China menegaskan pengakuan Beijing terhadap Yerusalem Timur sebagai Ibu Kota Palestina. (Reuters)
Pernyataan itu disampaikan juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Lu Kang, seperti dilansir Xinhua, Kamis (14/12).
"China mendukung pembentukan negara Palestina merdeka dengan kedaulatan penuh berbasis perbatasan 1967 dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya," kata Lu seperti dilaporkan Xinhua.
Anggota tetap Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-bangsa (DK PBB) itu menyerukan dialog antara Israel-Palestina harus segera dilaksanakan, untuk memberikan kesempatan bagi tercapainya resolusi yang komprehensif dan adil soal isu Palestina.
|
Para kepala negara Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) dalam pertemuan puncak luar biasa di Istanbul, Rabu (13/12) mendeklarasikan pengakuan Yerusalem Timur sebagai Ibu Kota Palestina. Pengakuan itu disampaikan sebagai perlawanan terhadap keputusan Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang memutuskan untuk memindahkan kedutaan besar Israel dari Tel Aviv ke Yerusalem.
"China memahami kekhawatiran negara-negara Islam soal status Yerusalem," kata Lu Kang. Karena itu China menyerukan sebuah penyelesaian yang sesuai dengan resolusi PBB dan konsensus internasional.
China adalah mitra dagang terbesar ketiga Israel setelah Amerika Serikat dan Uni Eropa. Meski hubungan diplomatik kedua negara baru dibangun sejak 1992, Israel dan China telah bekerja sama di bidang militer sejak 1979.
Sejarah dukungan China terhadap Palestina telah berakar sejak era tahun 1950-an dan 1960-an. Partai Komunis China (PRC) pimpinan Mao Zedong mendukung Yasser Arafat, serta Organisasi Pembebasan Palestina (PLO), juga dengan faksi Fatah.
Setelah PRC diakui sebagai anggota PBB pada 1971, dukungan terhadap Palestina terus berlanjut hingga sekarang. China mengakui Palestina sebagai sebuah negara pada 1988, dan menjalin hubungan diplomatik penuh pada akhir 1989.
Credit cnnindonesia.com