Kamis, 08 Juni 2017

Pemilu Inggris dalam Bayang-Bayang Teror



Pemilu Inggris dalam Bayang-Bayang Teror 
PM Inggris Theresa May dalam kampanye di Stoke-on-Trent, Selasa (6/6). (AFP PHOTO / POOL/ Ben Stansall)


Jakarta, CB -- Inggris akan menggelar pemilihan umum hari ini, Kamis (8/6). Namun, kekhawatiran masih membayangi berkaitan dengan serangan teror beruntun yang terjadi selama beberapa bulan terakhir.

Kampanye final yang dilakukan Rabu difokuskan kedua kandidat perdana menteri, Theresa May dari Partai Konservatif dan Jeremy Corbyn dari Partai Buruh, ke kawasan perkotaan, yang dianggap krusial dalam pemungutan suara.

Popularitas Perdana Menteri Theresa May menanjak usai dia memutuskan pemilihan kilat pada 18 April, setelah menggulirkan proses Brexit dan merebut angka keunggulan hingga dua digit atas Corbyn.

Namun dalam beberapa pekan terakhir, pamor pemimpin Partai Konservatif itu terus menurun, terlebih setelah debat politik terakhir yang membahas soal keanggotaan Uni Eropa, kebijakan domestik dan keamanan negara.

"Beri saya dukungan Anda untuk memimpin Inggris, beri saya wewenang untuk berbicara untuk Inggris, perkuat tangan saya saat saya berjuang untuk Inggris," kata May dalam kampanye pada Selasa di Stoke-on-Trent, kota dengan suara tertinggi untuk meninggalkan Uni Eropa.

Dengan perundingan resmi Brexit yang akan dimulai pada 19 Juni mendatang, May berharap bisa mendapatkan dukungan dari Partai Kemerdekaan Inggris (UKIP) yang anti Uni-Eropa, sekaligus merebut jatah kursi Partai Buruh di Parlemen.



Partai Konservatif menjalankan kampanye ala presiden, yang mempromosikan May sebagai pemimpin ‘kuat dan stabil’ dan memperingatkan bahwa Corbyn, ‘bukan kandidat yang cocok’.

Di sisi lain, kendati tidak banyak diperhitungkan, Corbyn kerap mendapat momentum dan kampanyenya selalu dihadiri banyak pendukung.

Partai Buruh juga mendapatkan lebih banyak simpatisan setelah rilis manifesto Pantai Konservatif pada 18 Mei lalu, soal uraian biaya perawatan lansia, yang disebut media sebagai ‘Pajak Demensia’.

Manifesto yang memangkas biaya perawatan itu tidak populer di kalangan pendukung Partai Konservatif, yang membuat May terpaksa membatalkan hal itu, dan mendorong kritik lebih lanjut bahwa dia tidak dapat diandalkan.

Di sisi lain, serangan teror beruntun yang mengguncang Inggris sejak Maret semakin memukul pamor May. Terlebih otoritas mengungkap bahwa pelaku tiga teror terakhir, sudah masuk dalam radar intelijen Inggris.

Dalam serangan terakhir di London Bridge yang menewaskan delapan orang, Khuram Shazad Butt disebut telah berada dalam daftar pelaku teror dinas intelijen Inggris, begitu juga dengan Youssef Zaghba.



Mengutip AFP, pemilih umumnya lebih berpihak pada Partai Konservatif mengenai masalah keamanan, namun May mendapat banyak kecaman soal itu ketika menjabat sebagai Menteri Dalam Negeri selama enam tahun.

Meskipun demikian, publik memberikan apresiasi terhadap layanan darurat dan unit respon cepat, yang mengalami pemotongan anggaran dalam beberapa tahun terakhir.

Kendati demikian, Partai Konservatif masih unggul dalam poling.

Menurut poling yang dipublikasikan Selasa oleh Survation, dikutip Reuters, May masih unggul dibanding Corbyn, kendati selisih keduanya semakin kecil, yakni 41,6 persen berbanding 40,4 persen.

Di sisi lain, Bookmakers memprediksikan May akan tetap memenangkan suara mayoritas.




Credit  CNN Indonesia