungan dengan Beijing.
Credit cnnindonesia.com