JK menyebut maraknya peredaran senjata di masyarakat Filipina membuat damai sulit dicapai. (REUTERS/Romeo Ranoco)
Jakarta, CB --
Wakil Presiden Indonesia Jusuf Kalla mengaku
prihatin dengan operasi militer yang saat ini tengah terjadi di
Filipina, khususnya di Marawi City. Menurut Jusuf Kalla peredaran
senjata yang terlampau bebas menjadi salah satu alasan kenapa wilayah
Filipina rawan peperangan.
Jusuf Kalla mengaku pernah berbincang dengan jenderal angkatan bersenjata di Filipina dan mendapat fakta bahwa ada sekitar satu juta senjata yang beredar di masyarakat.
Dengan kondisi seperti itu, khususnya banyaknya peredaran senjata, Jusuf Kalla pun pesimistis gencatan senjata bisa dilakukan.
"Saya tanya ke jenderalnya dan ada sejuta senjata [bebas beredar] di sana. Kalau begitu bagaimana caranya mau gencatan senjata," kata Jusuf Kalla di Jepang, seperti dikutip dari video yang dikirim oleh tim media Wapres, Senin (5/6).
Jusuf Kalla menjelaskan pemerintah pun akan kesulitan memberikan imbauan gencatan senjata selama peredarannya di publik masih sebanyak itu.
Seharusnya sejak dulu pemerintah Filipina bisa membatasi peredaran senjata demi mengantisipasi kejadian seperti sekarang.
Selain masalah peredaran senjata, banyaknya faksi-faksi di Filipina disebut Jusuf Kalla mempengaruhi atmosfer di sana. Kalla menyebut setidaknya ada empat faksi yang sekarang aktif di Filipina, mulai MNLF, MILF, Abu Sayyaf, hingga faksi berpaham komunis.
"Jadi selesai satu, satunya lagi tak selesai, itu terjadi sejak dulu," kata dia.
Melihat fakta-fakta tersebut, pria nomor dua di Indonesia itu beranggapan bahwa masalah di Filipina memang sudah menjadi sebuah sejarah yang panjang.
Adapun kehadiran Presiden Rodrigo Duterte dianggap Jusuf Kalla bisa menjadi angin segar untuk penyelesaian konflik di Filipina tersebut. Dia hanya meminta agar Duterte bisa konsisten jika ingin masalah di Filipina bisa selesai dengan baik.
"Duterte terlihat tegas, jadi kami harap yang penting dia konsisten karena kesulitannya ada di masyarakat," katanya.
Jusuf Kalla mengaku pernah berbincang dengan jenderal angkatan bersenjata di Filipina dan mendapat fakta bahwa ada sekitar satu juta senjata yang beredar di masyarakat.
Dengan kondisi seperti itu, khususnya banyaknya peredaran senjata, Jusuf Kalla pun pesimistis gencatan senjata bisa dilakukan.
"Saya tanya ke jenderalnya dan ada sejuta senjata [bebas beredar] di sana. Kalau begitu bagaimana caranya mau gencatan senjata," kata Jusuf Kalla di Jepang, seperti dikutip dari video yang dikirim oleh tim media Wapres, Senin (5/6).
Jusuf Kalla menjelaskan pemerintah pun akan kesulitan memberikan imbauan gencatan senjata selama peredarannya di publik masih sebanyak itu.
Seharusnya sejak dulu pemerintah Filipina bisa membatasi peredaran senjata demi mengantisipasi kejadian seperti sekarang.
Selain masalah peredaran senjata, banyaknya faksi-faksi di Filipina disebut Jusuf Kalla mempengaruhi atmosfer di sana. Kalla menyebut setidaknya ada empat faksi yang sekarang aktif di Filipina, mulai MNLF, MILF, Abu Sayyaf, hingga faksi berpaham komunis.
"Jadi selesai satu, satunya lagi tak selesai, itu terjadi sejak dulu," kata dia.
Melihat fakta-fakta tersebut, pria nomor dua di Indonesia itu beranggapan bahwa masalah di Filipina memang sudah menjadi sebuah sejarah yang panjang.
Adapun kehadiran Presiden Rodrigo Duterte dianggap Jusuf Kalla bisa menjadi angin segar untuk penyelesaian konflik di Filipina tersebut. Dia hanya meminta agar Duterte bisa konsisten jika ingin masalah di Filipina bisa selesai dengan baik.
"Duterte terlihat tegas, jadi kami harap yang penting dia konsisten karena kesulitannya ada di masyarakat," katanya.
Credit CNN Indonesia